Tuesday, November 3, 2015

Kumcer Supertragis™: Ketika Kalex Ikutan Pilpres

Sekali lagi Kalex berhasil bikin heboh sekolah SMA Persada Internasional, ketika dia memaksa anak-anak untuk menyebarkan selebaran-selebaran berwarna hitam dengan tulisan emas yang tampak mewah.

“Apa-apaan ini? Kalex ikut Pilpres? Tapi… Pilpres kan bukan sekarang!”

“Maksudnya presiden sekolah kita, dodol!”

“Tapi itu kan namanya Ketua OSIS, bukan Presiden!”

“Kalo Kalex bilangnya Presiden, berarti namanya memang Presiden!”

Kontan seluruh sekolah diliputi kegalauan yang amat sangat. Reputasi Kalex sudah terkenal sebagai biang onar sekolahan. Dia ditakuti semua orang, mulai dari tukang bersih-bersih hingga kepala sekolah. Daftar kejahatannya panjang banget, mulai dari membunuh anak malang yang tidak mau dipalak tujuh ribu perak, membunuh mantan pacar yang pernah mengetawainya saat dia salah deklamasi puisi, hingga mengurung para peserta MOS di toilet untuk selama-lamanya. Belum lagi kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti berjualan obat palsu dan bikin pameran lukisan superjelek. Intinya, kehidupan di sekolah tidak bakalan indah lagi kalau Kalex bercokol sebagai Ketua OSIS… eh, salah, Presiden SMA Persada Internasional.

Masalahnya, Kalex selalu punya cara untuk menyerang titik kelemahan kita. Bahkan Frankie, cowok yang bodinya paling gede satu sekolahan, harus menyerah sampai bersujud-sujud ketika Kalex mengancam akan menghapus namanya dari kitab pusaka Pengurus MOS Harus Mati. Tidak ada yang tahu apakah isi kitab pusaka itu, tapi yang jelas, kalau nama kita muncul di kitab itu, kita akan jadi terkenal. Tidak heran Frankie tidak sudi namanya dihapus. Dia kan takut jadi tidak eksis lagi. Kalau Frankie yang segede Hulk saja tunduk pada Kalex, apalagi anak-anak lain yang berukuran normal.

Ketika anak-anak sedang galau-galaunya, mendadak terdengar suara dari speaker yang terpasang di setiap kelas dan koridor.

Testing satu-dua, testing satu-dua.” Suara Kalex yang cempreng mirip transgender tidak jelas berkumandang ke seluruh penjuru sekolah. “Rakyat jelata yang kukasihi, hari ini saya akan mencalonkan diri sebagai Presiden!”

“Bener kan?” Anak-anak langsung berbisik-bisik. “Sebenarnya dia kepingin jadi presiden beneran lagih! Tapi karena nggak akan tercapai, dia maksa mau jadi presiden sekolah ini!”

“Diam kalian semua!” Anak-anak langsung terlonjak kaget. Gila, apa Kalex sesakti ini, sampai-sampai bisa mendengar suara bisikan mereka? “Jangan ribut waktu calon presiden kalian lagi kampanye! Yang ketauan ribut, awas ya, nggak akan keluar hidup-hidup kamu dari sekolah hari ini!”

Gawat, belum apa-apa si calon presiden sudah bertingkah kayak diktator. Karena takut, rakyat jelata alias murid-murid pun langsung bungkam sambil memasang telinga lebar-lebar.

“Nah, begitu dong!” Sepertinya memang Kalex sakti beneran, karena meski ada di ruangan audio-visual yang kedap suara, dia tetap bisa tahu seluruh sekolah kini hening. “Rakyat jelata, saya sebagai calon presiden, berjanji, jika saya terpilih menjadi presiden, saya akan memberikan hukuman kebiri bagi setiap pedofil di sekolah ini!”

“Pedofil? Apa itu?”

“Itu lho, penjahat yang targetnya anak-anak!”

“Ooh. Memangnya ada yang begituan di sekolah kita?”

“Nggak ada! Kita kan minatnya sama temen seumuran, atau bedanya paling satu-dua tahun!”

“Jadi nggak ngepek dong kebijakan baru ini! Belum apa-apa udah janji kosong!”

“Eh, tapi ini kan kebijakan baru yang barusan dicanangkan Presiden kita yang sungguhan! Dia cuma copas aja!”

“Presiden sungguhan memang kudu ngadepin banyak pedofil di negara kita, tapi dia nggak perlu ngadepin pedofil di sekolah kita! Dia copasnya hal yang nggak ada gunanya! Kita jangan pilih dia!”

“Jangan pilih Kalex!”

Di saat seisi sekolahan sudah sepakat dan sehati, mendadak terdengar bentakan keras dari speaker. “Rakyat jelata!!!”

Serta merta para rakyat jelata langsung terdiam lagi.

“Dengan begini semua sudah jelas! Yang nggak milih saya berarti dia takut dengan janji saya. Berarti orang itu takut dikebiri!” Suara Kalex yang mirip transgender terdengar lumayan berwibawa saat ini. “Artinya apa? Artinya setiap orang yang nggak milih saya, pasti pedofil! Kalo sampe saya terpilih, saya akan langsung kebiri kalian!”

Mendengar ancaman ini, semua murid cowok langsung menciut nyalinya. Mereka semua tidak yakin, apakah Kalex akan terpilih atau tidak, tapi mereka jelas tidak mau dikebiri. Supaya pasti terhindar dari bencana itu, mereka tidak punya pilihan lain.

Mereka HARUS memilih Kalex sebagai Presiden.

Meski tidak semua murid cewek memilih Kalex sebagai presiden, setengah dari cewek-cewek itu memilih Kalex demi melindungi abang, adik, pacar, atau gebete mereka. Ditambah dengan jumlah semua murid cowok, Kalex berhasil mendapatkan mayoritas suara. Itu berarti jabatan presiden pun jatuh ke dalam tangannya!

