Sunday, September 11, 2011

MysteryGame@Area47: THE WRITER, Episode 7 (Battle #2)

Ingatkah kamu dengan nilai HP dan EP yang kamu dapatkan pada saat menempuh episode 4 (battle #1)? Siapkan kertas dan pensil, tuliskan nilai HP dan EP tersebut di sana. Kini, nilai-nilai itu akan mengalami perubahan lagi. Sanggupkah kamu mempertahankan HP sekaligus menurunkan EP lawan?

Jika pada episode 6 kamu memilih:
1. kamar mandi, klik di sini.
2. ruang penyimpanan makanan, klik di sini.
3. kulkas, klik di sini.
4. dapur, klik di sini.

Perhatian: Jangan sampai salah klik, karena akan sulit sekali untuk kembali ke awal.



MELARIKAN DIRI


Saat kamu selesai, kamu mendengar suara raungan yang keras. Astaga! Monster itu berhasil turun dari loteng! Padahal kamu yakin dia takkan berani meloncat turun. Seandainya kamu yang berada di atas loteng, kamu tak bakalan berani meloncat turun tanpa tangga. Bisa-bisa kamu patah leher kan? Entah si monster memang lebih lincah dari dugaanmu, ataukah dia hanya bodoh dan melakukan segala sesuatu membabi-buta. Apa pun juga itu, kini dia datang dan kamu harus kabur.

Kamu menghambur ke luar pintu belakang, siap untuk kabur ke luar pekarangan. Tak kamu duga, antara pekarangan belakang dan pekarangan depan, terdapat pagar yang sangat tinggi, mana dililit kawat berduri pula! Ini memang tindakan pengamanan yang cerdas, tapi kini kamu terjebak di pekarangan belakang. Kamu tahu, tidak butuh waktu lama bagi sang monster untuk menghampirimu. Apa yang harus kamu lakukan sekarang?

Oke, kalau memang kamu tidak bisa bergerak secara horisontal, sepertinya kamu harus bergerak secara vertikal.

Klik di sini untuk melanjutkan.


KAPAL DALAM BOTOL


Kamu memecahkan botol kaca berisi kapal itu, dan kapal cantik yang dibuat dengan susah payah itu terjatuh ke atas lantai. Tapi saat ini yang kamu butuhkan bukanlah kapal itu, melainkan botol kacanya. Ujung botol yang telah dipecahkan membentuk gerigi-gerigi tajam yang berkilauan ditimpa cahaya bulan.

Kamu melayangkan serangan ke muka si monster, dan berkat kecepatanmu yang luar biasa--kamu belum pernah bergerak secepat ini--ujung-ujung tajam itu berhasil melukai wajah si monster. (EP: -10)

Luka itu hanya sebuah baretan kecil, namun si monster langsung meraung sejadi-jadinya--tak tahu apakah itu sakit ataukah marah. Dengan geram dia merebut senjatamu. Kamu berusaha mempertahankannya, tapi sia-sia melawan tenaga sekuat itu. Yang lebih menyakitkan lagi, pergelangan tangan kananmu terkilir waktu kamu berusaha mempertahankan senjatamu. (HP:-15)

Mengalami luka seperti itu, kamu tahu kamu harus berlindung. Tanpa berpikir panjang lagi, kamu masuk ke dalam gudang dan merantai pintunya.

Klik di sini untuk melanjutkan.


BOTOL PLASTIK KECIL


Ada beberapa jerigen di pojok ruangan, jerigen-jerigen yang tampak berdebu dan kosong sehingga luput dari perhatianmu. Namun saat kamu memeriksa jerigen-jerigen itu, ternyata salah satunya masih berisi bensin--tidak banyak, tapi cukup untuk kebutuhanmu. Kamu menuangkan isi jerigen itu ke dalam botol plastik kecil yang kamu ambil dari loteng, dan botol itu pun penuh dengan bensin.

Klik di sini untuk melanjutkan.


KAMAR MANDI


Akhirnya, setelah semalaman tegang dan depresi, kamu mendapat kesempatan untuk memenuhi panggilan alam juga! Bukan itu saja. Kamu bahkan sempat mencuci muka dan membersihkan luka-lukamu. Rasanya segar luar biasa. Sayang, kamu tidak bisa berlama-lama di situ. Sudah waktunya kamu beraksi kembali. (HP: +15)

Klik di sini untuk melanjutkan.


