Sunday, July 22, 2012

MysteryGame@Area47: THE ASYLUM™, episode 10 (final battle)

PERTARUNGAN TERAKHIR!
Pertarungan terakhir kalian melawan Dokter X yang kini dibantu oleh Johan, mantan rekan seperjuanganmu yang telah berkhianat! Apakah kamu sudah siap dengan HP, JP, dan XP yang kamu dapatkan pada saat menempuh episode 7 (battle #2)? Siapkan kertas dan pensil, tuliskan nilai HP, JP, dan XP tersebut di sana. Inilah saat penentuan, apakah kamu akan mengakhiri kisah ini dengan selamat, penuh luka-luka, ataukah nyaris mati? Dan bagaimana akhir kedua lawan yang sudah siap menghabisimu? Sanggupkah kamu menghalangi niat mereka demi mempertahankan hidupmu sendiri? Semua jawaban ada dalam pilihan-pilihanmu!

Jika pada Episode 9 kamu memilih:

1. Merobohkan rak yang dipenuhi berbagai peralatan menyeramkan dan membuat kekacauan, klik di sini.
2. Ngumpet di dalam kamar mandi laboratorium, klik di sini.
3. Kabur sambil mendobrak sekuat tenaga, klik di sini.



Permen

"Permen apa ini?" tanya si Kakek dengan muka takjub. "Nano-nano? Saya suka sekali Nano-nano! Tapi sudah lama saya tak pernah berhasil menemukannya!"

"Nanti saya beliin lagi buat Kakek yang banyak!" janjimu dengan sepenuh hati.

"Beneran? Baiklah, saya akan bukakan pintu."

Tepat saat si Kakek membukakan pintu, mendadak terdengar gerungan mengerikan dari belakang. Kamu menoleh dan mendapatkan Dokter X yang separuh badannya mengalami luka bakar. Bau gosong menguar darinya, sementara wajahnya yang berkerut-kerut tampak mengerikan. Ajaibnya, dia masih saja mengenakan maskernya.

"Dasar cacing!" teriaknya. "Berani-beraninya kau menghancurkan pusat penelitianku yang berharga! Akan kukoyak-koyakkan kau!"

Kamu terperanjat saat Dokter X meloncat ke arahmu dan mulai melaksanakan ancamannya dengan menarik kupingmu sekuat tenaga. Gila, rasanya kupingmu nyaris putus! (HP: -5) Tapi saat itu juga ada yang merenggut Dokter X darimu. Sambil meraba-raba kupingmu yang nyaris berpisah denganmu, kamu menatap Dokter X yang kini sedang digebuki ramai-ramai oleh teman-temanmu sesama penghuni rumah sakit jiwa. (XP:-30)

"Jangan berani-beraninya menyentuh bos kami!"

"Ya benar! Dia lawan yang terlalu kecil buatmu, tahu?"

"Apa kau tidak tahu kau kalah jumlah?"

Dengan susah-payah Dokter X melepaskan diri dan kabur dari ruangan itu. Kamu berjalan ke arah pintu dan si Kakek tersenyum padamu.

"Pergilah," katanya, "dan selamatkan orang-orang malang ini."

Klik di sini untuk melanjutkan.


Kabur sambil mendobrak sekuat tenaga

Kamu teringat kata-kata Johan bahwa kamu punya kekuatan super. Oke, kalau itu memang benar, seharusnya kamu bisa mendobrak keluar dari sini. Jadi, dengan mengerahkan seluruh tenagamu, kamu pun mendobrak kerumunan di depan.

Sialnya, sepertinya Johan salah. Seseorang bertenaga kuat mendorongmu, membuatmu mental sampai menabrak semua meja. Tanpa berpikir panjang, kamu meraih setiap barang yang ada di meja itu dan melemparkannya pada kerumunan massa yang siap mengeroyokmu. Scalpel, penjepit, berbagai botol...

Tunggu dulu. Sepertinya kamu melemparkan sesuatu yang berbau tajam. Astaga, ini kan bau alkohol! Kalau begitu... kamu bisa menimbulkan kebakaran di sini.

Atau, lebih bagus lagi, di ruangan bos.

Kamu meraih kompor kecil yang sedang menyala di atas meja dan melemparkannya jauh ke depan, ke ruangan yang ditempati Johan dan Dokter X. Dalam sekejap api pun berkobar. Dengan ngeri kamu melihat api yang kamu timbulkan membakar banyak orang, termasuk Johan dan Dokter X yang langsung berteriak-teriak kesakitan. (JP: -40, XP:-50)

Tapi kamu tahu kamu tidak bisa tetap tinggal. Terbirit-birit, kamu pun melarikan diri dari ruangan itu.

Klik di sini untuk melanjutkan.


Tongkat Besi

Kamu memegangi tongkat besimu laksana tongkat bisbol, siap untuk mengayunkannya.

"Ayo," tantangmu sambil memasang kuda-kuda, "kita akhirnya semuanya sekarang juga!"

Johan dan Dokter X saling berpandangan, lalu mengangguk. Dalam sekejap, mereka sudah berada di dekatmu. Rupanya, meski dengan tubuh-tubuh dipenuhi luka bakar, keduanya masih bisa bergerak dengan sangat cepat. Benar-benar hebat.

Kamu bukan orang yang jago berantem. Bahkan, sebelum semua ini terjadi, kamu hanyalah anak yang senang membaca dan menulis di rumah. Kamu sama sekali bukan tipe anak jalanan. Dikeroyok dua orang yang siap mati begini seharusnya membuatmu ketakutan dan kelabakan.

Tapi, anehnya, kamu merasa tenang. Sekelilingmu terasa sunyi sepi, yang ada hanyalah aliran udara cepat yang menandakan datangnya serangan. Dan setiap kali kamu merasakannya, kamu selalu berhasil mengelaknya. Sebaliknya, aneh sekali, setiap kali kamu melancarkan serangan, kamu selalu berhasil mengenai mereka. Kamu berhasil melukai kaki keduanya sampai berdarah-darah, anggota badan yang paling kamu incar supaya kamu bisa kabur tanpa dikejar mereka. (JP: -10, XP: -20)

Tetap saja, dikeroyok dua orang bukanlah sesuatu yang gampang. Apalagi Johan juga membawa pisau belatinya. Dia berhasil melukai tangan kananmu, membuat seranganmu makin lama makin melambat pula. Sial. (HP:-15)

Sebuah ledakan besar menyentakkan kalian semua. Mendadak pusat penelitian itu ambruk semuanya. Kamu shock, menyadari pastinya ada orang-orang yang masih berada di dalam gedung. Mungkin beberapa penjaga yang tak berhasil menyelamatkan diri, belum lagi penghuni rumah sakit jiwa yang jadi kelinci percobaan dan tak sempat kamu selamatkan. Betapa mengerikan semua kejadian ini!

