Sunday, June 11, 2017

MysteryGame@Area47 4: The Murderer's House™ Episode 1

Kamu baru saja lulus kuliah. IPK kamu lumayan, tampang lumayan, bodi juga not bad lah. Belum lagi sebulan lulus, tahu-tahu saja kamu dikirimi surat bahwa kamu diterima di perusahaan multinasional terkemuka di Indonesia dengan gaji delapan digit. Holy crap! Hidup lagi indah-indahnya! Kurang apa lagi? Pacar? Dengan spek seperti ini, dalam waktu sekejap kamu bakalan laku, cuy!

Sayangnya, kamu tidak begitu hepi. Masalahnya, kamu punya impian yang belum tercapai. Hanya sekali saja, kamu ingin bisa memecahkan sebuah kasus kejahatan. Pasti ini gara-gara anak tetangga yang sering dibanding-bandingkan denganmu. Bagaimana anak itu bisa menjadi penulis di usia muda, selamat dari rumah kosong yang dihuni monster, keluar hidup-hidup dari rumah sakit jiwa, bahkan berhasil lolos dari desa yang dihuni oleh hantu-hantu. Dengan sinis kamu bilang anak itu terlalu banyak bikin cerita, sampai-sampai pengalaman hidupnya pun aneh-aneh. Akan tetapi ibumu rupanya fans berat dengan anak tersebut.

“Lo tau nggak dia barusan nulis buku lagi?” tanya ibumu dengan mimik muka yang mirip dengan muka sobatmu si Syahrina (tidak ada hubungan apa-apa dengan artis tertentu) saat bercerita tentang cowok-cowok Korea. Omong-omong ibumu memang ibu-ibu paling gaul se-RT, gaya bicaranya slengekan dan hobi ngajakin anak-anak muda ngomong gue-elo seolah-olah masih seusia dengan kamu dan teman-teman seusiamu.

“Ah,” cetusmu, “palingan novel thriller bloon lagi, Mak!”

“Nggak tuh. Dia nulis buku self-help. Judulnya keren banget: How To Get Away With A Murder And Win Friends!”

“Judulnya aja lebay gitu, Mak. Kalo orang udah bunuh-bunuhan, mana mungkin bisa win friends lagi? Semua juga pada ngacir!”

“Omong-omong soal orang bunuh-bunuhan,” ibumu mendadak berganti haluan jadi tukang gosip, “lo inget si Iron Man?”

Kamu langsung tahu bahwa ibumu tidak menyinggung Robert Downey, Jr. “Maksud Emak, si tukang setrika yang kerja di laundry Pak Memet?”

“Iya, betul itu!”

“Nama aslinya kan Bebet! Emak jangan panggil dia Iron Man mulu dong!”

“Yah, tukang sayur aja panggil dia Iron Man, masa Emak harus panggil dia Bebet?” Kamu jadi menyesal protes. Kesannya kamu jadi kurang gaul ketimbang tukang sayur. “Pokoknya si Bebet kemarin ditangkep polisi!”

Langsung kamu fokus seratus persen. “Kok bisa, Mak?”

“Iya! Emak nggak boong! Katanya,” ibumu merendahkan suaranya seolah-olah takut ada yang menguping, “dia pembunuh berantai! Serial-killer, cuy!”

Kamu kurang suka dipanggil “cuy”, tapi karena takut dianggap tidak gaul lagi, kamu berusaha legowo dengan panggilan itu. “Kok bisa disangka serial-killer gitu, Mak?”

“Lo tau kan RT kita nggak ada keren-kerennya, dan jarang ada turis dateng ke sini?” Kamu mengangguk-angguk setuju. “Tapi setiap kali ada turis nyasar, tau-tau aja turisnya ilang. Gosipnya, semua turis itu diincer sama si Iron Man… maksudnya si Bebet! Polisi udah curiga, soalnya di antara kita semua, kan dia paling aneh. Rumahnya terpencil pula!”

Lagi-lagi kamu manggut-manggut setuju. Dari kecil, kamu hobi banget ngecengin rumah si Bebet. Rumah itu terletak di pinggiran, dekat tanah besar yang tidak terpelihara, dan rumahnya sendiri juga tidak terpelihara. Meski ukurannya cukup besar, entah berapa lama sudah rumah itu tidak pernah dicat (mungkin sejak kamu belum lahir). Halamannya dipenuhi semak-belukar dan rumput ilalang yang tingginya tidak kalah dengan anak-anak SD. Belum lagi rumahnya sendiri seolah-olah tidak berpenghuni—jarang sekali ada lampu yang menyala, kalau ada pun hanya lampu kuning lima watt yang bahkan tidak cukup untuk menerangi toilet. Orang-orang juga malas membangun rumah di sekitar rumah itu, habis bikin ilfil banget.