ATAP GUDANG


Atap rumah terlalu tinggi untuk dipanjat, tapi atap gudang paling-paling hanya setinggi dua meter. Kamu mendekati gudang itu dan mendapatkan bahwa di bagian belakang, terdapat sebuah tangga kayu di mana kamu bisa memanjat ke atas. Mungkin tangga itu pernah digunakan oleh para pekerja untuk membetulkan atap gudang. Habis, tingginya pas betul.

Apa pun alasan keberadaan tangga itu, yang penting adalah kamu bisa menggunakannya untuk menyelamatkan diri. Kamu bisa merasakan si monster sudah semakin mendekati pekarangan belakang, jadi kamu buru-buru menaiki tangga itu.

Tepat pada saat kamu tiba di ujung atas tangga, kamu mendengar derap si monster berhenti di depan pintu belakang.

Kamu menahan napas, mengkeret di atas atap sementara si monster mulai mencari-carimu di seluruh pekarangan belakang. Cahaya bulan bersinar terang, tapi kamu dilindungi oleh bayangan yang ditimbulkan atap. Kamu bisa merasakan si monster berjalan di bawahmu, terseret-seret akibat kakinya yang sakit, tapi dia tidak menengok ke atas. Mungkin kamu bersembunyi di atas atap adalah sesuatu yang tak terpikirkan oleh otaknya yang terbatas itu.

Saat monster itu akhirnya beranjak pergi, kamu menghela napas lega. Akhirnya kamu selamat juga! Kamu menyusuri atap gudang dengan hati-hati. Di ujung atap, kamu berdiri menghadap rumah induk. Dari ujung atap gudang ke atap sempit yang mengelilingi lantai satu rumah induk, jaraknya hanya satu atau satu setengah meter. Tentunya tak sulit melompat ke sana kan?

Kamu mengambil ancang-ancang, lalu segera melompat. Berhasil! Tapi... tunggu dulu. Kakimu terperosok di ujung atap yang rupanya sudah rapuh. Kamu berusaha meraih-raih, tapi tak ada yang bisa kamu jadikan pegangan. Kamu terjatuh ke bawah lagi. Untungnya, karena kamu sempat berpegangan dengan atap, kamu berhasil menjatuhkan diri dengan dua kaki berpijak di atas tanah.

Namun sialnya, di depanmu, berdirilah si monster busuk dengan seringai lebar di mukanya.

"Mati!" raungnya dengan nada yang nyaris terdengar seperti gembira.

Sesaat kamu hanya sanggup berdiri dengan tubuh gemetar ketakutan. Namun saat si monster bergerak, tubuhmu bergerak secara otomatis. Kamu gunakan benda yang kamu pegang sedari tadi untuk melindungi dirimu.

Jika pada episode 4 kamu memilih:
1. kapal dalam botol, klik di sini.
2. ukulele, klik di sini.
3. seprei anak-anak, klik di sini.
4. layang-layang, klik di sini.

Perhatian: Jangan sampai salah klik, karena akan sulit sekali untuk kembali ke awal.



UKULELE


Tepat pada saat si monster melayangkan serangannya, kamu menyambutnya seperti Rafael Nadal menyambut bola tenis dengan raketnya. Ukulelemu langsung hancur berantakan saat bertemu dengan tinju si monster, tapi monster itu juga langsung menarik kembali serangannya. Hanya sekejap saja, kamu melihat tinjunya lecet akibat seranganmu. (EP: -7)

Belum sempat kamu merasa gembira, si monster merebut sisa gagang ukulele dari tanganmu. Kamu tidak sempat mempertahankannya. Yang kamu tahu, mendadak saja mukamu dipukul dengan senjatamu sendiri. Matamu berkunang-kunang dan kepalamu pusing, dan kamu bisa merasakan sakit lebam di mukamu, tapi alam bawah sadarmu segera mengambil alih. (HP: -15)

Kamu menjatuhkan diri dan berguling, masuk ke dalam gudang, dan merantai pintu.

Klik di sini untuk melanjutkan.


GARPU: LORONG BAWAH TANAH


Kamu membuka pintu tingkap, dan tepat pada saat kamu masuk ke dalam lorong, kamu mendengar pintu berhasil didobrak.

Di dalam lorong, tidak ada cahaya sama sekali. Sesaat, kamu merasa ditelan kegelapan. Kamu buru-buru menyalakan senter, dan merasa lega saat sentermu menyorotkan sinar yang, omong-omong, ternyata tidak seterang tadi. Mungkin karena baterenya sudah mau habis, mungkin juga karena terbanting-banting sedari tadi. Apa pun alasannya, kamu menyadari bahwa sentermu takkan berumur panjang, dan kamu harus bergerak cepat sebelum riwayat benda itu tamat.

