Sunday, July 31, 2011

MysteryGame@Area47: THE WRITER, episode 2

Selesai mengepak barang-barangmu yang tidak banyak, kamu memutuskan untuk memeriksa rumahmu sendirian. Kamu membawa senter kecilmu yang tak banyak gunanya, tapi setidaknya kamu tak bakalan berada dalam kegelapan total. Sesuai dengan cara pikirmu yang sistematis, kamu mulai dengan ruang tamu. Seperti yang kamu tangkap pada kesan pertama, ruang tamu itu pernah menjadi ruang tamu yang mewah, dengan ruangan besar dan kandelir cantik di atasnya. Kini, ruangan itu tampak gelap dan suram. Meski sudah dibersihkan (katanya), kamu masih bisa melihat debu beterbangan pada berkas-berkas cahaya yang menyeruak dari jendela-jendela tinggi yang menghadap ke depan rumah.

Sebuah lukisan besar terpampang di dinding, lukisan yang nyaris seukuran tubuhmu. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita yang jelas-jelas bukan bangsawan Belanda--meski wanita itu mengenakan gaun tradisional dari Barat yang cantik. Rambutnya hitam legam, dengan bola mata hitam yang seolah-olah menatap langsung ke matamu. Dia duduk di atas sebuah kursi besar yang kau kenali sebagai salah satu perabot yang ada di ruang tamu itu, dengan jari-jari terjalin di pangkuannya. Senyumnya tampak misterius--mirip Mona Lisa, hanya saja menurutmu dia lebih cantik. Meski begitu, kamu bergidik saat melihatnya. Lukisan itu begitu hidup. Pasti pelukisnya orang terkenal. Tapi, tidak ada tanda tangan pada sudut lukisan itu.

Kamu beralih ke ruang makan. Meski dipenuhi jendela di kedua sisinya, ruangan itu tidak lebih terang karena cahaya matahari terhalang oleh pepohonan rimbun di kedua sisi rumah. Kamu bisa membayangkan orang-orang di zaman dulu, duduk memenuhi setiap bangku--delapan bangku--yang mengelilingi meja makan. Kini kursi-kursi itu tampak terlantar. Kamu menengadah, dan baru menyadari bahwa pada langit-langitnya tergambar lukisan malaikat-malaikat putih dan gendut yang lucu. Baru saja kamu mulai merasa cerah, kamu menyadari malaikat-malaikat itu sedang menatap lurus padamu. Tangan mereka yang gemuk memegang pisau.

Kamu langsung ngacir ke dapur.

Dapurnya cukup luas, dengan sebuah kulkas besar dan ruang penyimpanan makanan--semuanya dipenuhi makanan dan minuman, sesuai dengan permintaanmu, sehingga kamu tidak perlu pergi berbelanja kalau tak butuh-butuh amat. Kamu sedang membuka-buka pintu kitchen set dengan kegembiraan yang timbul karena merasa kebutuhan perutmu tercukupi, saat kamu melihat bayangan melintas di depan jendela dapur yang sempit.

Apa itu?

Kamu diam sejenak, menekan rasa takutmu, lalu memutuskan untuk menengok ke luar jendela itu--dan menjerit keras saat seekor makhluk masuk dan menerkammu. Lalu, makhluk itu menjilat-jilatmu dengan lidahnya yang kecil.

"Hanya kucing." Kamu merasa lega, tapi tidak tambah senang. Kamu benci banget pada kucing. Namun sepertinya si kucing menyukaimu, karena dia tetap mengikutimu meski kau mendorongnya turun dari tubuhmu dan berjalan meninggalkannya. "Sori, Cink. Perasaan lo bertepuk sebelah tangan. Gue nggak suka sama elo. Cari aja majikan lain yang lebih pantas buat lo."