"Pusat penelitianku!" raung Dokter X sambil menghambur pada reruntuhan itu. Namun kejadian itu ternyata tidak terlalu romantis seperti yang ada pada cerita-cerita, karena pada saat itu juga, sebongkah pecahan bangunan jatuh menimpanya. (XP:-10)

Klik di sini untuk melanjutkan.


Bangsal THE ASYLUM

Kamu berlari menyusuri koridor yang panjang. Terdengar bunyi beberapa ledakan di belakangmu, menandakan kebakaran yang kamu buat berhasil menghancurkan sebagian besar musuh! Itu sesuatu yang tak terduga, tapi kamu merasa sangat bangga karenanya.

Setelah beberapa saat, kamu menyadari kamu berada di jalan yang benar. Koridor ini mengarah pada bangsal tempat pintu keluar berada! Benar saja, tak lama kemudian, kamu tiba di depan pintu kayu raksasa tempat kamu berpisah dengan Johan. Seperti saat itu, pintu itu terkunci rapat. Iseng-iseng kamu menggunakan tuas di samping pintu--dan pintu itu terbuka! Sebelum masuk ke dalam, untuk berjaga-jaga, kamu mengintip ke dalam.

Ternyata aula itu dipenuhi para pasien rumah sakit jiwa. Rupanya mereka semua sedang dikumpulkan di bangsal besar tersebut. Seperti biasa, kebanyakan dari mereka hanya berjalan-jalan tanpa juntrungan--sisanya duduk atau berdiri tanpa semangat hidup.

Setelah yakin tidak ada penjaga di dalamnya, kamu pun masuk ke dalam dan berdiri di atas podium.

"Teman-teman!" teriakmu. "Ayo, kita dobrak pintu tempat ini dan kabur bersama-sama!"

Sama sekali tidak ada reaksi. Semua orang tetap menjalankan kegiatan mereka seperti biasa seolah-olah kamu tidak pernah berbicara. Ya ampun, malunya! Tapi ini bukan saatnya mikirin gengsi. Kalau kamu kabur seorang diri, itu berarti kamu meninggalkan semua orang ini untuk dijadikan kelinci percobaan.

"Teman-teman!" teriakmu lagi. "Kalian mau menunggu mati di sini???"

Mungkin ada kata "mati" disebut-sebut, semua jadi menoleh ke arahmu.

"Kalau kalian tetap di sini, kalian pasti akan mati!" Dengan berapi-api kamu menekankan kata "mati" supaya mereka mau mendengarkan pidatomu. "Tapi kalau kita meloloskan diri bersama-sama, kita punya harapan untuk hidup!"

Setelah hening beberapa saat, seseorang memecahkan keheningan dengan suaranya yang sedih, "Tapi bagaimana caranya? Keluargaku yang membuangku ke sini. Kalaupun aku keluar, aku tak punya siapa-siapa di luar sana."

"Ya, betul," sahut seseorang. "Aku juga!"

"Aku juga!"

Teriakan semacam itu bersahut-sahutan memenuhi ruangan, menimbulkan kepedihan di hatimu. Rupanya orang-orang ini tampak kosong dan tak punya pengharapan, karena mereka menyadari bahwa mereka tidak punya kehidupan lagi di luar sana, dan satu-satunya tempat mereka hanyalah di sini. Tapi manusia tidak seharusnya begitu. Meski sudah dibuang oleh keluarganya, mereka seharusnya masih bisa berjuang untuk bangkit. Bagaimanapun juga, seperti kata Dokter X, di sini adalah tempat dia mengumpulkan orang-orang yang punya kemampuan melebihi manusia-manusia pada umumnya kan?

"Pasti ada kehidupan yang lebih baik menunggu kita di luar sana!" teriakmu berusaha membesarkan hati orang-orang itu. "Meski harus mulai dari nol, kalau kita berusaha keras, kita pasti bisa membangun kehidupan yang baik. Jauh lebih baik daripada menjadi kelinci percobaan di sini dan berakhir sebagai monster!"

Kamu bisa merasakan kata-katamu membuat semua jadi galau dan gelisah.

"Apa kalian mau jadi monster?" tanyamu berapi-api. "Kalian mau anggota badan kalian digunakan sementara nyawa kalian dibuang ke tong sampah?"

"Nggak mau!"

"Nggak sudi!"

"Ayo, kita kabur dari sini!"

Kamu girang setengah mati karena usahamu berhasil. "Ayo, kita dobrak pintu keluar!"

Kalian semua segera menyerbu pintu keluar yang terbuat dari kawat itu. Namun, meski sudah didobrak beramai-ramai, pintu itu hanya bergeming. Kamu melihat si kakek tua bungkuk penjaga loket sedang duduk-duduk di dalam, mengamati kelakuan kalian yang mirip kumpulan gajah mengamuk.

"Kek, tolong bukain pintu ini!" teriakmu dengan suara yang jelas-jelas menyiratkan permohonan. "Tolong Kek, hanya Kakek yang bisa selamatkan kami semua!"

Kakek itu menatapmu dengan bete. "Kamu kan yang waktu itu mencuri barang saya."

Ups. Ketahuan. "Yah, maafin saya lah, Kek. Itu kan udah lama kejadiannya. Lagian barang murahan gitu. Nanti setelah saya keluar, saya akan berikan apa saja yang Kakek mau! Ditambah ini!"

Tanpa berpikir panjang, kamu menyodorkan benda yang kamu copet dari penjaga yang membawamu ke kuburan massal.

Jika pada Episode 7 kamu memilih:

1. Senter kecil, klik di sini.
2. Permen, klik di sini.
3. Tisu, klik di sini.
4. Dompet, klik di sini.


Senter kecil

"Senter?" Si Kakek mengerutkan alis. "Sepertinya saya pernah melihatnya..." Tiba-tiba si Kakek melotot. "Dasar anak kurang ajar! Ini kan senter saya juga!"

Hah?

"Saya tidak akan membukakan kamu pintu. Biar ini akan mengajarkanmu supaya tidak mencopet barang orang seenak jidat lagi."

Kamu ingin memprotes dengan mengatakan benda ini bukan kamu copet darinya, melainkan dari orang lain. Tapi apa pun alasan yang kamu kemukakan, kamu memang mendapatkan barang itu berkat ilmu copetmu.

Belum sempat kamu mengeluarkan jurus-jurusan rayuanmu pada si Kakek, mendadak terdengar gerungan mengerikan dari belakang. Kamu menoleh dan mendapatkan Dokter X yang separuh badannya mengalami luka bakar. Bau gosong menguar darinya, sementara wajahnya yang berkerut-kerut tampak mengerikan. Ajaibnya, dia masih saja mengenakan maskernya.

"Dasar cacing!" teriaknya. "Berani-beraninya kau menghancurkan pusat penelitianku yang berharga! Akan kukoyak-koyakkan kau!"

