Wednesday, May 28, 2014

Alasan Kenapa Sinopsis Kutukan Hantu Opera di Area 47 Banyak Coretan...

... adalah karena dua oknum bengal ini. Ayo kita perhatiin cara penulisan sinopsis. Kalimat yang dicoret ditulis dengan jenis huruf yang berbeda kan? ^_^


Sayangnya, berhubung penulisan kayak gini susah ditampilkan di web, akhirnya my beloved editor memutuskan untuk merevisi penulisan sinopsis biar lebih gampang dimengerti. Tapi di Area 47, kalian bisa melihat versi aslinya. Hope you like it! ^_^

Lihat sinopsis Kutukan Hantu Opera dengan klik di sini.

Monday, May 26, 2014

Empat Fakta Tentang Omen #5: Kutukan Hantu Opera

Fakta-fakta yang perlu diketahui tentang Omen #5: Kutukan Hantu Opera:

1. Sudut pandang cerita dari Erika, Valeria, Rima, Putri, dan Aya. Nama Erika dan Valeria tidak ditulis dalam sinopsis belakang karena… nanti lihat ya, cover belakangnya. ;)

2. Berbeda dengan dugaan banyak orang, kisah ini terinspirasi dari Running Man episode 27 alias episode favorit Running Man Kalex sepanjang sejarah. Ya, betul, Running Man adalah variety show yang tidak punya alur cerita. No problem. Toh memang yang dibutuhkan cuma suasananya (kalau ceritanya sih, original bikin sendiri dong!), dan adegan kejar-kejaran Running Man dengan TVXQ bener-bener menegangkan! Juga background theme song-nya nemenin Kalex selama penulisan Kutukan Hantu Opera.

3. Tokoh utama cowok yang baru nongol adalah Damian dan Gil. Mereka berdua terinspirasi dari duo LeeSsang, dan Gil sebenarnya diciptakan karena Kalex suka banget pada Kang Gary (namanya mengambil nama partner Gary biar tidak mirip-mirip banget, hehehe). Sedangkan nama lengkap Damian diambil dari teman dekat Kalex, yaitu Dadan Erlangga.

4. Kisah pribadi Valeria terinspirasi dari serial televisi Alias yang dibuat oleh J.J. Abrams. Jadi di buku ini Kalex juga berterima kasih pada beliau yang udah banyak mengubah pola pikir Kalex.

Semoga kalian menyukai ceritanya! ^_^

xoxo,
Lexie

Sunday, May 25, 2014

Kumcer Supertragis™: Tujuh Lukisan Bodor

Sejak pagi-pagi buta, gosip hebat melanda SMA Persada Internasional. Kak Lexie, kakak senior yang terkenal hobi mem-bully anak-anak innocent itu, mengadakan pameran lukisan!

"Gimana ini?" Murid-murid bertanya panik. "Kita pasti dipaksa untuk dateng ke pameran itu! Padahal lukisannya pasti nggak bagus! Kak Lexie kan paling bego dalam pelajaran menggambar!"

"Masih mending," keluh murid lain. "Berhubung ini pameran gelap dan nggak ada izin dari Kepsek, lokasinya bukan di auditorium kita yang sejuk ber-AC, melainkan di lapangan futsal! Kan lapangan itu panasnya kayak neraka! Kita semua pasti jadi item! Mendingan lo cewek-cewek telepon supir kalian, bawain jaket, sunblock, atau payung. Kalo nggak, nanti kita pasti jadi gosong!"

"Semua ini gara-gara sekolah saingan kita SMA Harapan Nusantara!" Para murid memaki-maki. "Kalo bukan mereka mengadakan pameran lukisan sok keren itu, Kak Lexie nggak akan merasa harus nunjukin bakatnya yang nggak seberapa itu! Yang menderita kan kita-kita juga! Udah gosong, pemandangannya nggak bagus lagi!"

"Omong-omong, apa topik pameran Kak Lexie?"

"Gosipnya sih, topiknya berjudul Tujuh Lukisan Bodor*."

Semua murid terdiam sejenak.

"Pasti jelek banget gambarnya!" teriak murid yang satu.