Namun bagaikan pengagum yang tergila-gila padamu, dia tak mau diusir. Karena kau tak tega melemparnya ke luar, terpaksa kau membiarkannya. Lagi pula, tanpa ocehan si agen properti yang menemanimu, rumah itu terasa kosong, sepi, suram. Tinggal sendirian, tanpa ditemani satu orang pun, membuat pikiranmu makin gelap dari waktu ke waktu. Mungkin kehadiran kucing ini akan membuat suasana lebih ramai.

Setidaknya, kucing ini akan menemanimu turun ke ruang penyimpanan anggur.

"Ya udah, gue tes lo sebentar. Yuk, Cink, temenin gue turun. Buktikan kalo lo ada gunanya. Kalo lo ternyata useless, sori, lo harus angkat kaki dari sini."

Si kucing mengerjapkan matanya--dan kamu baru menyadari bahwa warna kedua bola matanya berbeda. Kucing yang aneh. Tapi dia mengikutimu saat kamu menuruni tangga, jadi kamu segera melupakan keanehannya itu.

Ruang bawah tanah itu bau apek--dan sepertinya kamu mendengar cicit tikus. Gawat. Jangan sampai tikus-tikus itu naik dan memangsa makanan dalam ruang penyimpananmu. Tapi cicit tikus itu langsung lenyap saat si kucing mendekat. Ternyata kucing ini memang ada gunanya. Untunglah kamu belum mengusirnya.

Botol-botol anggur yang sudah jamuran tampak menjijikkan. Kamu pernah mendengar bahwa anggur yang disimpan semakin lama akan semakin enak, tapi dibayar berapa pun juga kamu tak bakalan mau minum dari botol-botol itu. Saat kamu mau meninggalkan ruangan itu, kamu menyadari si kucing tertinggal di belakang.

"Cink? Ngapain lo?"

Si kucing menjilat-jilat bagian bawah salah satu pilar kayu di ruangan bawah tanah itu. Kamu segera mendekatinya dan ikut berjongkok. Kamu menyadari bahwa si kucing sedang menjilati sebuah tulisan yang digurat dengan benda tajam--mungkin pisau. Tulisan itu hanya sepatah kata saja.

MATI.

Sesaat kamu terpaku di tempat, takut oleh apa yang mungkin diartikan oleh sepatah kata itu. Tapi lalu kamu menyadari sesuatu: tulisan itu adalah tulisan anak kecil.

"Ternyata cuma ulah anak kecil yang iseng," katamu keras-keras. "Ayo, Cink. Kalo lo mau, lo boleh tinggal di bawah sini untuk memangsa tikus-tikus. Kalo gue sih nggak doyan tikus, jadi gue mau naik sajalah."

Si kucing ternyata tidak mengikutimu, jadi kamu membiarkannya di bawah dan naik ke atas. Kamu meneruskan acara lihat-lihat rumah dengan menuju gudang yang terletak di belakang rumah. Pekarangan belakang, sama seperti pekarangan depan, sudah dipenuhi tumbuhan liar sehingga mirip hutan belantara. Kamu memeriksa gudang yang mirip pondok kayu itu. Ternyata gudang ini sama sekali tidak terpelihara. Bohlamnya sudah pecah dan tidak diganti, sarang laba-laba ada di mana-mana, debu-debu membuatmu ogah masuk ke dalam. Kamu perhatikan, tidak banyak peralatan yang disimpan di dalam. Ada sebuah gergaji, sebuah kotak peralatan yang diselimuti debu tebal, sebuah pompa, sebuah dongkrak, dan sebuah alat pemanggang daging outdoor. Setelah puas melihat-lihat, kamu kabur dari gudang jorok itu.

Kini kamu beralih ke lantai atas. Selain kamar tidur yang cukup luas dan kamar mandi yang terletak di sebelahnya, ada sebuah ruangan yang sepertinya adalah ruang main anak-anak. Kamu bisa melihat krayon-krayon berserakan, kardus berisi mainan-mainan rusak, deretan boneka yang menatap kosong... Lagi-lagi kamu bergidik. Di dinding tertempel kertas-kertas berisi gambar-gambar anak-anak. Kebanyakan hanyalah gambar-gambar pemandangan, dua orang dewasa dan dua anak kecil bergandengan tangan, rumah yang sepertinya adalah sketsa jelek dari rumah ini. Tapi lalu kuperhatikan salah satunya bergambar muka anak-anak yang lalu dicoret-coret--dan tulisan tangan yang kulihat di ruang penyimpanan anggur ada di kertas yang sama: MATI.