Langkah pertama Kalex, bahkan sebelum serah-terima jabatan dilakukan, adalah pengumuman untuk membentuk kabinet dan angkatan bersenjata. Yang mau dimasukkan ke dalam daftar harus menyetor uang dengan jumlah yang disesuaikan dengan tingginya jabatan. Belum apa-apa, korupnya sudah ketahuan jelas!

“Presiden kayak ini harus kita gulingkan!” Anak-anak jadi pada rusuh di Path, mumpung Kalex tidak pernah eksis di Path. “Mumpung belum dilantik, kita bunuh aja!”

“Jangan kita yang bunuh dong! Kita upah pembunuh bayaran aja buat bunuh! Johan mana Johan?!”

“Nikki aja Nikki! Seremnya sama!”

“Jangan! Nikki dari cerita yang berbeda! Ini kan cerita SMA Persada Internasional!”

“Tapi si Johan bisa nongol di cerita sebelah, masa Nikki nggak bisa nongol di cerita sini?”

“Suka-suka yang nulis kali ya! Ya udah, Johan aja lah, mumpung mukanya masih normal meski kelakuannya abnormal!”

Akhirnya seluruh sekolah kompak mengumpulkan uang untuk membayar Johan untuk membunuh Kalex. Ternyata setelah dikumpulkan, jumlah uangnya tidak kira-kira, nyaris mencapai tiga miliar rupiah! Maklum ini sekolah anak-anak tajir, belum lagi beberapa rela menjual mobil, vila, bahkan ginjal—semuanya demi mengenyahkan oknum pengacau terkutuk ini dari muka bumi. Bahkan Pak Sal, kepala sekolah, ikut menyumbang lantaran belakangan ini wibawanya turun sejak kemunculan Kalex, dan memerintahkan para guru, staf, petugas kebersihan, serta satpam untuk ikut menyumbang juga. Tidak heran jumlahnya membludak begitu. Uang pun disetor ke rekening Johan.

Setelah seminggu berlalu, Johan belum juga bertindak.

“Johan!” teriak anak-anak, tentu saja rame-rame karena kalau sendirian, mereka takut jadi mayat sebelum urusan kelar. “Kok lo belum bunuh Kalex? Kan duit udah disetor!”

“Mana?” balas Johan dengan muka siap ngebacok lawan bicaranya, terlihat jelas saat dia mengeluarkan sepasang golok dari ranselnya dan mulai mengasah senjata tajam itu dengan cara mengadukan kedua senjata itu, gayanya mirip gaya chef Gordon Ramsay sebelum memotong ayam. “Gue belum terima duitnya kok.”

Mau teriak bohong, anak-anak takut dimutilasi. Jadi anak-anak mulai menyelidiki. Rupanya, nomor rekening yang diberikan itu palsu. Itu bukan nomor rekening Johan, melainkan nomor rekening Kalex! Semua orang salah paham lantaran nomor itu didaftarkan dengan nama perusahaan Johan-Johanan yang, kalau dipikir-pikir lagi, jelas-jelas sudah ngasih tau bahwa nomor itu fake banget. Tidak disangka, Kalex lebih pinter dan licik dibandingkan seluruh sekolahan dijadikan satu. Kenyataan ini membuat semua jadi shock dan depresi. Beberapa mulai nangis di tempat, beberapa lagi pingsan memikirkan mobil yang lenyap, sisanya buru-buru cabut buat minta balik ginjal yang terjual. Seluruh sekolah diselimuti suasana duka yang amat sangat.

Tapi di tengah-tengah semua keributan itu, tersiarlah kabar heboh.

“Johan ngamuk karena dimanfaatin Kalex, lalu katanya dia pergi nyari Kalex buat minta bagian!”

“Kalex pasti nggak mau bagi! Dia kan greedy!”

“Kalo gitu, apa Kalex beneran dibunuh Johan?”

Pertanyaan itu bergaung di hati setiap murid, tapi tidak ada yang berani bertanya pada Johan. Kalaupun ada yang berani menanyakannya, Johan pasti akan mangkir, karena mana mungkin dia mau mengakui tindakan kriminal yang dilakukannya?

Akan tetapi, sejak hari itu, Kalex tidak pernah kelihatan lagi. Meski sempat down, seluruh isi sekolah menemukan sukacita dan damai sejahtera lagi. Mereka move on dengan hepi seraya bersama-sama melupakan masa lalu yang suram. Semua berjalan dengan indah, tahun demi tahun, sampai akhirnya anak-anak sudah lulus SMA. Dengan muka segar, ceria, dan bersemangat, mereka pergi ke toko buku untuk membeli diktat-diktat kuliah yang tebal dan mahal. Di rak new release paling depan, tak luput dari pandangan setiap pengunjung, setumpuk besar novel dengan tulisan besar-besar.

I’LL BE WAITING FOR YOU
Young Adult, oleh Lexie Xu.

Saat itu, semua pun langsung mengerti. Setelah kuliah nanti, penderitaan mereka akan berlanjut lagi.

T H E E N D

6 comments:

Milana Ng said...

Pertamax

Dita said...

Keren nih, walau keji banget kalex nya ^^

Hilda Wardani said...

AKKKKKK baru tau kalex bikin cerita ginian. ku baca dari awal dulu ya, tapi sumpah baca yg ini ngakakkkkk

Liviera Angel said...

i'll be waiting for you itu novel kalex ntar ya? hehe.. ga sabar

Unknown said...

Apa ini artinya... kalex bakal release novel young-adult baru?

Fakultas Keperawatan UNPAD 2015 said...

sumpah kalex gokil hahaha