Bagian dalam rumah itu bahkan lebih mengerikan lagi dibandingkan dengan bagian luarnya. Suasananya gelap, tapi kamu bisa melihat samar-samar dapur yang berantakan. Piring-piring kotor berserakan di meja makan dan menumpuk bak cuci piring, sampah menggunung di pojokan dan bertebaran di lantai, dua kursi terguling sementara dua lain tergeletak tidak beraturan dan tidak menghadap meja makan. Beberapa ekor tikus melintas, dan kamu curiga mereka rada hepi karena tidak bertemu Jarvis. Kamu yakin, di siang hari, rumah ini pasti bau banget serta dipenuhi lalat dan semut. Di rumahmu, kamu sudah terbiasa dipukuli si Emak dengan sapu dan pengki jika kamu malas bersih-bersih, jadi kini kamu rada tidak mengerti bagaimana orang bisa hidup di rumah yang begini kotor dan berantakan.
Kamu mulai melihat-lihat di dapur dengan menggunakan hape sebagai penerangan. Kamu sudah pernah mendengar tentang TKP yang tidak boleh diutak-atik, jadi kamu berusaha untuk tidak memindahkan apa pun juga dan tidak menginjak apa pun juga. Sejauh pengamatanmu yang terbatas di tengah kegelapan ini, sepertinya tidak ada yang menarik perhatian selain kejorokan ruangan ini.
Kamu memutuskan untuk berjalan menyusuri rumah itu. Di bagian depan hanya ada ruang tamu yang sepertinya digunakan Bebet untuk tidur. Kamu berkeliling sebentar sambil mengais-ngais tumpukan selimut, tapi tidak ada yang menarik.
Sebuah pintu mengarah ke kamar tidur. Pintunya tidak terkunci, jadi kamu langsung main nyelonong saja. Pintu itu sudah tua dan engselnya sudah lama tidak diminyaki. Saat kamu membukanya, terdengar deritan yang menyeramkan.
Memandangi kamar tidur di depanmu, perasaanmu makin tidak enak saja. Berbeda dengan ruangan-ruangan berantakan di depan, kamar itu rapi—terlalu rapi. Akan tetapi, kamar itu juga dipenuhi debu dan sarang laba-laba. Kamu bisa menebak kamar itu tidak pernah dipakai lagi setelah ditinggal oleh pemiliknya. Pemilik yang sudah lama pergi.
Mendadak bulu kudukmu berdiri. Rasanya seperti ada yang baru saja berdiri di belakangmu. Tapi, tentu saja ini hanya perasaanmu saja. Hantu itu tidak ada, dan di rumah ini tidak ada manusia lain selain dirimu…
… atau ada?
Lagi-lagi kamu ingat cerita yang kamu dengar soal si Bebet. Berhubung badannya bongsor, sejak kecil dia lumayan kuat. Berkali-kali dia mendorong ibu dan adiknya hingga jatuh. Sudah biasa keluarga itu muncul dengan tubuh lebam-lebam, bahkan adiknya pernah patah tangan dan kaki karenanya. Pernah sekali ayahnya jadi korban dan jatuh di depan rumah, lalu nyaris ditabrak truk yang melintas. Banyak yang curiga pada akhirnya orangtua dan adik Bebet tewas akibat didorong Bebet—mungkin jatuh dari atas tangga? Akan tetapi tidak ada yang tahu kebenarannya, dan tidak ada yang tahu bagaimana caranya Bebet melenyapkan jenazah-jenazah itu. Lama-lama orang-orang melupakan cerita itu, dan akhirnya Bebet diterima warga RT kalian yang kebanyakan memang baik-baik meski rada hobi gosip.
Bagaimana kalau semua cerita itu benar? Bagaimana kalau keluarga Bebet mati di rumah ini? Bagaimana kalau hantu-hantu mereka menunggui rumah ini, menunggu seseorang untuk membongkar penyebab kematian mereka?
Jantungmu berdebar keras. Kamu tahu, jika ada orang yang bisa membongkar kejadian itu, kamulah orangnya. Di RT ini, cuma kamulah satu-satunya orang yang cukup peduli untuk melakukannya…
Oke. Stop memikirkan semua gosip ini. Kamu sedang mencari bukti bahwa Bebet adalah pembunuh berantai seperti yang dikatakan polisi, jadi jangan buang-buang waktu dengan semua gosip di masa lalu ini. Lagi pula, daripada menakut-nakuti dirimu, lebih baik kamu fokus dengan penyelidikanmu. Berhubung kamar tidur ini sudah lama tidak digunakan, sepertinya tidak ada gunanya diselidiki, jadi sebaiknya kamu kabur saja.