Kamu ingin kabur dari ruangan yang tidak menyenangkan itu, namun matamu yang tajam melihat di langit-langit ada semacam tangga. Kamu meraih tangga itu dan menariknya. Rupanya, itu adalah tangga menuju loteng. Kamu menyorotkan senter kecilmu ke atas, siap menjumpai loteng yang gelap.

Kenyataannya, loteng itu cukup terang. Ada jendela di bagian atap, memberi akses pada cahaya matahari untuk masuk ke dalam dengan bebas. Namun isi loteng itulah yang membuatmu tercekat. Sebuah tempat tidur kecil, sebuah nakas, dan sebuah lemari--semuanya terbuat dari kayu, dan semuanya tampak murahan.

Jelas, ada yang pernah tinggal di loteng ini. Dari ukuran tempat tidur, jelas penghuninya adalah anak kecil. Namun dari gersangnya kamar itu, jelas, anak itu dikurung di atas sini. Di rumah besar yang dulunya milik bangsawan Belanda ini, pernah ada anak kecil yang dikurung. Tapi dari tulisan yang ada, setidaknya ada satu orang anak yang menggunakan bahasa Indonesia. Kamu teringat lukisan wanita di ruangan tamu. Mungkinkah wanita itu diperistri oleh pemilik rumah ini, memiliki dua orang anak (seperti yang terlihat dalam salah satu gambar anak-anak) dan salah satu anaknya dikurung di atas sini?

Kamu turun dari loteng, mengembalikan letak tangga, dan kembali ke lantai paling bawah. Saat itulah, baru kamu sadari ada yang mengetok-ngetok pintu. Astaga, jangan-jangan ada tetangga yang datang! Sudah berapa lama dia mengetok-ngetok? Rasanya tidak lebih dari sepuluh menit, tapi tetap saja itu sudah lama banget!

Dengan berbagai pikiran panik dan kalut, kamu menghampiri pintu. "Sebentar!" teriakmu sambil memegangi hendel pintu. Kamu sudah siap untuk membukanya, tiba-tiba ada firasat tak enak yang memenuhi perasaanmu. Kamu terpaku sejenak di tempat, lalu kamu mengintip melalui lubang intip yang ada pada pintu.

Dan dari seberang pintu, sebuah mata menatap balik padamu.

Kamu nyaris histeris, tapi kamu buru-buru membekap mulutmu sendiri. Kamu kembali mengintip, dan mata itu masih berada di sana. Pupil matanya terlihat besar sekali, sampai memenuhi lubang intip. Kamu tidak tahu apakah itu akibat lensa lubang intip, atau barangkali pupil itu membesar akibat berusaha menyesuaikan diri untuk melihat ruangan dalam yang gelap. Yang jelas, mata itu terlihat besar melebihi ukuran mata manusia normal, dan pemiliknya jelas-jelas mengetahui keberadaanmu di balik pintu.

Sesaat kamu tidak tahu harus berbuat apa. Lalu, mengikuti instingmu, kamu berlari ke gudang, lalu menyambar benda yang kamu anggap paling mantap untuk digunakan sebagai senjata. Lalu, membawa benda kotor itu, kamu kembali ke ruangan depan. Dengan satu tangan yang bebas, kamu memegang hendel pintu, lalu memutarnya perlahan-lahan...

Baca episode berikutnya.

INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:

Hai para peserta MysteryGame@Area47!

Seperti minggu kemarin, kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang cukup diisi dengan nama panggilan saja, sementara dalam emailnya kamu menjawab pertanyaan ini:

BENDA APAKAH YANG KAMU PILIH SEBAGAI SENJATA? (Pilih antara: gergaji, kotak peralatan, pompa, dongkrak, alat pemanggang outdoor. Tidak perlu sebutkan alasannya.)