Kamu terperanjat saat Dokter X meloncat ke arahmu dan mulai melaksanakan ancamannya dengan menarik kupingmu sekuat tenaga. Gila, rasanya kupingmu nyaris putus! Kamu tak punya pilihan lain selain menggigit tangan yang menarik kupingmu itu. Ewww, rasanya seperti daging hangus yang sangat menjijikkan!

Celakanya, daging yang kamu gigit malah copot seperti daging yang tidak kepingin menempel pada majikannya lagi. (XP: -15) Kamu meludah saking jijiknya, tetapi pada saat itu juga, kamu merasakan tinju si Dokter X menghantam mukamu. Sepertinya tulang hidungmu retak karenanya. (HP: -15) Sebelum dia sempat memukulimu lagi, kamu merasakan Dokter X direnggut ke belakang.

"Jangan memukuli bos kami!"

"Ya benar! Dia lawan yang terlalu kecil buatmu, tahu?"

"Apa kau tidak tahu kau kalah jumlah?"

Dengan mata berkunang-kunang, kamu menatap Dokter X yang menyadari posisinya yang tak menguntungkan. Lalu, tanpa berkata apa-apa, si Dokter X pun mundur ke belakang.

Terdengar bunyi ceklikan dari arah pintu. Kamu menoleh dan melihat si Kakek sudah membukakan pintu kawat untukmu.

"Pergilah," kata si Kakek sambil tersenyum, "dan selamatkan orang-orang malang ini."

Klik di sini untuk melanjutkan.


Ngumpet di dalam kamar mandi laboratorium

Kamu melihat pintu kamar mandi terbuka, dan kamu segera menghambur ke dalamnya lalu mengunci pintu. Sekali pandang saja pada kamar mandi yang sempit itu, kamu tahu tidak ada jalan keluar lain selain pintu yang barusan kamu kunci itu. Dengan panik kamu memeriksa lemari kamar mandi, berharap bisa menemukan sesuatu untuk membantumu meloloskan diri. Bazoka, misalnya.

Namun yang kamu temukan adalah sebotol alkohol dan sebuah geretan. Ini sudah jauh lebih dari cukup. Dengan membawa kedua benda itu, kamu pun keluar dari kamar mandi.

Segerombolan musuh langsung menyambutmu, tapi kamu sudah siap. Dengan geretan menyala dan botol alkohol teracung tinggi, kamu berteriak dengan muka siap mati, "Berani menyerang, aku bakar kita semua!"

Untunglah semua takut mati, jadinya tidak ada yang berani menyerangmu. Kalau saja mereka tetap nekat, sudah pasti kalian jadi barbeque semuanya. Kamu melangkah perlahan-lahan, penuh dengan kewaspadaan, sementara orang-orang mengelilingimu. Gawat, kalau begini terus, kamu akan terus dikelilingi sampai kapan pun juga. Kamu harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatian mereka.

Saat melewati ruangan yang ditempati Johan dan Dokter X, kamu melihat kedua orang itu mengintaimu dari sana. Mendadak sebuah ide mengerikan terbentik di benakmu--ide yang biasanya tak mungkin kamu lakukan, tapi saat ini kamu tidak melihat pilihan lain. Dengan sekuat tenaga, kamu melemparkan botol alkohol itu ke arah Johan dan Dokter X. Botol itu pecah mengenai lantai di dekat Johan dan Dokter X.

Lalu kamu melemparkan geretan yang sudah menyala itu ke arah mereka.

Dengan ngeri kamu melihat api menjalar dengan cepat, mengenai Johan dan Dokter X yang langsung berteriak-teriak kesakitan. (JP: -40, XP:-50) Tapi kamu tidak bisa tetap tinggal. Terbirit-birit, kamu pun melarikan diri dari ruangan itu.

Klik di sini untuk melanjutkan.


Pisau Belati

Kamu mengacungkan pisau belatimu, siap untuk menyerang.

"Ayo," tantangmu sambil memasang kuda-kuda, "kita akhirnya semuanya sekarang juga!"

Johan dan Dokter X saling berpandangan, lalu mengangguk. Dalam sekejap, mereka sudah berada di dekatmu. Rupanya, meski dengan tubuh-tubuh dipenuhi luka bakar, keduanya masih bisa bergerak dengan sangat cepat. Benar-benar hebat.

Kamu bukan orang yang jago berantem. Bahkan, sebelum semua ini terjadi, kamu hanyalah anak yang senang membaca dan menulis di rumah. Kamu sama sekali bukan tipe anak jalanan. Dikeroyok dua orang yang siap mati begini seharusnya membuatmu ketakutan dan kelabakan.

Tapi, anehnya, kamu merasa tenang. Sekelilingmu terasa sunyi sepi, yang ada hanyalah aliran udara cepat yang menandakan datangnya serangan. Dan setiap kali kamu merasakannya, kamu selalu berhasil mengelaknya. Sebaliknya, aneh sekali, setiap kali kamu melancarkan serangan, kamu selalu berhasil mengenai mereka. Kamu berhasil melukai kaki keduanya sampai berdarah-darah, anggota badan yang paling kamu incar supaya kamu bisa kabur tanpa dikejar mereka. (JP: -15, XP: -20)

Tetap saja, dikeroyok dua orang bukanlah sesuatu yang gampang. Apalagi Johan juga membawa pisau belatinya, yang ternyata berhasil melukai tangan kirimu. Tapi untungnya, hal itu tidak membuat gerakanmu melambat. (HP:-10)

Sebuah ledakan besar menyentakkan kalian semua. Mendadak pusat penelitian itu ambruk semuanya. Kamu shock, menyadari pastinya ada orang-orang yang masih berada di dalam gedung. Mungkin beberapa penjaga yang tak berhasil menyelamatkan diri, belum lagi penghuni rumah sakit jiwa yang jadi kelinci percobaan dan tak sempat kamu selamatkan. Betapa mengerikan semua kejadian ini!

"Pusat penelitianku!" raung Dokter X sambil menghambur pada reruntuhan itu. Namun kejadian itu ternyata tidak terlalu romantis seperti yang ada pada cerita-cerita, karena pada saat itu juga, sebongkah pecahan bangunan besar jatuh menimpanya. (XP:-20)

Klik di sini untuk melanjutkan.


Pekarangan

Si Kakek yang baik hati membagi-bagikan barang milik kalian yang sempat dititipkan padanya.

"Gunakan mobil di pekarangan," katanya. "Jangan khawatir. Kuncinya semua tertancap di dalam."

Saat kalian tiba di pekarangan, semua seperti yang dikatakan si Kakek. Tempat itu dipenuhi banyak sekali mobil ambulans dengan kunci kontak tertancap di tempatnya. Sepertinya, jumlah mobil yang ada cukup untuk menampung kalian semua--selama ada cukup banyak orang yang bisa berperan sebagai supir.