Eh, tunggu dulu. Ada yang harus kamu pastikan.
Perlahan-lahan kamu membuka pintu lemari. Seperti pintu kamar, pintu lemari juga mengeluarkan deritan yang tidak menyenangkan. Kamu menahan napas, bersiap-siap menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Akan tetapi lemari itu kosong.
Oke. Bisa jadi orangtua Bebet memang pergi ke luar kota dan tidak kembali lagi, meninggalkan Bebet seorang diri di sini. Tapi di sisi lain, bisa jadi Bebet sudah membuang semua pakaian orangtuanya untuk melenyapkan bukti. Untuk menegaskan penyelidikanmu, kamu membuka-buka laci-laci lain. Semuanya kosong melompong. Entah memang mereka pergi betulan, atau Bebet memang pandai menghilangkan jejak orangtuanya.
Perlahan kamu menutup pintu kamar, lalu beralih pada tangga menuju lantai atas. Kamu memandangi tangga curam itu, ragu-ragu untuk naik. Dibanding lantai bawah, lantai atas terlihat lebih seram—dan jika ada sesuatu, lebih sulit untuk melarikan diri.
Mendadak ada udara dingin membelai punggungmu, dan kamu langsung berbalik. Tidak ada jendela, ventilasi, atau apa pun juga di belakangmu. Yang ada hanyalah tembok di depan tangga curam tersebut. Dari mana angin itu berasal?
Hantu?
Oke. Sekali lagi, stop. Jangan berhalusinasi sembarangan. Mungkin ada sesuatu yang aneh pada tembok itu. Sesuatu yang tidak kelihatan. Sesuatu yang mungkin dilewatkan oleh para polisi yang sempat memasuki rumah ini.
Kamu memeriksa tembok yang tadinya di belakangmu itu. Tembok itu sama sekali tidak terlihat aneh. Kamu meraba tembok itu dengan tanganmu yang berlapis sarung tangan kulit. Tembok itu rata, sedikit agak kasar, tapi sekali lagi, tidak ada yang aneh. Kamu mencoba mengetuknya. Keras seperti tembok. Kamu mengetuk tempat lain. Masih saja juga. Kamu mengetuk sekali lagi di bagian bawah, tapi kali ini bukan tembok yang kamu ketuk, melainkan semacam tripleks.
Kamu berjongkok dan mengetuk beberapa bagian tembok. Sebagian besar terasa keras, tapi ada satu bagian kecil di bagian bawah yang terasa seperti kosong di belakangnya. Seolah-olah pernah ada lubang pada tembok ini. Lubang di depan tangga curam. Lubang yang mungkin dibuat oleh seseorang untuk memindahkan sesuatu dari depan tangga.
Mayat, mungkin?
Kamu mengusap tembok itu. Tenggorokanmu tercekat menyadari bahwa catnya masih baru. Ada sesuatu di balik tembok ini. Kamu tahu pasti. Tapi kamu tidak membawa peralatan yang bisa kamu gunakan untuk membobol dinding tripleks tersebut. Terpaksa kamu pergi ke dapur dan mulai membongkar-bongkar setiap lemari dan rak.
Ini dia! Ada sebuah lemari yang isinya random banget. Ada gergaji, kapak, palu, tongkat bisbol, dan semacam golok. Kamu mengambil salah satunya, dan mulai membobol dinding di depan tangga. Napasmu tertahan saat melihat lubang gelap yang kamu buat. Lubang itu mengarah ke bawah.
Ternyata ada ruang bawah tanah rahasia di rumah ini!
Kamu mengambil tali tambang yang kamu bawa, lalu mengikatnya pada pegangan tangga. Setelah yakin sudah kuat benar, perlahan-lahan kamu menuruni lubang itu dengan menggunakan tali tambang untuk menahan dirimu. Tentu saja, tidak lupa kamu menggunakan hapemu untuk menerangi lubang itu. Untunglah, lubang itu tidak terlalu dalam—paling-paling hanya dua meter. Dalam sekejap, kamu sudah tiba di ruangan bawah tanah yang gelap gulita itu.
INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:
Hai, para peserta MysteryGame@Area47 yang sudah mendaftarkan diri!
Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan nama FB/username Twitter/username Instagram dan nama panggilan + Episode 2 lalu isi email kalian dengan jawaban atas pertanyaan ini:
BENDA APA YANG KAMU AMBIL DARI LEMARI RANDOM? (Pilih antara: gergaji, kapak, palu, tongkat bisbol, golok.)
Kalex tunggu jawabannya sampai enam hari lagi. Jangan sampai telat ya, mengirimkan jawabannya! (^o^)v
Good luck, everybody!
xoxo,
Lexie
1 comment:
Kapak
Post a Comment