Lexie tunggu jawabannya sampai enam hari lagi.

Good luck, everybody!

xoxo,
Lexie

Sunday, July 24, 2011

MysteryGame@Area47: THE WRITER, episode 1

SELAMAT!! Kamu baru saja mendapat pemberitahuan dari editormu, bahwa penjualan buku pertamamu meledak di pasaran. Dalam dua minggu pertama sudah cetak ulang untuk yang kelima kalinya. Kamu dielu-elukan sebagai Poconggg-nya remaja, dan semua orang mulai penasaran, siapakah kamu yang sebenarnya. Facebook pribadimu langsung mencapai limit pertemanan, page Facebook-mu mendapat ratusan ribu fans, dan tiap hari kamu di-mention di Twitter oleh orang-orang yang berusaha membuka identitasmu. Puncak-puncaknya, kamu di-follow oleh Justin Bieber. Tidak diduga, reputasimu mulai merambah dunia internasional!

Editormu pun menyarankan dua hal. Yang pertama, buruan bikin buku baru lagi, mumpung sekarang kamu sedang jadi ikon remaja yang bikin geger di mana-mana. Yang kedua, lupakan internet. Putuskan hubunganmu dari dunia luar. Untuk sementara, lebih baik konsen dengan sarannya yang nomor satu.

Jadilah kamu, dengan rekening gendut akibat larisnya penjualan buku, menghubungi agen properti melalui telepon dan menyewa rumah besar di daerah Hadiputra Bukit Sentul. Kamu sudah pernah mendengar berita-berita buruk tentang banyaknya kejadian-kejadian aneh yang terjadi di kompleks perumahan raksasa itu: psikopat muda yang meneror rekan sekelasnya, kriminal muda yang buron bersama tukang ojek, belum lagi pembunuhan berantai yang bikin kalang-kabut kepolisian. Tapi, justru karena itulah kamu merasa perumahan mandiri itu adalah tempat yang ideal untuk menuliskan bukumu yang selanjutnya. Di mana lagi kamu bisa menulis novel seru selain di tempat yang banyak melahirkan kejadian seru ini?

Hari ini adalah hari pertama kamu datang ke rumah sewaanmu itu. Bawaanmu tidak banyak, hanya sebuah koper besar sarat dengan pakaian yang kamu pakai sehari-hari, sebuah tas sandang berisi laptop, dan tas berisi barang-barang yang kamu bawa ke mana-mana seperti dompet, BlackBerry, dan iPad. Penampilanmu hari ini betul-betul keren, dengan kemeja Next dengan dalaman kaos Guess, kacamata hitammu Rayban yang dipakai Will Smith di Men in Black, kakimu mengenakan sepatu bot Doctor Martin yang sudah langka. Kamu merasa mirip selebriti, tapi tentu saja, kamu simpan pendapatmu ini untuk dirimu sendiri. Kamu tidak ingin membuat orang-orang berpikir kamu sudah besar kepala dengan kesuksesanmu, kan?

Tak disangka, rumah sewaanmu ternyata terletak di pinggiran perumahan, jauh dari daerah pemukiman yang lebih ramai, dan tetangga kiri-kananmu adalah kavling-kavling kosong yang belum ada bangunannya. Tetangga terdekat tinggal di rumah yang jaraknya tiga kilometer dari rumahmu, dan rumah itu terlihat mencurigakan pula. Rumah yang sesuai dengan permintaanmu, tentu saja, tapi saat menghadapi kenyataan, rasanya janggal untuk tinggal di tempat sesepi ini.

Kamu mulai bertanya-tanya, apakah bijak menyewa rumah di tempat yang begini terpencil. Bagaimana kalau kamu butuh sesuatu? Saat ini, kamu datang dengan diantar oleh agenmu. Sepeninggalannya, pasti akan sulit pergi ke mana-mana. Agen propertimu menjawab dengan bangga, "Don't worry. Saya sudah menduga kekhawatiran Anda. Karena itu, saya minta pemilik rumah untuk menyediakan alat transportasi yang bisa digunakan."