"Berapa banyak orang di sini yang bisa menyetir dan punya SIM?" tanyamu. Kamu senang sekali saat melihat orang-orang yang maju lebih dari sepuluh orang, tapi kalian semua harus bergegas. Pasalnya, satpam di pos depan mulai curiga melihat begitu banyak orang keluar. "Ayo, semuanya menempati mobil ambulans! Dan kalian sisanya, ayo masuk ke mobil yang sudah ada supirnya!"

Kamu berteriak-teriak pada mobil ambulans yang pertama saat satpam mulai mendekat. "Terjang, terjang!"

Kamu memandang takjub sekaligus senang saat ambulans itu menerjang ke luar dengan kecepatan tinggi dan sukses meloloskan diri dari tempat ini. Ambulans kedua menyusul, lalu ambulans ketiga, keempat, dan seterusnya, sementara si satpam menelepon dengan kalang-kabut--barangkali sedang meminta bala bantuan.

Kamu memandangi kepergian semua orang dengan perasaan puas. Kamu telah berhasil menyelamatkan banyak orang! Setelah semua pergi, kamu menuju ambulans terakhir yang sudah nyaris penuh, sementara rekan-rekan di mobil itu memanggil-manggilmu dengan gembira.

"Ayo, Bos! Kita pulang ke rumah!"

"Nanti saya traktir Bos, saya jago bikin mi tektek!"

"Belakang rumah saya ada empang Bos, kita bisa mancing bareng!"

Kamu menggamit si Kakek. "Ayo, Kek, kita pulang bersama."

Baru saja kamu bicara begitu, terdengar suara familier dan sinis di belakangmu, suara yang membuatmu langsung merinding ketakutan.

"Tidak begitu cepat, Bos."

Klik di sini untuk melanjutkan.


Dompet

"Dompet?" Si Kakek tertawa. "Kamu kira saya materialistis? Mana dompet ini bukan milikmu lagi." Ups. "Dasar pencopet! Kamu pasti bukan orang baik-baik! Saya tidak akan membukakan kamu pintu. Biar ini akan mengajarkanmu supaya tidak mencopet barang orang seenak jidat lagi."

Belum sempat kamu mengeluarkan jurus-jurusan rayuanmu pada si Kakek, mendadak terdengar gerungan mengerikan dari belakang. Kamu menoleh dan mendapatkan Dokter X yang separuh badannya mengalami luka bakar. Bau gosong menguar darinya, sementara wajahnya yang berkerut-kerut tampak mengerikan. Ajaibnya, dia masih saja mengenakan maskernya.

"Dasar cacing!" teriaknya. "Berani-beraninya kau menghancurkan pusat penelitianku yang berharga! Akan kukoyak-koyakkan kau!"

Kamu terperanjat saat Dokter X meloncat ke arahmu dan mulai melaksanakan ancamannya dengan menarik kupingmu sekuat tenaga. Gila, rasanya kupingmu nyaris putus! Kamu tak punya pilihan lain selain menggigit tangan yang menarik kupingmu itu. Ewww, rasanya seperti daging hangus yang sangat menjijikkan! (XP: -10) Mana sebagai balasannya, kamu merasakan tinju si Dokter X menghantam mukamu. Sepertinya tulang hidungmu retak karenanya. Tinju keduanya mengenai tulang rusukmu yang rasanya seperti patah juga. (HP: -20) Sebelum dia melancarkan pukulan ketiga, kamu merasakan Dokter X direnggut ke belakang.

"Jangan memukuli bos kami!"

"Ya benar! Dia lawan yang terlalu kecil buatmu, tahu?"

"Apa kau tidak tahu kau kalah jumlah?"

Dengan mata berkunang-kunang, kamu menatap Dokter X yang menyadari posisinya yang tak menguntungkan. Lalu, tanpa berkata apa-apa, si Dokter X pun mundur ke belakang.

Terdengar bunyi ceklikan dari arah pintu. Kamu menoleh dan melihat si Kakek sudah membukakan pintu kawat untukmu.

"Pergilah," kata si Kakek sambil tersenyum, "dan selamatkan orang-orang malang ini."

Klik di sini untuk melanjutkan.


Merobohkan rak yang dipenuh berbagai peralatan menyeramkan dan membuat kekacauan

Dengan sekuat tenaga, kamu mendorong rak terdekat yang dipenuhi berbagai peralatan operasi yang menyeramkan. Bunyi gebrakan memecahkan telinga bersamaan dengan bunyi denting peralatan operasi yang terjatuh ke atas lantai dan bunyi botol-botol yang pecah, membuat suasana langsung kacau-balau. Tercium bau steril yang amat sangat kuat, dan mendadak kamu sadari dari salah satu botol yang jatuh, terdapat botol alkohol pembersih yang sepertinya cukup besar sampai-sampai sanggup menimbulkan bau yang begini menusuk. Terlihat aliran cairan berwarna putih menjalar di lantai, menuju ke ruangan di mana Johan dan Dokter X berada.

Dalam waktu sepersekian detik, sebuah rencana terbentik dalam pikiranmu. Kamu menerjang penjaga yang tadi ditugaskan untuk mengecek kuburan massal itu. Penjaga itu langsung berusaha melawanmu, tapi targetmu bukanlah mengalahkannya--melainkan merebut lampu minyak yang dibawanya. Begitu lampu itu berpindah tangan, kamu langsung melemparkan benda itu ke ruangan yang sedang ditempati Johan dan Dokter X.

Lampu itu pecah tepat di antara genangan alkohol. Kebakaran pun tercipta dengan begitu cepat. Dengan ngeri kamu melihat api menjalar dengan cepat, membakar Johan dan Dokter X yang berteriak-teriak kesakitan. (JP: -40, XP:-50) Tapi kamu tidak bisa tetap tinggal di situ. Terbirit-birit, kamu pun melarikan diri dari ruangan itu.

Klik di sini untuk melanjutkan.


Tali Tambang

Kamu memegangi tali tambangmu laksana pecut, siap untuk menyerang.

"Ayo," tantangmu sambil memasang kuda-kuda, "kita akhirnya semuanya sekarang juga!"

Johan dan Dokter X saling berpandangan, lalu mengangguk. Dalam sekejap, mereka sudah berada di dekatmu. Rupanya, meski dengan tubuh-tubuh dipenuhi luka bakar, keduanya masih bisa bergerak dengan sangat cepat. Benar-benar hebat.

Kamu bukan orang yang jago berantem. Bahkan, sebelum semua ini terjadi, kamu hanyalah anak yang senang membaca dan menulis di rumah. Kamu sama sekali bukan tipe anak jalanan. Dikeroyok dua orang yang siap mati begini seharusnya membuatmu ketakutan dan kelabakan.