"Gue mau pulang aja!" tangis yang lain. "Gue nggak mau lihat sama sekali!"

"Kenapa guru-guru nggak berani bertindak?"

"Kak Lexie kan mafia sekolah kita! Guru yang berani bertindak, pasti ban motornya dikempesin!"

"Waduh, murid sebandel itu kenapa nggak dikeluarin?"

"Soalnya data muridnya nggak ada di TU."

Semua murid terperangah lagi.

"Jadi maksudnya," seorang murid nyeletuk di tengah-tengah keheningan, "dia sebenarnya bukan murid sini??"

"Entahlah. Pokoknya, segala sesuatu yang berkaitan dengan Kak Lexie itu misterius banget. Lebih baik kita nggak menentang dia."

Hari itu, tidak ada satu murid pun yang masuk kelas. Semua mengunjungi pameran lukisan Kak Lexie di lapangan futsal. Sang seniman sendiri tampak pongah, duduk di satu-satunya kursi yang tersedia di lapangan, sambil mengarahkan kipas angin portabel ke mukanya. Tanpa malu-malu, dia membagi-bagikan fotonya yang disertai tanda tangan pada murid-murid yang terpaksa menerima tanpa perlawanan maupun yang sudah berusaha keras menghindar dari dirinya. Tidak lupa dari murid-murid itu dia meminta sumbangan untuk pameran yang berikutnya.

Padahal, sesuai dugaan, lukisan-lukisan itu jeleknya luar biasa. Lebih tepatnya lagi, yang dipamerkan bukanlah lukisan, melainkan gambar-gambar tak jelas yang dicoretkan di atas kertas HVS. Contohnya saja, ada gambar yang terdiri dari dua buah lingkaran. Dari dekat, tampaknya seperti dua kepala manusia berukuran oversize. Tapi kalau dari jauh, kelihatannya seperti sepasang lubang hidung. Rasanya tidak sepadan banget, memandangi tujuh gambar jelek itu dalam cuaca panas menyengat seperti ini.

Meski begitu, tidak ada yang berani pergi tanpa izin dari sang seniman sendiri. Gerakan apa pun juga yang dianggap menghina karya besar Kak Lexie, pasti akan dibalas dengan hukuman yang tak bakalan terlupakan seumur hidup. Beberapa anak yang kehausan dan berusaha minum, botol minumnya langsung direbut dan diminum sendiri oleh Kak Lexie. Mau tidak mau, anak-anak yang menderita dehidrasi memaksakan diri untuk bertahan selama beberapa jam ke depan. Yang mau pipis juga hanya bisa bertahan seraya bertanya-tanya apakah mereka bakalan terkena kencing batu atau tidak. Yang mulas-mulas terpaksa berdiri dengan muka pucat. Yang cukup beruntung hanyalah mereka yang kepingin kentut. Mereka bisa melakukannya asal tidak berbunyi serta berada dalam posisi yang sejauh mungkin dari Kak Lexie. Alhasil, daerah terjauh dari pameran dipenuhi bau-bauan tidak enak, membuat semua anak terpaksa dekat-dekat dengan Kak Lexie.

Akhirnya, setelah jam-jam yang rasanya seperti takkan pernah berakhir, Kak Lexie menyudahi pamerannya juga. Tanpa membereskan pamerannya sama sekali, Kak Lexie melenggang ke luar gerbang sekolah. Yah, dipikir-pikir, memang tak ada yang berharga dari pameran itu, jadi tak ada yang perlu dibereskan. Begitu Kak Lexie lenyap dari pandangan, semua anak langsung kocar-kacir: kebanyakan pergi ke toilet, sebagian lagi pergi ke kantin untuk minum sebanyak-banyaknya, dan segelintir bahkan langsung masuk ke Care Center alias UKS akibat maag.

Setidaknya, semua bisa pulang tanpa menyinggung perasaan Kak Lexie.

Malamnya, anak-anak pun pergi tidur. Tidak ada yang ingat lagi dengan foto Kak Lexie yang bertandatangan. Yang masih ingat pun berusaha melupakannya. Hening menyelimuti bumi. Semua orang tidur dengan damai.

