Jika pada episode 7 kamu memilih:
1. jalan kaki, klik di sini.
2. naik sepeda jelek, klik di sini.
3. menelepon taksi, klik di sini.
4. menelepon agen properti, klik di sini.
JALAN KAKI
Kamu berjalan secepat-cepatnya sambil berusaha menajamkan setiap panca inderamu. Setiap benda di tengah jalan, setiap bunyi-bunyian, setiap bau yang berbeda (apalagi bau nanah busuk yang kini sudah akrab di hidungmu), semua itulah yang menentukan langkahmu.
Di belokan pertama, di dekat sebuah tong sampah umum yang sepertinya sudah tak dipakai selama bertahun-tahun, kamu menemukan sebuah raket tenis yang sudah tak ada senarnya. Kamu memutuskan bahwa kamu membutuhkan senjata, karena itu kamu memungutnya dan berjalan terus.
Klik di sini untuk melanjutkan.
NAIK SEPEDA JELEK
Kamu menaiki sepeda jelek yang tergeletak di luar pekarangan depan. Sepeda itu sudah berkarat, rantai dan rodanya sudah lama tak diminyaki, sehingga mengayuhnya pun terasa berat luar biasa. Astaga, bisa-bisa tenagamu sudah terkuras habis di saat kamu baru saja menempuh sepuluh meter! Kamu putuskan berjalan kaki akan jauh lebih mudah. Sebagai gantinya, kamu mencopot rantai sepeda itu dan berlari sekuat tenaga menjauhi rumah mengerikan itu.
Klik di sini untuk melanjutkan.
MENELEPON TAKSI
Teleponmu berlangsung dengan sangat mengecewakan. Tidak ada taksi yang sedang berkeliaran di sekitar situ. Perusahaan taksi bersedia mengirimkan salah satu taksi, akan tetapi itu akan memakan waktu lima belas menit. Dasar perusahaan bodoh, apa mereka tidak tahu kamu tidak punya waktu lima belas menit?
Tapi kamu tidak memaki mereka seperti keinginanmu. Kamu mengucapkan terima kasih dan mengatakan bahwa kamu akan menunggu mereka di ujung kompleks. Setidaknya, kamu bisa menunggu di tempat yang jauh dari rumah mengerikan itu. Setelah itu, kamu pun berlari sekuat tenaga menuju ujung kompleks.
Klik di sini untuk melanjutkan.
MENELEPON AGEN PROPERTI
Agen properti itu terdengar tidak terlalu senang saat disuruh kembali ke rumah mengerikan itu. Tapi dia mencoba untuk bersikap profesional dan mengatakan dia akan datang secepatnya. "Saya akan tiba di sana dalam waktu lima belas menit."
Lima belas menit? Bisa-bisa nyawamu sudah melayang kalau kamu masih nongkrong di situ selama lima belas menit! Kamu pun mengatakan padanya kala ukamu akan menunggunya di ujung kompleks. Setidaknya, kamu bisa menunggu di tempat yang jauh dari rumah mengerikan itu. Setelah itu, kamu pun berlari sekuat tenaga menuju ujung kompleks.
Klik di sini untuk melanjutkan.
PEMILIK RUMAH TERDEKAT
Sejauh mata memandang, yang ada hanyalah kavling-kavling kosong tak terurus, dengan rumput-rumput yang sangat tinggi dan pohon-pohon berbatang besar yang menandakan usia mereka yang sudah tua. Seandainya si monster menguntitmu di belakang, kamu takkan bisa melihatnya. Kamu bertanya-tanya, separah apakah luka yang sudah kamu akibatkan padanya? Siapakah yang kondisinya lebih mengenaskan, kamu ataukah dia?
Kamu mendengar suara geretak kerikil di kejauhan--suara yang nyaris tak terdengar saking jauhnya, tapi pengalaman tegang hari ini telah mengasah panca inderamu. Kamu menyadari, meski dia masih jauh, hanya tinggal tunggu waktu dia menemukan dirimu. Aneh sekali, kamu kan menempuh jalan berkelok-kelok, kenapa dia masih saja bisa menguntitmu? Apakah itu hanya kebetulan, ataukah dia memang bisa mencium baumu?
Baru kemarin sore kamu tiba di rumah itu, tapi rasanya sudah berabad-abad--sampai-sampai kamu lupa bahwa kamu sempat melewati sebuah rumah yang jauhnya lumayan banget. Tiga kilometer, begitulah menurut si agen properti. Jarak yang membuatmu yakin kamu tak bakalan direcoki oleh tetangga cerewet.
Kini kamu berdiri di hadapan rumah si tetangga. Rumah yang tidak kalah besarnya--dan tak kalah tua--dibandingkan dengan rumah yang kamu sewa, dengan halaman yang hanya sedikit lebih rapi ketimbang rumahmu, dan sebuah mobil BMW terbaru yang kontras dengan kondisi rumah itu. Melihat mobil itu, kamu jadi ngiler. Bukan hanya keindahan dan kemewahan mobil itu--yang memang patut dikagumi--tapi kamu bisa menggunakan mobil itu, bisa dipastikan monster itu tak bakalan mengejarmu lagi untuk selama-lamanya.
Niat buruk pun terbersit dalam pikiranmu. Niat buruk yang biasanya tak bakalan ada, tapi saat ini terbentuk karena ketakutan dan keinginanmu untuk meloloskan diri.
Seandainya saja kamu bisa mencuri mobil itu...
Yang perlu kamu lakukan hanyalah mengetuk pintu rumah itu sampai ada yang membukakan, lalu kamu mencari tempat gantungan kunci mobil. Memang ada orang-orang yang menyimpan kunci mobil di kamar tidur, tapi kebanyakan orang menyimpan kunci mobil di dekat pintu keluar--atau pintu garasi. Andai kamu menemukan kunci itu, kamu akan menyambarnya dan melarikan diri dengan mobil BMW tersebut. Lalu adios, monster, dan sori, tetangga!
Rupanya ada tombol bel di dekat pintu, jadi kamu pun memencetnya.
Selama kamu menunggu di ambang pintu, ketakutan semakin menguasai dirimu. Bagaimana kalau monster itu keburu tiba? Bisa-bisa kamu diterkam olehnya di depan BMW, saranamu menuju kebebasan! Itu kan mengenaskan banget. Tidak, kamu harus membuat rencana cadangan alias plan B. Seandainya saja monster itu datang sebelum pintu dibuka...
Klik.
Oh, untunglah si pemilik rumah yang akan kamu curi mobilnya itu membukakan pintu!
"Siapa ya?"
Sial, si pemilik rumah rupanya cukup berhati-hati. Dia hanya membukakan pintu sedikit, sementara ada rantai yang menghubungi pintu dengan selot. Dengan demikian, kamu takkan bisa memaksa masuk ke dalam. Ya, tentu saja dia bersikap hati-hati. Tak ada orang yang bakalan bersikap ceroboh di saat pintu rumahnya diketuk di subuh hari, sementara rumahnya terletak jauh dari peradaban.
"Tolong saya!" teriakmu histeris. Oke, kamu sebenarnya berniat datang baik-baik dan bicara sesopan mungkin, tapi rupanya ketakutan membuatmu sulit mengendalikan diri. "Ada monster yang mengejar saya!"
Ups. Gawat. Harusnya kamu tidak bilang begitu. Bisa-bisa dia ikut ketakutan dan meninggalkan kamu di luar sana untuk dimangsa si monster. Kamu memang bodoh.
Namun, berlawanan dengan kecemasanmu, si pemilik rumah malah segera melepaskan rantai yang menahan pintu seraya berkata, "Astaga, monster apa? Anda tidak apa-apa?"
Kamu masuk ke dalam rumah, lalu terpaku di tempat saat wajah itu menyambutmu. Wajah wanita berambut panjang yang keji, dengan matanya yang beradu pandang denganmu, sementara tangannya menyembunyikan sebilah pisau di pangkuannya.
Tubuhmu langsung gemetaran hebat.