Mendengar perhatian itu, kamu langsung terharu bercampur gembira. Meski kamu berharap bakalan dibekali mobil March yang keren itu, kamu tetap akan menerima dengan hepi jika diberi motor Bajaj. Pokoknya, kamu akan menerima apa saja dengan penuh rasa terima kasih.

Sang agen properti menunjuk sepeda butut yang tergeletak di pagar luar rumah. Sepeda itu kecil banget, sepertinya memang sepeda anak kecil, dan bentuknya sudah tak keruan. Sepertinya benda itu sudah tergeletak di situ bertahun-tahun--karena selain rumput yang ditimpanya, sekitarnya sudah dipenuhi ilalang tinggi--dan tidak pernah dicuri orang (jelaslah, siapa yang mau mencuri sepeda sejelek itu? Dijual pun tak ada yang mau!).

Mendadak kamu merasa panas. Kamu, si penulis muda setaraf Poconggg yang punya fans ratusan ribu orang dan di-follow Justin Bieber harus menggunakan sepeda anak kecil yang harusnya sudah pensiun?! Enak saja. Dia kira kamu ini siapa?

Baru saja kamu hendak memprotes, si agen properti berkata, "Sebaiknya kita jangan menggunakan barang-barang bagus di sekitar sini. Kita nggak mau mengundang perhatian perampok atau pembunuh kan?"

Mendengar ucapan itu, kamu teringat email-email, pesan Facebook, dan tweet penuh kebencian dari sejumlah orang yang tidak menyukai kesuksesan yang kamu capai dalam sekejap. Kamu menyadari betapa pentingnya untuk tampil tidak mencolok. Jadi kamu urungkan niatmu untuk memukuli kepala si agen properti dan menyuruhnya untuk memperlihatkan bagian dalam rumah sewaanmu itu.

Rumah sewaanmu ternyata sangat mengesankan. Dari luar saja, rumah itu tampak besar dengan gaya kolonial kuno--menandakan bahwa rumah itu sudah dibangun lama, jauh sebelum kemunculan perumahan Hadiputra Bukit Sentul. Halamannya dipenuhi pohon-pohon besar, semak-semak rimbun, dan ilalang tinggi yang membuat rumah itu nyaris tak terlihat. Meski begitu, kamu yang menyukai rumah-rumah kuno tetap bisa mengagumi bentuknya yang indah. Si agen properti membuka pintu depan yang terbuat dari kayu mahoni yang berat dan mempersilakanmu masuk.

Saat kamu menginjak rumah itu untuk pertama kalinya, kamu merasakan angin dingin yang langsung membuat tubuhmu merinding hebat.

Kamu merasakan tatapan tajam yang begitu menghunjam, dan kamu mulai merasa ngeri. Saat kamu mencari-cari siapa yang menatapmu dengan begitu intens, ternyata itu adalah si agen properti.

"Anda akan tetap menyewa tempat ini kan?"

Huh, rupanya dia menatapmu seperti itu hanya karena dia takut kamu membatalkan penyewaanmu dan meminta kembali duitnya. Dengan jengkel kamu berkata, "Tentu saja. Sekali seseorang mengeluarkan ucapan, empat ekor kuda pun takkan sanggup menariknya lagi."

Si agen properti tampak terkesan. Dia sama sekali tidak tahu kamu sedang mengutip kata-kata dari buku silat Kho Ping Hoo, dan kata-kata itu biasanya diucapkan oleh tokoh-tokoh yang sedang membualkan keberaniannya. Seperti kamu saat ini.