Lalu dari foto itu, perlahan-lahan sebuah tangan meraih keluar...

T H E E N D

---
*bodor (Sunda) = lucu, humor, lawakan.

Omen #5: Kutukan Hantu Opera

TERBIT 12 JUNI 2014!!

Penulis: Lexie Xu
Editor: Novera Kresnawati
Cover Illustrator: Regina Feby

File 5: Kasus Penganiayaan Anak-anak Pelaku Kejahatan SMA Harapan Nusantara Pada Malam Pementasan Kutukan Hantu Opera

Tertuduh: Lagi-lagi Kelompok Radikal Anti-Judges. Kali ini, muncul seseorang yang belum apa-apa sudah berani mati mengakui dirinya sebagai lawan kami. Damian Erlangga, anak baru misterius yang dipenuhi berbagai gosip brutal yang bikin dirinya ditakuti semua orang. Sepertinya dia menaruh minat pada Putri Badai. Mungkin naksir. Selain itu, kami juga harus memperhitungkan Nikki dengan senyum-mulut-robek-nya yang menghantui mimpi buruk kami, serta seseorang yang muncul dari masa lalu Erika.

Fakta-fakta sejauh ini: Diadakan pementasan Phantom of the Opera kendati sudah ada legenda mengenai kutukan Hantu Opera. Gosipnya, saat drama itu dipentaskan, akan ada banyak orang yang mati. Pada saat latihan drama, Aya nyaris saja mengalami kecelakaan yang mengancam nyawanya. Selain itu, masih ada banyak gangguan lain (dicurigai beberapa di antaranya bukan ulah iseng Erika). Kemudian, pada malam pementasan drama, satu per satu orang yang pernah melakukan kejahatan di SMA Harapan Nusantara ditemukan dalam kondisi kritis dan topeng terbelah. Lebih celakanya lagi, di tengah-tengah drama, Valeria hilang.

Misi kami: Menemukan Valeria dan membekuk pelaku kutukan Hantu Opera.

Penyidik Kasus,
Putri Badai, Aria Topan, & Rima Hujan
+ Erika Guruh & Valeria Guntur

Saturday, May 10, 2014

Lexie's Writing Style #2

Perjalanan hidup yang menginspirasi bukanlah perjalanan hidup yang mulus-mulus saja, melainkan perjalanan hidup di mana kita memulai dari nol, dipenuhi jatuh-bangun, dan harus berjuang melewati kesulitan demi kesulitan.

Oleh karena itu, dalam menulis, kita harus berusaha untuk tidak terlalu "menyayangi" karakter utama sampai-sampai terus "menghadiahi"-nya kejadian-kejadian menyenangkan. Sebaliknya, hantam karakter utama dengan pengalaman-pengalaman buruk yang terlintas, baik besar maupun kecil, dan biarlah si karakter utama merangkak melewati semua itu. Ciptakan karakter yang tangguh, bukan karakter yang hanya bisa menangis cantik seraya menunggu pangeran berkuda putih. Sudah nggak zaman lagi bo, karakter utama yang lemah-lembut dan tidak berdaya begitu.

"You never know how strong you are, until being strong is the only choice you have." - Anonymous

Thursday, May 8, 2014

Lexie's Writing Style #1

Setiap orang di dunia ini adalah tokoh utama dalam kisah mereka masing-masing. Ada yang happy ending, ada pula yang sad ending. Namun yang lebih penting bukanlah akhirnya, melainkan perjuangan yang dilakukan. Kita tidak perlu menjadi manusia sempurna untuk menjadi tokoh utama yang disukai dan dibela pembaca. Yang perlu kita lakukan hanyalah, terus berjuang dan melakukan yang terbaik bagi semua orang. Bahkan Scarlett O'Hara dalam Gone With The Wind, dalam segala keegoisan dan keterbatasannya, dibela pembaca karena dia berjuang gila-gilaan demi semua orang.

Inilah alasan aku senang menulis dalam beberapa sudut padang. Karena semua orang adalah tokoh utama.