"Anda tak apa-apa?"
Suara si pemilik rumah terdengar sayup-sayup, seolah-olah datang dari tempat yang jauh. Kamu masih tidak bisa melepaskan pandangan dari wanita itu, yang menyunggingkan senyum culas, dan kamu bisa mendengar suaranya yang merdu namun mengerikan, "Kamu akan mati di sini..."
"Hei!!"
Kamu terperanjat dan kembali pada kenyataan. Astaga, si pemilik rumah kelihatan bete banget karena dicuekin!
"Sori, sori," ucapmu segera. "Lukisan ini membuatku takut..."
"Lukisan ini?" tanya si pemilik rumah dengan suara heran. Baru kamu sadari, si pemilik rumah adalah seorang laki-laki tua yang masih berbadan tegap dan kelihatan bugar. Jelas dia bukan tipe kakek-kakek yang cepat mati, tapi kakek-kakek keren sejenis Gandalf dan Albus Dumbledore. "Ini lukisan tua yang saya warisi turun-temurun dari nenek moyang. Kabarnya, lukisan ini dibuat oleh nenek moyangku. Tapi itu tidak penting. Yang lebih penting adalah, apa yang Anda maksud dengan dikejar monster? Apakah yang Anda maksud adalah perampok atau pembunuh..."
"Nggak!" Kamu menggeleng. "Saya dikejar monster beneran. Monster yang berdiam di rumah lain di kompleks ini..."
"Oh ya?" Mata si pemilik rumah membelalak. "Rumah tua dan cantik yang terbengkalai itu?"
Kamu mengangguk.
"Astaga, padahal selama ini saya kira rumah itu kosong! Monster, Anda bilang? Monster seperti apa..." Ucapan si pemilik rumah terhenti. "Ya ampun, saya benar-benar tidak sopan. Anda butuh sesuatu? Makanan, minuman, atau apa saja?"
"Kalau boleh, saya ingin minuman, air putih saja, dan kalau boleh, saya ingin meminjam toilet."
"Tentu saja, akan saya ambilkan minuman," sahut si pemilik rumah dengan ramah. "Sedangkan toilet ada di ujung lorong ini, belok kiri."
"Terima kasih."
Kamu segera ngacir ke arah yang ditunjuknya. Setelah keluar dari toilet, kamu merasa jauh lebih baik. Lalu, saat kamu kembali ke ruang depan, kamu menyadari bahwa kamu melewati sebuah lemari hias dengan banyak benda-benda indah.
"Suka?"
Suara si pemilik rumah mengejutkanmu.
Kamu mengangguk. "Benda-benda ini bagus banget."
"Ambil saja yang Anda suka," kata si pemilik rumah ramah.
Kamu terkejut lagi. "Oh, nggak. Saya nggak bermaksud..."
"Jangan malu-malu," kata si pemilik rumah sambil tertawa. "Ayo, ambil saja. Anggap saja hadiah perkenalan."
Sekali lagi kamu memandangi isi lemari hias itu. Ada sebuah tempat lilin perak berukir yang sangat indah, patung kucing emas yang tangannya bisa melambai-lambai, kelereng-kelereng sebesar kepalan tangan anak kecil, dan tabung gelas raksasa dengan serbuk-serbuk cantik di dalamnya. Keempat benda itulah yang paling menarik hatimu, dan kamu tidak bisa memutuskan yang mana yang lebih kamu sukai.
Baca episode berikutnya.
INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:
Hai para peserta MysteryGame@Area47!
Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan nama panggilan diikuti dengan jawaban atas pertanyaan ini:
BENDA APA YANG KAMU PILIH? (Pilih antara: tempat lilin, patung kucing, kelereng, tabung gelas. Tidak perlu sebutkan alasannya.)
Di dalam email, tuliskan hasil HP dan EP yang kamu peroleh sejauh ini. Lexie tunggu jawabannya sampai enam hari lagi. Jangan sampai telat ya mengirimkan jawabannya!
Good luck, everybody!
xoxo,
Lexie
No comments:
Post a Comment