Kalian melihat-lihat ruang tamu dengan lampu kandelir yang besar, mewah, dan tidak berfungsi lagi. Lalu ada ruang makan dengan meja panjang dan kursi-kursi kayu yang sandarannya tegak dan membuat punggungmu sakit. Kamar-kamar tidurnya besar-besar, namun kamar mandinya terletak di luar dan jumlahnya tidak banyak, membuatmu berpikir bahwa bakalan gawat kalau kamu kebelet di tengah malam. Setidaknya, ruangan-ruangan ini bersih dan siap untuk digunakan. Di bagian belakang, terdapat sebuah gudang yang terpisah dengan rumah induk, dan ada ruang bawah tanah yang dulunya merupakan ruang penyimpanan anggur. Jelas, rumah ini dibangun untuk penghuni-penghuni dari dunia Barat--dan si agen properti menegaskannya dengan mengatakan bahwa rumah ini dulunya berfungsi sebagai vila seorang bangsawan Belanda.

Kamu memutar keran air dan senang mendapatkan bahwa airnya mengalir, dan semakin senang waktu melihat kulkas di dapur berada dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan. Namun rasa senangmu padam saat si agen properti berkata, "Daya listrik di rumah ini tidak seberapa besar. Setelah dipakai untuk menyalakan kulkas, mengisi batere laptop, dan mungkin untuk menge-charge BlackBerry atau iPad, yang tersisa tidaklah banyak. Jadi sebaiknya Anda tidak menyalakan lampu di ruangan-ruangan yang tidak terpakai."

Dengan kata lain, sebagian besar rumah ini bakalan gelap gulita di malam hari.

Kamu bertanya-tanya bagaimana rasanya menginap di rumah seseram ini.

"Nah, kalau tidak ada pertanyaan lagi, sebaiknya saya tinggalkan Anda untuk menikmati rumah ini," kata si agen properti, nyaris tampak gembira karena dia akan meninggalkan rumah ini. "Kalau ada apa-apa, silakan hubungi ponsel saya. Anda masih menyimpan nomornya kan?"

Si agen properti menyerahkan kunci-kunci rumah, lalu keluar dari pintu depan. Kamu mendengarkan deru mesin mobilnya, yang kemudian perlahan-lahan menjauh dan akhirnya lenyap sama sekali.

Kini kamu sendirian di rumah yang besar ini.

Yang pertama kali kamu lakukan adalah menyeret barang-barang bawaanmu ke kamar tidur pilihanmu. Ada tiga kamar tidur yang tampaknya cukup baik untuk ditinggali. Yang pertama adalah kamar tidur yang terletak di sebelah ruang tamu, dengan pemandangan langsung ke halaman depan. Yang kedua adalah kamar tidur di dekat dapur, yang tidak jauh dari tangga menuju ruang bawah tanah. Dan yang ketiga adalah salah satu dari dua kamar di lantai atas sekaligus satu-satunya kamar yang memiliki akses dekat ke kamar mandi.

Baca episode berikutnya.


INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:

Hai para peserta MysteryGame@Area47 yang sudah mendaftarkan diri!

Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan nama panggilan, nama Facebook, dan jenis kelamin, sementara dalam emailnya kamu menjawab pertanyaan ini:

DI ANTARA KETIGA KAMAR TIDUR ITU, KAMAR MANAKAH YANG AKAN KAMU PILIH? (tidak perlu jelaskan alasannya)

Lexie tunggu jawabannya sampai enam hari lagi.

Good luck, everybody!

xoxo,
Lexie

Tuesday, July 19, 2011

Kuis OBSESI/PMHM untuk 4 pemenang

Hai semuanya!

Sesuai janji, Lexie akan mengadakan kuis OBSESI/PMHM untuk merayakan cetak ulang kedua novel tersebut, dengan hadiah berupa kedua novel tersebut (pilih salah satu) plus tanda tangan penulis.

Cara mengikuti kuis:

1. Sudah menjadi member dari page Johan Series & Lexie Xu. Bagi yang belum, kunjungi http://www.facebook.com/johan.series dan http://www.facebook.com/lexiexu.thewriter.