Kamu mulai bergegas.

Klik di sini untuk melanjutkan.


JEBAKAN


Dari kejauhan, kamu mendengar gema raungan si monster. Ini berarti, dia sudah menemukan lorong ini juga--ataukah dia memang mengetahui keberadaan lorong ini dari awal?

Inilah waktumu untuk memasang jebakan. Kamu menancapkan pensil-pensil yang ada di dalam kotak pensil milikmu di tengah-tengah lorong. Pensil-pensil itu diraut dengan tajam, dan kamu berharap pensil-pensil itu bisa melukai si monster tak peduli sekecil apa pun. Sementara kotak pensilnya kamu taruh di depan pensil-pensil itu, berharap monster itu tersandung olehnya. Untuk memberatkan kotak pensil itu, kamu mengisinya dengan kerikil yang tersebar di lantai lorong. Untuk berjaga-jaga, setelah berhasil memasang jebakan itu, kamu melarikan diri secepatnya.

Saat jarakmu dan jebakan yang kamu pasang sudah cukup jauh, kamu menoleh ke belakang. Kamu melihat si monster berteriak kaget saat tersandung kotak pensil, dan berteriak lebih keras lagi tanda kesakitan, saat dia jatuh menimpa pensil-pensil itu. Ya, pasti akan sakit sekali, apalagi tubuh monster itu kan penuh luka-luka akibat penyakit misterius yang dideritanya. Tapi monster itu lalu mendongak, matanya tertuju padamu. Kemudian dia bangkit, dan berjalan dengan mantap ke arahmu sambil mencabut pensil-pensil yang tertancap di tubuhnya. (EP: -30)

Kamu pun langsung lari untuk menyelamatkan dirimu!

Klik di sini untuk melanjutkan.



RUANG PENYIMPANAN MAKANAN


Gara-gara kebanyakan beraksi, kamu jadi lapar lagi. Padahal belum lama berselang sejak terakhir kali kamu makan malam. Menyadari kenyataan penting ini, kamu memutuskan untuk membawa 2-3 makanan kaleng di dalam tasmu. Bahkan kamu menemukan sebotol minuman pula. Energimu jadi pulih, dan kamu memiliki cadangan makanan. Tambahan lagi, meski malu, kamu berhasil membuang air di pojokan. (HP: +35)

Klik di sini untuk melanjutkan.


DI DALAM GUDANG


Jantungmu berdebar-debar saat kamu menjatuhkan diri di lantai gudang. Nyaris saja! Tak kamu duga, rencanamu menyusuri atap gagal total, dan sebagai gantinya kamu malah harus berhadapan langsung dengan si monster. Untunglah sekarang kamu berhasil meloloskan diri. Yah, mengingat kekuatan si monster, tentu saja dalam waktu singkat dia akan berhasil merobohkan pintu gudang--mungkin sekalian dia meratakan seluruh gudang bobrok, hanya demi menangkapmu.

Kamu mulai mengobrak-abrik gudang itu, mencari-cari apa saja yang bisa kamu gunakan untuk melawan si monster. Namun, setiap benda terlihat rapuh kalau harus digunakan untuk menghadapi kekuatan si monster yang luar biasa.

Yang benar saja! Masa kamu harus menyerah begitu saja?

Kakimu tersandung sesuatu, dan kamu nyaris berteriak saking sakitnya. Maklumlah, sudah luka, masih juga kesandung-sandung. Benda sialan apa sih yang begitu keras? Kamu berjongkok dan memeriksanya. Ternyata itu bukan batu, melainkan sebuah cincin besar yang terkait pada pintu yang nyaris menyatu dengan lantai--pintu menuju ruang bawah tanah.

Kamu membuka pintu itu dengan berdebar-debar. Ternyata di bawah pintu itu bukanlah sebuah ruangan, melainkan sebuah lorong yang sangat panjang. Jangan-jangan, ini adalah jalan rahasia untuk menuju dunia bebas!

Akan tetapi monster itu pasti akan mengejarmu. Mungkin dia akan berhasil menyusul--jelek-jelek gitu, monster itu punya kelincahan yang mengejutkan. Kalau kamu tidak menghambatnya, jalan rahasia itu akan menjadi tempat kematianmu.