Tapi, anehnya, kamu merasa tenang. Sekelilingmu terasa sunyi sepi, yang ada hanyalah aliran udara cepat yang menandakan datangnya serangan. Dan setiap kali kamu merasakannya, kamu selalu berhasil mengelaknya. Sebaliknya, aneh sekali, setiap kali kamu melancarkan serangan, kamu selalu berhasil mengenai mereka. Kamu berhasil memecut kaki keduanya sampai berdarah-darah, anggota badan yang paling kamu incar supaya kamu bisa kabur tanpa dikejar mereka. (JP: -10, XP: -20)

Tetap saja, dikeroyok dua orang bukanlah sesuatu yang gampang. Apalagi Johan membawa pisau belatinya. Kedua tanganmu sempat dilukai, membuat seranganmu makin lama makin melambat pula. Sial. (HP:-20)

Sebuah ledakan besar menyentakkan kalian semua. Mendadak pusat penelitian itu ambruk semuanya. Kamu shock, menyadari pastinya ada orang-orang yang masih berada di dalam gedung. Mungkin beberapa penjaga yang tak berhasil menyelamatkan diri, belum lagi penghuni rumah sakit jiwa yang jadi kelinci percobaan dan tak sempat kamu selamatkan. Betapa mengerikan semua kejadian ini!

"Pusat penelitianku!" raung Dokter X sambil menghambur pada reruntuhan itu.

Klik di sini untuk melanjutkan.


Final Battle

Kamu menoleh ke belakang dan melihat kedua lawanmu yang dipenuhi luka bakar. Johan yang masih saja tersenyum dan Dokter X yang tampak berang. Mereka berdua bagaikan pasangan pembunuh dari neraka. Di belakang mereka, gedung pusat penelitian terbakar hebat. Sebagian tempat malah mulai runtuh. Para penjaga kabur kocar-kacir, tak ada satu pun yang memedulikan nasib tempat kerja maupun bos mereka. Rupanya, begitu lahan pekerjaan mereka hancur, loyalitas mereka pun lenyap. Pusat penelitian ini sudah berakhir, dan semuanya adalah berkat ulahmu.

Mendadak kamu merasa kamu tak bakalan dibiarkan keluar hidup-hidup dari tempat ini.

"Kakek, suruh teman-teman keluar dari tempat ini secepatnya," katamu pada si Kakek. "Aku akan menyusul, tapi sekarang aku harus menghadapi mereka dulu."

Si Kakek menatapmu dengan tenang. "Kamu takkan menang melawan mereka."

"Aku tahu," sahutmu sedih. "Tapi aku tidak punya pilihan lain. Akulah yang mereka kejar, bukan teman-teman. Aku tidak bisa mencelakai mereka dengan kabur bersama-sama mereka. Lagi pula," kamu memandangi senjata terakhir di tanganmu, "aku masih punya sedikit harapan."

"Harapan, meski cuma sedikit, sangat besar kekuatannya," kata si Kakek sambil menggenggam tanganmu. "Kamu harus selamat, Anak Muda."

Kamu mengangguk. "Terima kasih, Kek."

Kamu memandangi mobil itu pergi meninggalkan pekarangan rumah sakit jiwa.

"Mengharukan sekali, semua pertunjukan ini," ejek Johan. "Berniat jadi pahlawan, eh? Sayangnya, tidak seperti dalam cerita fiksi, dalam dunia nyata, yang namanya pahlawan itu biasanya sudah mati."

"Masalahnya, Han," kamu menyeringai, "siapa bilang ini bukan cerita fiksi?"

Jika pada Episode 8 kamu memilih:

1. Tongkat besi, klik di sini.
2. Pisau belati, klik di sini.
3. Tali tambang, klik di sini.
4. Botol bir, klik di sini.


Tisu

"Tisu?" tanya si Kakek bengong.

"Ini," sesaat kamu tidak tahu harus berkata apa karena merasa sangat konyol, "untuk kesedihan Kakek, harus menyaksikan semua penderitaan ini dari hari ke hari."

Si Kakek menatapmu lama sekali. Lalu dia pun membukakan pintu untukmu.

Yes!

Namun baru saja si Kakek membukakan pintu, mendadak terdengar gerungan mengerikan dari belakang. Kamu menoleh dan mendapatkan Dokter X yang separuh badannya mengalami luka bakar. Bau gosong menguar darinya, sementara wajahnya yang berkerut-kerut tampak mengerikan. Ajaibnya, dia masih saja mengenakan maskernya.

"Dasar cacing!" teriaknya. "Berani-beraninya kau menghancurkan pusat penelitianku yang berharga! Akan kukoyak-koyakkan kau!"

Kamu terperanjat saat Dokter X meloncat ke arahmu untuk melaksanakan ancamannya padamu. Namun saat itu juga, ada yang merenggutmu ke belakang sementara Dokter X direnggut menjauh darimu. Kamu tercengang seraya menatap Dokter X yang kini sedang digebuki ramai-ramai oleh teman-temanmu sesama penghuni rumah sakit jiwa. (XP: -40)

"Jangan berani-beraninya menyentuh bos kami!"

"Ya benar! Dia lawan yang terlalu kecil buatmu, tahu?"

"Apa kau tidak tahu kau kalah jumlah?"

Dengan susah-payah Dokter X melepaskan diri dan kabur dari ruangan itu. Kamu berjalan ke arah pintu dan si Kakek tersenyum padamu.

"Pergilah," katanya, "dan selamatkan orang-orang malang ini."

Klik di sini untuk melanjutkan.


Botol Bir

Kamu memecahkan botolmu, membiarkan serpihan-serpihan kaca menyebar di jalan.

"Ayo," tantangmu sambil memasang kuda-kuda, "kita akhirnya semuanya sekarang juga!"

Johan dan Dokter X saling berpandangan, lalu mengangguk. Dalam sekejap, mereka sudah berada di dekatmu. Rupanya, meski dengan tubuh-tubuh dipenuhi luka bakar, keduanya masih bisa bergerak dengan sangat cepat. Benar-benar hebat.

Kamu bukan orang yang jago berantem. Bahkan, sebelum semua ini terjadi, kamu hanyalah anak yang senang membaca dan menulis di rumah. Kamu sama sekali bukan tipe anak jalanan. Dikeroyok dua orang yang siap mati begini seharusnya membuatmu ketakutan dan kelabakan.

Tapi, anehnya, kamu merasa tenang. Sekelilingmu terasa sunyi sepi, yang ada hanyalah aliran udara cepat yang menandakan datangnya serangan. Dan setiap kali kamu merasakannya, kamu selalu berhasil mengelaknya. Sebaliknya, aneh sekali, setiap kali kamu melancarkan serangan, kamu selalu berhasil mengenai mereka. Kamu berhasil melukai kaki keduanya, anggota badan yang paling kamu incar supaya kamu bisa kabur tanpa dikejar mereka. (JP: -10, XP: -20)

Secara kebetulan, rupanya serpihan-serpihan kaca botol yang tersebar di atas tanah juga membantumu. Soalnya, saat kebakaran tadi, rupa-rupanya sepatu Johan dan Dokter X ikut terbakar sehingga kini keduanya bertelanjang kaki. Akibatnya, telapak kaki mereka terluka karena serpihan-serpihan kaca itu. (JP: -10, XP: -10)

Sebuah ledakan besar menyentakkan kalian semua. Mendadak pusat penelitian itu ambruk semuanya. Kamu shock, menyadari pastinya ada orang-orang yang masih berada di dalam gedung. Mungkin beberapa penjaga yang tak berhasil menyelamatkan diri, belum lagi penghuni rumah sakit jiwa yang jadi kelinci percobaan dan tak sempat kamu selamatkan. Betapa mengerikan semua kejadian ini!