Yang tidak kalah seram adalah gosip-gosip yang melanda rumah itu. Tadinya Iron Man—maksudnya Bebet—tinggal bersama orangtua dan adiknya. Menurut ibumu, orangtua dan adik Bebet sama anehnya dengan si Bebet. Suatu hari, saat Bebet sedang remaja, tahu-tahu saja orangtua dan adiknya pergi ke luar kota dan tidak kembali-kembali lagi! Ada banyak dugaan terkait hal ini. Ada yang bilang keluarganya diam-diam kabur meninggalkan Bebet seorang diri. Ada juga yang bilang mobil orangtua Bebet terkena kecelakaan waktu keluar kota dan seluruh keluarganya meninggal kecuali Bebet yang hoki banget tinggal di rumah. Tentu saja, kamu diam-diam percaya dugaan yang satu lagi.

Bebet membunuh orangtua dan adiknya, lalu menyebarkan gosip bahwa mereka pergi ke luar kota.

“Tapi,” kamu angkat bicara lagi, “kalo nggak ada bukti, gimana polisi bisa tangkep si Bebet?”

“Katanya ada buktinya. Waktu lagi digerebek polisi, si Bebet lagi nyuci handuk yang ada darahnya, dan itu bukan handuk pelanggan laundry. Katanya darahnya bakalan dites. Kalo bukan punya dia, dia bakalan ditahan!” Lalu ibumu menepuk-nepuk tanganmu. “Yah, ini bukan urusan lo lagi, cuy! Lusa lo udah harus kudu pindah ke mess karyawan. Lo udah packing belum?”

Entah kenapa, urusan pekerjaan baru yang tadinya berkesan wah banget kini terdengar boring. “Belum, Mak. Kan setelan ai kebanyakan masih ada di laundry!”

“Oh iya!” Ibumu menepuk jidat. “Gawat dong urusannya! Kalo nggak ada Iron Man, siapa yang setrikain setelan-setelan elo? Besok Emak ambilin deh! Kalo belum disetrika, Emak pinjem setrika uap dia terus setrika sendiri aja!”

“Iya, thank you ya, Mak!”

Malam itu kamu tidak bisa tidur. Kamu terus-menerus memikirkan Iron Man dan segala tingkah-lakunya yang mencurigakan. Kenapa selama ini kamu tidak pernah mencurigainya? Tapi kamu tidak bisa menyalahkan diri sendiri juga. Jangankan kamu yang anak biasa-biasa saja (ceritanya ini lagi sinis), bahkan si anak tetangga yang diagung-agungkan nyokapmu juga tidak pernah mencurigai Bebet.

Oke, kamu putuskan. Inilah kesempatan kamu untuk bersinar dan mengalahkan si anak tetangga keparat yang sudah mencuri hati nyokapmu. Kamu akan eksyen malam ini dan menemukan bukti yang memberatkan si Bebet, mengharumkan namamu di seluruh RT, dan mendepak si anak tetangga selamanya dari pembicaraan dengan nyokapmu. Nice!

Hari gini kamu tidak butuh senter lagi. Yang penting batere hape full. Tapi kamu butuh beberapa benda lain sebagaimana para petualang-petualang profesional sejenis Indiana Jones atau Lara Croft. Pisau saku serbaguna, tali tambang, lakban, sebotol air mineral, dua buah pisang, sebungkus permen kopi, teropong milik bokapmu, jepit rambut milik nyokapmu, kaca pembesar milik tetangga yang lupa dibalikin, sebotol minyak sayur (jelas kepunyaan si Emak), dan sebungkus paku payung. Semuanya dimasukkan ke dalam ransel hitam. Tentu saja, malam ini kostummu adalah baju lengan panjang hitam, celana panjang hitam, sepatu kets hitam, topi hitam, sarung tangan hitam, kacamata hitam, dan masker hitam. Dalam kegelapan, kamu merasa yakin tak ada yang bisa melihatmu. Namun belakangan kamu terpaksa meninggalkan kacamata hitam soalnya kamu nyaris nabrak tembok saat kamu mematikan lampu kamar.

Setelah sudah yakin bahwa perlengkapanmu sudah lengkap, kamu pun menyelinap keluar melalui jendela di kamarmu. Kamu merasa agak keren saat kamu berjalan menyusuri genteng sebelum menuruni saluran air. Sialnya, belum apa-apa celanamu sudah tersangkut paku sampai ada sobekan. Tak apalah. Sekarang celana sobek-sobek lagi beken. Si Emak tidak suka kamu pakai celana sobek-sobek karena takut kamu dikira anak orang tak punya, tapi kini kamu punya alasan untuk mengenakannya. Ternyata, belum apa-apa petualangan ini sudah membuatmu merasa superkeren.

Begitu mendarat di pekarangan, kamu baru sadar bahwa kamu lupa mengecek kondisi keluargamu. Terdengar bunyi televisi di ruang keluarga, dan kamu ingat si bokap malam ini nonton Juventus vs. Real Madrid. Kalau sampai si Juve kalah, sudah pasti besok si bokap bakalan uring-uringan setengah mati dan seluruh anggota keluarga pasti bergilir kena getahnya. Di dalam hati kamu berdoa supaya celana Ronaldo sobek seperti celanamu malam ini (kalau bisa di bagian yang lebih memalukan) dan Juve bisa menang mudah.