Sepertinya, kamu harus menyusun jebakan untuk menghambatnya.

Jika pada episode 5 kamu memilih:
1. botol plastik kecil, klik di sini.
2. garpu, klik di sini.
3. kotak pensil, klik di sini.
4. tali rafia, klik di sini.

Perhatian: Jangan sampai salah klik, karena akan sulit sekali untuk kembali ke awal.



SEPREI ANAK-ANAK


Kamu melemparkan seprei yang kamu bawa ke muka si monster. Sebelum dia sempat bergerak, kamu sudah membungkus badan si monster erat-erat. Harapanmu, monster itu akan kehabisan napas di dalam seprei dan pingsan karenanya.

Namun harapanmu kali ini, seperti banyak harapan lain pada malam ini, tidak terkabul. Si monster merobek seprei itu dengan gampang--tentu saja, ini hanya seprei anak-anak yang sudah tua--dan membebaskan diri. Kamu tidak berputus asa. Kamu masih memegangi sobekan seprei yang cukup panjang, dan kamu gunakan untuk mengikat kedua kaki raksasa itu. Raksasa itu pun jatuh tersungkur. (EP: -5)

Kamu siap untuk kabur, tapi si raksasa berhasil menangkap kakimu. Akibatnya, kamu pun jatuh terjerambab. Kakimu sedari tadi memang sudah terluka, tapi kini lututmu juga terasa sakit sekali. Sesaat, rasanya kamu ingin menyerah. (HP: -15)

Tapi lalu keinginan untuk bertahan mengambil alih. Kamu menendang muka si monster, membebaskan diri, lalu masuk ke dalam gudang dan merantai pintu.

Klik di sini untuk melanjutkan.


KOTAK PENSIL: LORONG BAWAH TANAH


Kamu membuka pintu tingkap, dan tepat pada saat kamu masuk ke dalam lorong, kamu mendengar pintu berhasil didobrak.

Di dalam lorong, tidak ada cahaya sama sekali. Sesaat, kamu merasa ditelan kegelapan. Kamu buru-buru menyalakan senter, dan merasa lega saat sentermu menyorotkan sinar yang, omong-omong, ternyata tidak seterang tadi. Mungkin karena baterenya sudah mau habis, mungkin juga karena terbanting-banting sedari tadi. Apa pun alasannya, kamu menyadari bahwa sentermu takkan berumur panjang, dan kamu harus bergerak cepat sebelum riwayat benda itu tamat.

Kamu mulai bergegas.

Klik di sini untuk melanjutkan.


JEBAKAN


Dari kejauhan, kamu mendengar gema raungan si monster. Ini berarti, dia sudah menemukan lorong ini juga--ataukah dia memang mengetahui keberadaan lorong ini dari awal?

Inilah waktumu untuk memasang jebakan. Kamu memasang tali rafia di tengah-tengah lorong, berharap bisa menjegal langkah si monster saat dia melewatinya. Tapi untuk berjaga-jaga, kamu melarikan diri secepatnya.

Saat jarakmu dan jebakan yang kamu pasang sudah cukup jauh, kamu menoleh ke belakang. Kamu melihat si monster jatuh terjerambab di tengah-tengah lorong, menandakan jebakanmu berhasil. Tapi saat dia melihatmu, dia langsung berdiri lagi dan berjalan dengan mantap ke arahmu. (EP: -10)

Kamu pun langsung lari untuk menyelamatkan dirimu!

Klik di sini untuk melanjutkan.



KULKAS


Belum pernah kamu merasa sehaus ini seumur hidupmu. Tapi kamu bukan orang bodoh. Kamu tidak menenggak air seperti orang yang barusan ketemu danau di gurun pasir, karena hal itu akan membuat perutmu sakit. Lagi pula, kamu tidak ingin kebelet di tengah-tengah pertempuran penting. Jadi kamu minum seadanya, lalu membawa 2 botol minuman cadangan dalam tasmu. Kini kamu siap bertempur lagi. (HP: +25)

Klik di sini untuk melanjutkan.


BOTOL PLASTIK KECIL: LORONG BAWAH TANAH


Kamu membuka pintu tingkap, dan tepat pada saat kamu masuk ke dalam lorong, kamu mendengar pintu berhasil didobrak.