"Pusat penelitianku!" raung Dokter X sambil menghambur pada reruntuhan itu. Namun kejadian itu ternyata tidak terlalu romantis seperti yang ada pada cerita-cerita, karena pada saat itu juga, sebongkah pecahan bangunan besar jatuh menimpanya. (XP:-20)

Klik di sini untuk melanjutkan.


Akhir Pertempuran

"Sepertinya, pertempuran sudah usai."

Hah?

Kamu memandang Johan dengan tidak mengerti. Memang sih, Johan sudah babak-belur, demikian juga Dokter X, tapi kondisi kamu juga sama payahnya. Kalau diteruskan, belum tentu kamu bisa keluar hidup-hidup.

Mengapa Johan ingin pertempuran ini dihentikan?

"Bagi dokter sesat ini, pusat penelitian ini adalah hidupnya. Tempat ini hancur, dia pun hancur." Johan memandangi si dokter yang telengkup di atas tanah. "Sedangkan aku, sebenarnya, tak punya permusuhan denganmu. Kita berdua hanya ingin berjuang sekuat tenaga untuk selamat. Bedanya, aku berpihak pada mereka untuk tetap hidup, sedangkan kamu tidak. Tapi, setelah kini kita bisa bebas, kita bukan musuh lagi kan?"

Kamu mengangguk. Ya, kamu juga tidak ingin bermusuhan dengan Johan. Bagaimanapun juga, kamu akan selalu teringat bagaimana dia membantumu melarikan diri pada awal kisah ini.

"Kamu boleh pergi sekarang," kata Johan.

"Lalu?" tanyamu. "Bagaimana denganmu?"

"Aku akan memastikan dia mati," kata Johan sambil mengedik ke arah Dokter X.

Kamu ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Sampai ketemu lagi, Johan."

Johan tersenyum dengan cara khasnya, senyum yang tak pernah mencapai matanya yang dingin itu. "Ya, kita pasti akan bertemu lagi."

Kamu pun berbalik dan berjalan pergi. Tiba-tiba sesuatu terlintas dalam pikiranmu. Bagaimana kalau Johan tidak memastikan Dokter X mati, sebaliknya memastikan dokter itu untuk tetap hidup? Bagaimana kalau mereka kini mundur untuk menyusun siasat, lalu kembali untuk memastikan kematianmu? Seharusnya kamu tetap tinggal bersama Johan untuk memastikan kematian Dokter X!

Kamu menoleh dengan cepat, berharap masih bisa menemukan keduanya.

Namun, tempat tadi Johan menghampiri Dokter X kini sudah kosong. Dua orang itu lenyap tak berbekas dalam waktu yang begitu singkat.

Kamu menghela napas. Satu kesalahan kecil saja, dan kini seumur hidupmu kamu akan dibayang-bayangi rasa takut atas pembalasan kedua orang itu. Tapi, kamu kini juga sudah menjadi orang yang tangguh. Kamu takkan menyerah hanya karena diancam dua penjahat. Lagi pula, kamu bertekad untuk menghubungi semua teman-teman yang lolos dari pusat penelitian ini dan mengumpulkan mereka. Kalian akan saling menjaga dan menjadi sekutu yang kuat.

Dan tidak peduli kata-kata ini terdengar klise, kamu selalu percaya, kebenaran akan mengalahkan kejahatan. Selamanya.


SELAMAT UNTUK PARA PESERTA MYSTERYGAME@AREA47: THE ASYLUM!!!

Kalian akhirnya berhasil selamat dalam kisah menyeramkan melawan Johan dan Dokter X! Nah, bagaimana dengan hasil akhir HP, JP dan XP kalian? Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan "MysteryGame@Area47: THE ASYLUM episode 10," diikuti nama panggilan diikuti "HP=" diikuti jumlah HP diikuti "JP=" diikuti jumlah JP diikuti "XP=" diikuti jumlah XP.

Lexie tunggu emailnya hingga enam hari lagi. Pemenang akan diumumkan tiga minggu dari sekarang, atau dua minggu setelah semua email peserta diterima.

Thank you, everybody, for your participation in MysteryGame@Area47: THE ASYLUM!

xoxo,
Lexie

Sunday, July 15, 2012

MysteryGame@Area47: THE ASYLUM™, episode 9

Kamu membuka pintu sepelan mungkin, membuat sebuah celah kecil--cukup untuk mengintip ruangan apa yang akan kamu tuju.

Ruangan itu ternyata semacam laboratorium mengerikan, dengan banyak sekat tirai dan meja-meja operasi di baliknya. Kamu bisa mendengar bunyi gerungan mesin keras yang mirip-mirip dengan bunyi gergaji mesin. Tapi, masa sih ada benda yang begitu mengerikan di ruangan ini?

Kamu memeriksa sikon. Sepertinya tidak ada kamera maupun pandangan mata yang mengarah padamu. Aman deh. Tapi kamu tidak mau mengambil risiko, jadi kamu menyelip keluar, lalu merunduk dan merangkak-rangkak sambil berusaha menutupi dirimu dengan tirai plastik yang bergantungan di mana-mana...

Eh, ada yang muncrat ke mukamu. Apa ini?

ASTAGA MENNNN!! Darahhhh!!

Kamu mendongak ke atas. Pandangan matamu bertemu dengan mata pasien di atas tempat tidur operasi. Mata yang seolah-olah meneriakkan, "Tolong! Aku nggak mau berakhir seperti ini!" Astaga, pasien itu masih sangat muda, mungkin usianya malah lebih muda darimu! Tapi apa yang bisa kamu lakukan? Selain kalah jumlah, pasien itu juga sudah kehilangan kedua kakinya--dan kini mereka sedang menggergaji tangannya.

Tempat ini benar-benar terkutuk.

Tubuhmu gemetaran menyaksikan pasien itu dibantai, sementara tenggorokanmu tercekat dan matamu mulai dipenuh air mata--bukan hanya karena kasihan, melainkan juga ketakutan yang amat sangat. Kamu menyadari, jika tertangkap dalam kondisi hidup-hidup, kamu pasti akan berakhir seperti itu juga. Obat tak sanggup memberikan apa yang para peneliti itu inginkan darimu, jadi pastilah mereka menempuh cara yang lebih frontal.