Tiba-tiba kamu ingat, kamu tidak punya kendaraan! Si bokap janji untuk membelikanmu Ayla kalau kamu berhasil mendapatkan pekerjaan, tapi kini setelah kamu mendapat pekerjaan, janji tinggal janji. Dulu kamu pernah dibelikan motor, tapi waktu geng motor sedang marak, mendadak si nyokap menggadaikan motormu. Katanya doi sedang BU alias Butuh Uang banget, tapi kamu tahu doi curiga kamu diam-diam ngarep jadi anggota geng motor (padahal kamu jelas-jelas anak baik-baik banget. Pasti ini gara-gara si anak tetangga!). Yang tersisa hanya sepeda mini pink dengan keranjang bunga-bunga di depannya, dan ini sama sekali tidak keren. Seharusnya dulu kamu beli sepeda balap yang bagus mirip kepunyaan si Clay dalam film 13 Reasons Why, tapi masalahnya kamu kudu kongsian sama si Emak yang butuh keranjang untuk mengangkut barang belanjaannya saat pergi ke pasar (lagian si Emak suka banget dengan warna pink). Apa daya, berhubung itu satu-satunya kendaraan yang ada, kamu pun mengayuh sepeda itu dengan setengah mati menuju rumah Iron Man—maksudnya si Bebet—yang terletak di ujung RT.

Seperti dalam ingatanmu, rumah Bebet masih juga seram. Malam ini, tidak ada lampu yang menyala sama sekali. Sebuah lampu jalanan yang berkedap-kedip setiap beberapa waktu sekali menerangi daerah di sekitar rumah itu, dan keberadaan lampu jalanan itu malah menambah aura angker yang meliputi daerah itu. Jalan aspal sudah hancur menjadi jalanan berbatu dan dipenuhi lubang-lubang berair, sementara ilalang tinggi dan semak-semak rimbun mendominasi setiap tanah yang ada. Suasana sangat sepi—terlalu sepi. Bahkan suara binatang malam pun tidak kedengaran, seolah-olah binatang-binatang memilih untuk menyingkir dari tempat mengerikan ini.

Kamu menyembunyikan sepedamu di tengah ilalang dan semak belukar, dan diam-diam bersyukur bahwa semua tanaman itu ada hikmahnya juga. Lalu kamu mendekati rumah Bebet yang gelap-gulita. Syukurlah, belum ada pita kuning polisi mengelilingi tempat itu. Mungkin gara-gara satu-satunya barang bukti yang didapatkan polisi belum tentu memberatkan Bebet. Meski begitu, kamu tetap kesulitan memasuki pekarangan yang berantakan itu. Rasa-rasanya kamu menginjak sesuatu yang lunak-lunak—mungkin lumpur, mungkin juga kotoran binatang—dan sekarang sepatu kets-mu terasa berat. Ternyata petualangan punya sisi tak terduga yang tidak enak.

Rumah itu terbuat dari kayu, tapi semua kayu itu tampak masih kuat meski sudah terlihat jelek dengan cat mengelupas. Kamu tidak akan bisa menjebol pintu apalagi dinding. Kamu memeriksa setiap jendela dengan tangan berlapis sarung tangan (jadi kamu tidak takut sidik jarimu menempel di sana), tapi tidak ada jendela yang bisa dibuka. Akhirnya kamu tiba di pintu belakang. Saat kamu menekan hendelnya, pintu terbuka dengan suara deritan pelan. Buru-buru kamu menahan pintu supaya tidak berisik, lalu menyelinap masuk.

Kamu nyaris saja menjerit sejadi-jadinya saat sesuatu menerkam ke arahmu. Tapi rupanya cuma seekor kucing garong yang matanya buta sebelah. Mendadak kamu ingat, Bebet punya kucing peliharaan supergalak yang diberi nama Jarvis. Kadang-kadang kamu bingung, kenapa orang-orang yang punya binatang peliharaan sering menamai binatang peliharaan mereka nama yang lebih bagus daripada pemiliknya. Kan jadinya si binatang peliharaan berkesan lebih elit dan kece ketimbang pemiliknya (meski sebagian besar binatang peliharaan memang lebih kece ketimbang pemiliknya, termasuk Jarvis).

INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:

Hai, para peserta MysteryGame@Area47 yang sudah mendaftarkan diri!

Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan nama FB/username Twitter/username Instagram dan nama panggilan, lalu isi email kalian dengan jawaban atas pertanyaan ini:

APAKAH YANG AKAN KALIAN LAKUKAN TERHADAP JARVIS? (Pilih antara: beri dia makan, kurung dia, beri dia bola, keluarkan dia dari rumah, suruh dia mencium jempol kakimu.)

Kalex tunggu jawabannya sampai enam hari lagi. Jangan sampai telat ya, mengirimkan jawabannya! (^o^)v

Good luck, everybody!

xoxo,
Lexie

1 comment:

Anonymous said...

Galak bo, Kurung aja tong