2. Masuk ke kolom komen foto profil Johan Series (foto OBSESI berdampingan dengan Pengurus MOS Harus Mati).

3. Jawab dua pertanyaan ini:

a. Lebih seru OBSESI atau PMHM? Berikan alasannya.
b. Buku apa yang kalian inginkan sebagai hadiah? (Pilih antara OBSESI/PMHM.)

4. Di bawah jawaban, tuliskan nama panggilan, usia, nama sekolah/akademi/universitas.

5. Jawaban ditunggu sampai tanggal 2 Agustus 2011 (dua minggu dari sekarang).

6. Akan dipilih empat pemenang, terdiri dari dua jawaban yang memilih hadiah OBSESI dan dua jawaban yang memilih hadiah PMHM. Penilaian berdasarkan jawaban yang unik dan kreatif.

7. Nama pemenang diumumkan seminggu setelah kuis ditutup, yaitu tanggal 9 Agustus 2011.

8. Kuis ini tidak ada hubungannya dengan penerbit GPU dan MysteryGame@Area47, serta tidak dipungut bayaran.

Let's have fun, everybody! \(^.^)/


xoxo,
Lexie

Monday, July 18, 2011

STOP PRESS: OBSESI dan Pengurus MOS Harus Mati cetak ulang!

Hai hai semuanya!

Akhirnya berita yang ditunggu-tunggu tiba juga. OBSESI cetak ulang yang ketiga kali dan Pengurus MOS Harus Mati cetak ulang yang kedua kali. Bahagianya Lexie hari ini! *nari-nari dance dance revolution*

Lexie sadar banget, semua ini adalah bukan semata-mata usaha sendiri, melainkan juga hasil keras keras dari staf-staf GPU dan dukungan dari para pembaca sekalian. Dan tentunya ada satu oknum yang nggak lepas dari semua ini, yaitu Alexis Maxwell, my precious son, yang selalu menemaniku dan menyemangatiku setiap hari untuk terus maju dan berkarya. Terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk semua dukungannya terhadap Johan Series. m(_ _)m

Sesuai janji yang udah diberikan, Lexie akan mengadakan kuis yang berhadiah novel. Kuis ini terlepas dari MysteryGame@Area47, dan berhadiah novel OBSESI atau PMHM (bisa dipilih). Mengenai pertanyaan kuis dan cara mengikutinya, akan di-post pada saat yang tepat. Karena itu, semua harap bersabar yaa. ^^

Sekali lagi, thank you so much, and love you all!

Until next time...

xoxo,
Lexie

Sunday, July 17, 2011

How to play MysteryGame@Area47

Hai hai semuanya!

Sebelumnya Lexie minta maaf dulu karena terlambat menyusun cara bermain MysteryGame@Area47. Minggu ini benar-benar minggu yang sibuk, jadi semoga keterlambatan ini dimaklumi.

Cara bermain MysteryGame@Area47:

1. Pemain harus sudah menjadi member dari page Lexie Xu dan Johan Series. Bagi yang belum, silakan kunjungi page-nya di http://www.facebook.com/lexiexu.thewriter dan http://www.facebook.com/johan.series.

2. Daftarkan dirimu dengan mengirim email kosong kepada Lexie di lexiexu47@gmail.com. Tulis nama/nama di Facebook dan jenis kelamin di subject email kosong tersebut. Misalnya:

Lexie/Lexie Xu (wanita)

Yang boleh mengikuti permainan hanyalah yang mendaftar (jadi tidak bisa mengikuti permainan dari pertengahan cerita). Pendaftaran ditunggu sampai enam hari setelah cara main ini di-post (yaitu hari Sabtu).

3. Seminggu lagi, yaitu pada hari Minggu yang akan datang, Lexie akan menge-post sebuah cerita horor di blog ini, dan bagian bawahnya disertai instruksi untuk melanjutkan cerita berikutnya. Jawaban dikirim melalui email ke lexiexu47@gmail.com (jadi tidak perlu menjadi anggota blogger untuk mengikuti permainan), paling lama 6 hari setelah cerita di-post (kira-kira hari Sabtu). Yang tidak mengumpulkan jawaban dianggap gugur. Ingat untuk menyimpan data jawabanmu sendiri.

4. Cerita horor ini terdiri dari 10 bab, yang berarti akan di-post selama kurang lebih 10 minggu (2,5 bulan).

5. Untuk sementara, penilaian akan didasarkan pada sebagian dari jawaban peserta yang akan menjadi jawaban dari akhir cerita. (Ini agak sulit dijelaskan, tapi akan terlihat hasilnya pada saatnya nanti.) 

6. Untuk permainan yang pertama kali ini, akan dipilih satu orang pemenang. Pemenang akan mendapatkan satu kupon MysteryGame@Area47 yang bisa ditukar dengan buku-buku karya Lexie (plus tanda tangan dong, tentunya):

- Ratu Preman (hasil kolaborasi dengan Primadonna Angela)
- Obsesi
- Pengurus MOS Harus Mati (out of stock)
- Permainan Maut (akan dikirim setelah terbit)

Let's have fun together, everybody! \(^.^)/

xoxo,
Lexie

Sunday, July 10, 2011

Mystery Game at Area 47

Hai para pembaca yang budiman maupun yang tak budiman, yang setia maupun tak setia, yang sering mampir ataupun yang baru nongol untuk pertama kalinya, kita ketemu lagi di Area 47! Tihi! ^^v

Kali ini aku mau menceritakan rencana yang udah dibikin selama liburan. Yep, asal tahu saja, meski aku jarang-jarang nongol, kalian nggak pernah jauh-jauh dari pikiranku... Jiyahhh penulis gombal beraksi!! Huahaha... Tapi serius kok, aku ingin sekali menghabiskan waktu lebih banyak dengan kalian, melakukan kegiatan bersama yang fun tapi tidak meninggalkan kesibukanku sebagai mama Alexis dan penulis. Jadi inilah ide yang terbersit:

Permainan misteri yang dirancang oleh Lexie khusus untuk kalian semua!\(^.^)/

Permainan ini akan kubuat di Blogspot dan akun FB-ku di http://www.facebook.com/lexiexu.thewriter. Buat yang lebih suka menggunakan Twitter, sori banget, aku nggak bisa mengadakannya di Twitter karena aku butuh rekaman jawaban kalian.

Permainan yang kubayangkan kurang lebih adalah seperti ini: aku akan membuat sebuah cerita di mana kalian yang menjadi tokoh utamanya. Setelah itu, sampai pada adegan tertentu, akan ada beberapa kemungkinan kejadian:

Pertama, kalian mungkin harus memilih satu dari beberapa pilihan tindakan plus alasan. Gampang kan? Tapi jawabannya harus kreatif dong.

Kedua, kalian mungkin harus memenuhi tantangan Lexie (ohohohoho, siap-siaplah kalian semua! Harus ada buktinya lho!).

Ketiga, kalian mungkin harus menceritakan sebuah rahasia tentang diri kalian (jangan khawatir, kebanyakan menyangkut hal-hal memalukan dan konyol).

Keempat... mmm, aku akan pikirkan lagi deh. Wkwk.

Setiap minggu aku akan memberikan penilaian pada jawaban masing-masing peserta dan menge-post lanjutan cerita (kemungkinan aku akan melakukannya pada hari Minggu). Peserta bisa saja join dari pertengahan cerita, asal percaya diri bisa mengejar poin peserta yang lain. Tentu saja, pada akhir game, akan ada hadiahnya. Ada saran apa yang kalian inginkan? ^_~

Berhubung aku sendiri belum pede menyelenggarakan mystery game, permainan pertama akan menjadi permainan percobaan. Yang bersedia menjadi kelincinya, silakan mendaftar. ^^

Oh ya, FYI, ini permainan yang diselenggarakan secara pribadi oleh Lexie, jadi tidak ada sangkut-pautnya dengan pihak penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Until next time...

xoxo,
Lexie