Di dalam lorong, tidak ada cahaya sama sekali. Sesaat, kamu merasa ditelan kegelapan. Kamu buru-buru menyalakan senter, dan merasa lega saat sentermu menyorotkan sinar yang, omong-omong, ternyata tidak seterang tadi. Mungkin karena baterenya sudah mau habis, mungkin juga karena terbanting-banting sedari tadi. Apa pun alasannya, kamu menyadari bahwa sentermu takkan berumur panjang, dan kamu harus bergerak cepat sebelum riwayat benda itu tamat.

Kamu mulai bergegas.

Klik di sini untuk melanjutkan.


JEBAKAN


Dari kejauhan, kamu mendengar gema raungan si monster. Ini berarti, dia sudah menemukan lorong ini juga--ataukah dia memang mengetahui keberadaan lorong ini dari awal?

Inilah waktumu untuk memasang jebakan. Kamu menancapkan garpu di tengah-tengah lorong. Lorong itu sempit, jadi ada kemungkinan besar monster itu menginjak garpu itu. Tapi untuk berjaga-jaga, kamu melarikan diri secepatnya.

Saat jarakmu dan jebakan yang kamu pasang sudah cukup jauh, kamu menoleh ke belakang. Kamu melihat si monster berteriak sambil memegangi kakinya, menandakan jebakanmu berhasil. Tapi saat dia melihatmu, dia langsung menurunkan kakinya yang sakit, lalu berjalan dengan mantap ke arahmu. (EP: -10)

Kamu pun langsung lari untuk menyelamatkan dirimu!

Klik di sini untuk melanjutkan.


LAYANG-LAYANG


Dengan cepat kamu melingkari kedua tangan si monster yang siap untuk memukulmu, lalu mengikatnya erat-erat. Sebelum si monster sempat bereaksi, kamu menggunakan lidi yang menjadi tulang layang-layang tersebut untuk mencolok matanya.

Sayangnya, kamu kurang perhitungan di sini. Mata si monster terlalu tinggi untukmu. Yang bisa kamu jangkau hanyalah lubang hidungnya. Oke, tak masalah. Lubang hidung yang dicolok dengan keras tetap akan terasa sangat sakit. Maka tanpa belas kasihan, kamu menyodokkan lidi itu ke lubang hidungnya dalam-dalam. Kamu mengharapkan bakal melihat darah segar mengucur dari hidung si monster, namun sebaliknya, yang keluar adalah cairan bening mirip ingus. Euw!! (EP: -15)

Pokoknya, si monster kelihatan kesakitan, dan itu berarti seranganmu masuk! Mumpung dia sedang bergulat dengan rasa sakit, sementara kedua tangannya terkunci, kamu melarikan diri ke tempat persembunyian terdekat. Kamu masuk ke dalam gudang dan merantai pintunya.

Klik di sini untuk melanjutkan.


TALI RAFIA: LORONG BAWAH TANAH


Kamu membuka pintu tingkap, dan tepat pada saat kamu masuk ke dalam lorong, kamu mendengar pintu berhasil didobrak.

Di dalam lorong, tidak ada cahaya sama sekali. Sesaat, kamu merasa ditelan kegelapan. Kamu buru-buru menyalakan senter, dan merasa lega saat sentermu menyorotkan sinar yang, omong-omong, ternyata tidak seterang tadi. Mungkin karena baterenya sudah mau habis, mungkin juga karena terbanting-banting sedari tadi. Apa pun alasannya, kamu menyadari bahwa sentermu takkan berumur panjang, dan kamu harus bergerak cepat sebelum riwayat benda itu tamat.

Kamu mulai bergegas.

Klik di sini untuk melanjutkan.


DAPUR


Kamu mulai mengaduk-aduk kitchen set dan mendapatkan benda yang sudah kamu inginkan sedari tadi. Sebilah pisau panjang, merk Ginsu pula! Kalau pisau ini memang setajam iklannya--kamu ingat banget waktu model iklannya memotong kaleng menjadi dua--si monster tak bakalan menang melawanmu. Meski kamu sudah mendapatkan senjata pamungkas, kamu tidak berniat cari masalah dengan kembali ke lantai dua dan bertarung dengan si monster. Tidak, kamu tidak ingin mengambil risiko. Yang kamu inginkan hanya satu: keluar dari tempat ini hidup-hidup. (EP: -20)

Klik di sini untuk melanjutkan.


JEBAKAN


Dari kejauhan, kamu mendengar gema raungan si monster. Ini berarti, dia sudah menemukan lorong ini juga--ataukah dia memang mengetahui keberadaan lorong ini dari awal?