Tidak, kamu tidak sudi berakhir seperti itu! Dengan seluruh tenagamu yang tersisa, kamu akan berjuang sampai mati. Dan kalau memang kamu harus mati dalam perjuanganmu keluar, itu jauh lebih baik daripada berakhir sebagai makhluk yang bukan manusia lagi.

Jadi, kamu pun menegarkan hati dan melewati pasien yang akan terus menghantuimu seumur hidup itu, terus merangkak menyeberangi ruangan. Tentu saja, kamu tidak asal kabur. Sembari melewati ruangan itu, kamu menghitung berapa jumlah dokter gadungan yang sedang memotong-motong tubuh manusia dengan santainya itu, berapa jumlah pasien, dan peralatan apa saja yang mereka gunakan. Seandainya berhasil lolos dari sini, kamu bersumpah akan melaporkan pusat penelitian ini pada para penegak hukum dan menghentikan penelitian sadis yang mereka lakukan untuk selama-lamanya.

Kamu berhasil mencapai pintu di seberang ruangan, tapi kamu tidak punya keberanian untuk melewatinya. Habis, risikonya terlalu tinggi. Pertama-tama, kamu harus sanggup keluar dari ruangan ini sambil berusaha supaya tidak ketahuan orang-orang ini--hal yang terasa nyaris mustahil untuk dilakukan. Setelah itu, entah sikon seperti apa yang kamu hadapi di ruangan berikutnya. Kamu tidak tahu apakah ruangan itu mengarah ke koridor seperti yang kamu inginkan, ataukah hanya pintu penghubung antar laboratorium (atau kamar bedah, atau apalah, pokoknya ruangan menjijikkan sejenis ini).

Saat kamu sedang menimbang-nimbang apa yang akan kamu lakukan, mendadak seseorang keluar dari ruangan itu. Saat pintu hendak menutup kembali, kamu segera mengganjalnya dengan botol kosong kecil yang kamu temukan tergeletak di lantai. Lalu, setelah kondisi aman, kamu segera mengintip ruangan itu.

Kamu terperanjat melihat Johan sedang duduk berhadap-hadapan dengan Dokter X. Wajahnya tampak tenang dan sombong, seperti biasa.

"Sudah kubilang, aku akan membantumu," katanya pada Dokter X. "Kau tak perlu memberiku obat atau menyiksaku. Asal ada imbalan buatku, aku akan mempertimbangkan kerja sama dengan siapa pun juga."

"Jadi menurutmu orang itu belum mati?" tanya Dokter X.

"Jelas," angguk Johan. "Dia bukan manusia biasa. Dia adalah orang yang berhasil lolos setelah bertarung dengan monster yang tetap bisa hidup melawan penyakit, tubuh yang membusuk, dan usia."

Astaga, mereka sedang membicarakan dirimu!

"Kuduga, virus monster itu sudah mengkontaminasinya," kata Johan lagi. "Itu sebabnya, meski sudah beberapa kali terluka, dia masih saja bisa bereaksi begitu cepat dalam segala kesempatan. Kalau kau butuh makhluk untuk diteliti dan menambah kualitas para makhluk buatanmu, dia adalah orang yang paling tepat untuk keperluan itu. Tapi sebaliknya, dia juga orang yang paling berbahaya untuk pusat penelitian ini. Kalau ada satu orang yang sanggup menghancurkan seluruh fasilitas ini, dialah orangnya."

"Menurutmu apa lebih baik kita membunuhnya saja? Tapi bagaimana caranya? Bahkan memberinya obat bius dengan dosis tinggi tak ada gunanya."

"Hanya ada satu cara untuk membunuhnya," tegas Johan. "Dia harus dimutilasi hidup-hidup."

Oh tidak! Kamu tidak sudi dipotong-potong, hidup ataupun mati. Kamu harus kabur secepatnya dari tempat ini!

Mendadak terdengar derap langkah kaki terburu-buru. Seseorang melewatimu dan nyaris saja menginjakmu. Untung saja dia tidak melakukannya, karena, meski terinjak tidak sesakit dimutilasi, kamu pasti bakalan berteriak karena kaget, lalu semua orang akan mengetahui keberadaanmu dan memutilasimu beramai-ramai.

"Celaka!" teriak orang itu. "Dia berhasil melarikan diri dari kuburan massal!"

Johan langsung berdiri. "Dia masih ada di sekitar sini. Ayo, semuanya cari!"

Mendadak tatapan Johan turun dan langsung menatap ke arahmu.

Uh-oh.

"Dia ada di ruangan sebelah!" teriak Johan. "Tangkap dia!"

Baca episode berikutnya.


INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:

Hai para peserta MysteryGame@Area47!

Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan "MysteryGame@Area47: THE ASYLUM episode 9," diikuti nama panggilan diikuti "HP=" diikuti jumlah HP diikuti "JP=" diikuti jumlah JP diikuti "XP=" diikuti jumlah XP, sementara dalam isi email, tuliskan jawaban atas pertanyaan ini:

APA YANG KAMU LAKUKAN UNTUK LOLOS DARI SITUASI INI? (Pilih antara:
1. Merobohkan rak yang dipenuhi berbagai peralatan menyeramkan dan membuat kekacauan.
2. Ngumpet di dalam kamar mandi laboratorium.
3. Kabur sambil mendobrak sekuat tenaga.)


Lexie tunggu jawabannya sampai enam hari berikutnya. Jangan sampai telat ya! ^^

Good luck, everybody!

xoxo,
Lexie

Sunday, July 1, 2012

MysteryGame@Area47: THE ASYLUM™, episode 8

Pada saat kamu akhirnya berhasil membuka mata, kamu menyadari kamu ada di ruangan yang penerangannya sangat minim. Segalanya tampak remang-remang. Lalu, ketika mata kamu sudah mulai terbiasa dalam kegelapan, kamu menyadari bahwa wajahmu ternyata berada sangat dekat dengan wajah lain. Wajah milik seseorang dengan mata menatap kosong, mulut ternganga lebar, dan kepala botak tanpa secuil rambut pun. Kamu langsung terduduk dalam kondisi kaget banget, dan menyadari bahwa kamu sedang menduduki tubuh manusia lain.

Oh sial. Kamu sedang berada di sebuah bak raksasa yang mirip banget dengan tempat penampungan sampah. Hanya saja, di tempat ini, bukan sampah yang mereka tampung, melainkan mayat!

Dalam kegelapan, kamu menatap mayat-mayat di sekelilingmu dengan ngeri. Semuanya masih mengenakan seragam rumah sakit jiwa, rambut mereka dicukur habis, tubuh mereka masih utuh meski entah sudah berapa mereka berada di sini--seolah-olah mereka tak bakalan membusuk untuk selamanya. Apalagi raut wajah mereka yang masih begitu hidup. Mata yang terbuka lebar, mulut yang ternganga.

Berapa banyak orang yang sudah terbunuh di tempat ini karena penelitian yang mereka lakukan? Tak kamu sangka, Dokter X teramat sangat kejam. Apa pun yang pernah dilakukan Johan, tak mungkin bisa menandingi kesadisan yang dilakukan oleh Dokter X. Kamu mulai menyesal telah menerima tawaran Dokter X untuk menangkap Johan. Jangan-jangan, justru Johan-lah satu-satunya orang yang sanggup melawan Dokter X. Itu sebabnya Dokter X bersedia menempuh berbagai cara untuk menangkap Johan kembali.

Termasuk menipumu. Sekarang kamu tahu kamu hanyalah umpan untuk mengalihkan perhatian Johan. Kamu tak tahu apa yang terjadi, tapi rupanya kamu sudah dianggap mati oleh Dokter X, lalu dibuang bagaikan barang tak berharga di bak penampungan mayat itu. Hanya karena keajaibanlah kamu masih hidup.

Keajaibankah? Atau ada sesuatu yang tidak kamu ketahui?

Kamu berusaha keluar dari bak penampungan itu, tapi pinggirannya terlalu tinggi untuk dipanjat. Kamu meloncat-loncat, tapi tetap tidak berhasil menggapai pinggiran itu. Kamu memandangi mayat-mayat di sekelilingmu.

Haruskah kamu menggunakan mereka?

Dengan susah-payah, kamu mulai menyeret satu demi satu mayat ke bawah pinggiran bak dan menumpuk mereka menjadi satu tumpukan tinggi.

"Maaf," gumammu seraya bekerja. "Aku nggak bermaksud nggak hormat. Aku hanya ingin keluar dari sini. Tolong bantu aku ya!"

Akhirnya kamu berhasil tangga dan keluar dari tempat penampungan mayat itu. Setelah keluar dari situ, kamu sempat menundukkan wajah sebentar, memanjatkan sepatah doa untuk jiwa-jiwa yang mungkin masih tertinggal di sini, galau karena kematian yang begitu sia-sia.

Dalam hati, kamu bersumpah kamu takkan berakhir seperti mereka.

Terowongan itu semacam saluran pembuangan air. Sepanjang jalan, terowongan itu dipenuhi air setinggi lutut. Kamu harus melipat celana seragammu hingga ke atas lutut. Yah, seperti di dalam film-film, biasanya yang berhasil selamat dari kematian pasti mengenakan pakaian supercupu. Dalam hati kamu bersyukur kamu masih boleh pakai baju. Kalau Bruce Willis sih, sudah pasti bajunya robek-robek sampai tak layak pakai lagi.

Di bagian atas terowongan terdapat jendela-jendela kecil yang memberikan penerangan samar-samar pada terowongan itu. Kamu memicingkan mata, berusaha melihat ke manakah jendela-jendela itu mengarah. Jantungmu nyaris berhenti berdetak saat sebuah sepatu berhenti di jendela di depanmu.

"Bagaimana?" Kamu mendengar suara dari atas. "Dia masih hidup?"

"Ya." Astaga, kamu ketahuan masih hidup? "Aku cukup salut. Setelah menerima begitu banyak obat, dia masih saja bisa meracau."

Oh, pasti bukan kamu. Dari tadi kamu tidak meracau kok. Tapi, kalau begitu, jangan-jangan yang dimaksud adalah...?

"Johan memang tangguh. Itu sudah jelas. Sedangkan rekannya yang satu itu..."

Wah akhirnya kamu dibicarakan juga!

"Yang itu sudah mati kan? Kudengar sudah dibuang ke kuburan massal!"

"Ya, yang itu sama saja seperti yang lain. Tak ada gunanya sama sekali!"

Kurang ajar! Kamu dijelek-jelekkan! Rasanya kamu kepingin meloncat ke depan mereka dan berteriak, "Tak ada gunanya sama sekali? Salah besar, goblok! Aku masih bisa berdiri tegak, sialan!"

"Padahal tadinya Dokter X mengira dia bisa menyaingi Johan. Ternyata perkiraan sang dokter ajaib bisa meleset juga."

"Yah, siapa sangka dia langsung koma begitu dikasih obat sebanyak yang ditenggak Johan? Benar-benar lemah!"

Jadi begitu. Kamu dan Johan diberi obat. Johan bertahan sementara kamu jadi koma. Tak heran kamu langsung dibuang begitu saja ke bak penampungan mayat yang disebut sebagai kuburan massal itu. Mungkin mereka cukup yakin kamu bakalan mati tanpa pernah bangun lagi, dan mereka tak berniat membuang-buang waktu maupun tenaga untuk memastikannya.

Untungnya, itulah yang membuatmu tetap hidup.

"Sebenarnya apa rencana Dokter dengan Johan?"

"Katanya, Johan mau dijadikan semacam wakil yang bisa dipercaya untuk mengelola pusat penelitian ini."

"Apa? Jadi kita semua bakalan berada di bawah perintah Johan?"

"Yah, memangnya kau berani menentang Johan, setelah melihat dia terbuat dari apa?"

"Ugh. Nggak."

Semua orang takut pada Johan. Tidak heran, kamu juga sih. Kamu menyadari, sulit banget mengalahkan Johan sekaligus Dokter X. Satu-satunya yang bisa kamu lakukan adalah melarikan diri sejauh-jauhnya dari sini, lalu mengganti nama atau apalah supaya mereka tidak bisa menemukanmu lagi seumur hidup.

Kamu memutuskan untuk meneruskan perjalananmu. Tidak tahu di mana terowongan ini akan berujung. Kamu terus berjalan dan berjalan, dan mulai menyadari betapa lucunya jalan yang kamu jalani. Banyak benda-benda yang mengapung di sana, barang-barang yang dikira sudah tak berguna lagi, tapi ternyata bisa kamu pergunakan pada saat-saat seperti ini. Ada tongkat besi yang sepertinya merupakan jeruji jendela yang patah, pisau belati berkarat, tali tambang, dan botol bir yang sudah kosong.

Akhirnya kamu menemukan sebuah tangga besi memutar yang sudah berkarat. Perlahan-lahan kamu memanjat ke atas, menyadari bahwa bunyi sepelan apa pun yang kamu sebabkan akan bergema di tempat ini.

Dan kalau kamu sampai tertangkap, kamu akan mati.

Baca episode berikutnya.


INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:

Hai para peserta MysteryGame@Area47!

Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan "MysteryGame@Area47: THE ASYLUM episode 8," diikuti nama panggilan diikuti "HP=" diikuti jumlah HP diikuti "JP=" diikuti jumlah JP diikuti "XP=" diikuti jumlah XP, sementara dalam isi email, tuliskan jawaban atas pertanyaan ini:

BENDA APA YANG KAMU PUNGUT DARI DALAM GENANGAN ITU? (Pilih antara: tongkat besi, pisau belati, tali tambag, dan botol bir.)

Lexie tunggu jawabannya sampai enam hari berikutnya. Jangan sampai telat ya! ^^

Good luck, everybody!

xoxo,
Lexie