Sunday, May 25, 2014

Kumcer Supertragis™: Tujuh Lukisan Bodor

Sejak pagi-pagi buta, gosip hebat melanda SMA Persada Internasional. Kak Lexie, kakak senior yang terkenal hobi mem-bully anak-anak innocent itu, mengadakan pameran lukisan!

"Gimana ini?" Murid-murid bertanya panik. "Kita pasti dipaksa untuk dateng ke pameran itu! Padahal lukisannya pasti nggak bagus! Kak Lexie kan paling bego dalam pelajaran menggambar!"

"Masih mending," keluh murid lain. "Berhubung ini pameran gelap dan nggak ada izin dari Kepsek, lokasinya bukan di auditorium kita yang sejuk ber-AC, melainkan di lapangan futsal! Kan lapangan itu panasnya kayak neraka! Kita semua pasti jadi item! Mendingan lo cewek-cewek telepon supir kalian, bawain jaket, sunblock, atau payung. Kalo nggak, nanti kita pasti jadi gosong!"

"Semua ini gara-gara sekolah saingan kita SMA Harapan Nusantara!" Para murid memaki-maki. "Kalo bukan mereka mengadakan pameran lukisan sok keren itu, Kak Lexie nggak akan merasa harus nunjukin bakatnya yang nggak seberapa itu! Yang menderita kan kita-kita juga! Udah gosong, pemandangannya nggak bagus lagi!"

"Omong-omong, apa topik pameran Kak Lexie?"

"Gosipnya sih, topiknya berjudul Tujuh Lukisan Bodor*."

Semua murid terdiam sejenak.

"Pasti jelek banget gambarnya!" teriak murid yang satu.

"Gue mau pulang aja!" tangis yang lain. "Gue nggak mau lihat sama sekali!"

"Kenapa guru-guru nggak berani bertindak?"

"Kak Lexie kan mafia sekolah kita! Guru yang berani bertindak, pasti ban motornya dikempesin!"

"Waduh, murid sebandel itu kenapa nggak dikeluarin?"

"Soalnya data muridnya nggak ada di TU."

Semua murid terperangah lagi.

"Jadi maksudnya," seorang murid nyeletuk di tengah-tengah keheningan, "dia sebenarnya bukan murid sini??"

"Entahlah. Pokoknya, segala sesuatu yang berkaitan dengan Kak Lexie itu misterius banget. Lebih baik kita nggak menentang dia."

Hari itu, tidak ada satu murid pun yang masuk kelas. Semua mengunjungi pameran lukisan Kak Lexie di lapangan futsal. Sang seniman sendiri tampak pongah, duduk di satu-satunya kursi yang tersedia di lapangan, sambil mengarahkan kipas angin portabel ke mukanya. Tanpa malu-malu, dia membagi-bagikan fotonya yang disertai tanda tangan pada murid-murid yang terpaksa menerima tanpa perlawanan maupun yang sudah berusaha keras menghindar dari dirinya. Tidak lupa dari murid-murid itu dia meminta sumbangan untuk pameran yang berikutnya.

Padahal, sesuai dugaan, lukisan-lukisan itu jeleknya luar biasa. Lebih tepatnya lagi, yang dipamerkan bukanlah lukisan, melainkan gambar-gambar tak jelas yang dicoretkan di atas kertas HVS. Contohnya saja, ada gambar yang terdiri dari dua buah lingkaran. Dari dekat, tampaknya seperti dua kepala manusia berukuran oversize. Tapi kalau dari jauh, kelihatannya seperti sepasang lubang hidung. Rasanya tidak sepadan banget, memandangi tujuh gambar jelek itu dalam cuaca panas menyengat seperti ini.

Meski begitu, tidak ada yang berani pergi tanpa izin dari sang seniman sendiri. Gerakan apa pun juga yang dianggap menghina karya besar Kak Lexie, pasti akan dibalas dengan hukuman yang tak bakalan terlupakan seumur hidup. Beberapa anak yang kehausan dan berusaha minum, botol minumnya langsung direbut dan diminum sendiri oleh Kak Lexie. Mau tidak mau, anak-anak yang menderita dehidrasi memaksakan diri untuk bertahan selama beberapa jam ke depan. Yang mau pipis juga hanya bisa bertahan seraya bertanya-tanya apakah mereka bakalan terkena kencing batu atau tidak. Yang mulas-mulas terpaksa berdiri dengan muka pucat. Yang cukup beruntung hanyalah mereka yang kepingin kentut. Mereka bisa melakukannya asal tidak berbunyi serta berada dalam posisi yang sejauh mungkin dari Kak Lexie. Alhasil, daerah terjauh dari pameran dipenuhi bau-bauan tidak enak, membuat semua anak terpaksa dekat-dekat dengan Kak Lexie.

Akhirnya, setelah jam-jam yang rasanya seperti takkan pernah berakhir, Kak Lexie menyudahi pamerannya juga. Tanpa membereskan pamerannya sama sekali, Kak Lexie melenggang ke luar gerbang sekolah. Yah, dipikir-pikir, memang tak ada yang berharga dari pameran itu, jadi tak ada yang perlu dibereskan. Begitu Kak Lexie lenyap dari pandangan, semua anak langsung kocar-kacir: kebanyakan pergi ke toilet, sebagian lagi pergi ke kantin untuk minum sebanyak-banyaknya, dan segelintir bahkan langsung masuk ke Care Center alias UKS akibat maag.

Setidaknya, semua bisa pulang tanpa menyinggung perasaan Kak Lexie.

Malamnya, anak-anak pun pergi tidur. Tidak ada yang ingat lagi dengan foto Kak Lexie yang bertandatangan. Yang masih ingat pun berusaha melupakannya. Hening menyelimuti bumi. Semua orang tidur dengan damai.

Lalu dari foto itu, perlahan-lahan sebuah tangan meraih keluar...

T H E E N D

---
*bodor (Sunda) = lucu, humor, lawakan.

5 comments:

Unknown said...

waah kereeen kalexx, hahaha kapan2 bikin lagi yaa :)

widia putri said...

Emang bodor kak hahhaa apalagi tojoh utamanya kak lexie kayanya ngeselin bgt ya? Hehhe

Unknown said...

seru kak lex, bikin lagi yaa.. hehe

gianzdamacii said...

pas pertama baca judulnya aja langsung ngakak kak. hahaha

Unknown said...

Kak lexie, kenapa gak buat kumcer lagi?
haha.. seru, menegangkan! (Y)