Inilah waktumu untuk memasang jebakan. Kamu menuangkan bensin yang kamu ambil dengan sedemikian rupa hingga bensin itu menyebar. Lalu kamu menyalakan pemantik dan menyulut api. Kini, di antara kamu dan si monster terdapat lautan api yang cukup besar. Kamu rada yakin bahwa monster itu tak bakalan berani menyeberangi kobaran api hanya untuk menangkapmu.

Tapi tetap saja, kamu melarikan diri secepatnya. Saat jarakmu dan kobaran api sudah cukup jauh, kamu menoleh ke belakang. Matamu terbelalak saat melihat si monster muncul dari dalam kobaran api sambil berteriak keras. Dia kelihatan hangus, tapi sepertinya masih sanggup menangkapmu. (EP: -30)

Kamu pun langsung lari untuk menyelamatkan dirimu!

Klik di sini untuk melanjutkan.


UJUNG LORONG


Akhirnya kamu mencapai ujung lorong, dengan jalan buntu dan tangga di hadapanmu. Kamu memanjat tangga dan mendorong langit-langit, di mana terdapat pintu tingkap seperti jalan masuk. Kamu mendorong tingkap itu, tepat saat sentermu mati.

Lalu kamu tiba di ruangan itu.

Dan yang pertama kamu lihat adalah dia lagi. Wanita dalam lukisan itu, menunduk menatapku, dengan tangan mengarahkan pisau ke bawah--siap untuk menusukmu. Karena kaget, kamu berguling menjauh. Namun saat kamu berdiri lagi dan siap kabur, wanita itu tetap berada di tempatnya--dalam lukisan, dengan mata mengikutimu ke mana-mana, bibir tersenyum culas, dan tangan memegangi pisau yang menyembul dari pangkuannya. Mungkin ada roh yang berdiam dalam lukisan itu--roh yang senang menakut-nakuti pendatang baru di rumah ini. Mungkin juga lukisan itu memang dilukis oleh pelukis yang jenius banget. Yang jelas, wanita itu tak mungkin menyakitimu.

Namun masih ada masalah lain lagi. Kamu kembali ke ruang tamu! Setelah berjuang mati-matian, nyaris mati karena ketakutan dan kecapekan, kamu malah kembali ke rumah yang tak punya jalan keluar ini. Kamu terenyak di atas lantai, merasakan keputusasaan menggerogoti semangatmu. Kamu bukan orang yang cengeng, namun kini air matamu mulai bercucuran. Kamu akan mati di rumah ini, dan takkan ada yang menyadarinya.

Tidak! Kamu tidak ingin mati! Masa depanmu masih panjang--dan cemerlang pula. Mungkin kamu tak sanggup membuat novel sesukses novel pertamamu, tapi apa salahnya membuat novel jenis berbeda? Belum lagi kamu masih akan kuliah, lulus dan mendapatkan gelar S1, lalu kerja di bidang pilihanmu. Dan selalu akan ada kesempatan bagi orang yang siap menerimanya.

Sekarang juga begitu. Kamu masih punya kesempatan. Tenagamu pun muncul lagi. Kamu mendorong sofa hingga menutupi pintu tingkap yang merupakan pintu keluar lorong rahasia. Sekarang si monster akan mendapat kesulitan keluar!

Setengah mencoba-coba, kamu membuka pintu depan. Berbeda dengan harapanmu, pintu itu tetap terkunci. Kamu memeriksa pintu itu, dan baru menyadari bahwa ternyata ada selot di bagian bawah pintu! Kamu membuka selot itu--dan pintu itu pun terbuka.

Ternyata kamu bisa meloloskan diri!

Kamu berlari ke luar pekarangan, menghirup udara kebebasan dalam-dalam. Lalu, sekarang muncul masalah berikutnya. Dengan apa kamu meloloskan diri?

Baca episode berikutnya.


INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:


Hai para peserta MysteryGame@Area47!

Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan nama panggilan diikuti dengan jawaban atas pertanyaan ini:

BAGAIMANA CARANYA KAMU KABUR DARI RUMAH ITU? (Pilih antara: jalan kaki, naik sepeda jelek, menelepon taksi, menelepon agen properti. Tidak perlu sebutkan alasannya.)

Di dalam email, tuliskan hasil HP dan EP yang kamu dapatkan hari ini. Lexie tunggu jawabannya sampai enam hari lagi. Jangan sampai telat ya mengirimkan jawabannya!

Good luck, everybody!

xoxo,
Lexie

No comments: