Sunday, July 24, 2011

MysteryGame@Area47: THE WRITER, episode 1

SELAMAT!! Kamu baru saja mendapat pemberitahuan dari editormu, bahwa penjualan buku pertamamu meledak di pasaran. Dalam dua minggu pertama sudah cetak ulang untuk yang kelima kalinya. Kamu dielu-elukan sebagai Poconggg-nya remaja, dan semua orang mulai penasaran, siapakah kamu yang sebenarnya. Facebook pribadimu langsung mencapai limit pertemanan, page Facebook-mu mendapat ratusan ribu fans, dan tiap hari kamu di-mention di Twitter oleh orang-orang yang berusaha membuka identitasmu. Puncak-puncaknya, kamu di-follow oleh Justin Bieber. Tidak diduga, reputasimu mulai merambah dunia internasional!

Editormu pun menyarankan dua hal. Yang pertama, buruan bikin buku baru lagi, mumpung sekarang kamu sedang jadi ikon remaja yang bikin geger di mana-mana. Yang kedua, lupakan internet. Putuskan hubunganmu dari dunia luar. Untuk sementara, lebih baik konsen dengan sarannya yang nomor satu.

Jadilah kamu, dengan rekening gendut akibat larisnya penjualan buku, menghubungi agen properti melalui telepon dan menyewa rumah besar di daerah Hadiputra Bukit Sentul. Kamu sudah pernah mendengar berita-berita buruk tentang banyaknya kejadian-kejadian aneh yang terjadi di kompleks perumahan raksasa itu: psikopat muda yang meneror rekan sekelasnya, kriminal muda yang buron bersama tukang ojek, belum lagi pembunuhan berantai yang bikin kalang-kabut kepolisian. Tapi, justru karena itulah kamu merasa perumahan mandiri itu adalah tempat yang ideal untuk menuliskan bukumu yang selanjutnya. Di mana lagi kamu bisa menulis novel seru selain di tempat yang banyak melahirkan kejadian seru ini?

Hari ini adalah hari pertama kamu datang ke rumah sewaanmu itu. Bawaanmu tidak banyak, hanya sebuah koper besar sarat dengan pakaian yang kamu pakai sehari-hari, sebuah tas sandang berisi laptop, dan tas berisi barang-barang yang kamu bawa ke mana-mana seperti dompet, BlackBerry, dan iPad. Penampilanmu hari ini betul-betul keren, dengan kemeja Next dengan dalaman kaos Guess, kacamata hitammu Rayban yang dipakai Will Smith di Men in Black, kakimu mengenakan sepatu bot Doctor Martin yang sudah langka. Kamu merasa mirip selebriti, tapi tentu saja, kamu simpan pendapatmu ini untuk dirimu sendiri. Kamu tidak ingin membuat orang-orang berpikir kamu sudah besar kepala dengan kesuksesanmu, kan?

Tak disangka, rumah sewaanmu ternyata terletak di pinggiran perumahan, jauh dari daerah pemukiman yang lebih ramai, dan tetangga kiri-kananmu adalah kavling-kavling kosong yang belum ada bangunannya. Tetangga terdekat tinggal di rumah yang jaraknya tiga kilometer dari rumahmu, dan rumah itu terlihat mencurigakan pula. Rumah yang sesuai dengan permintaanmu, tentu saja, tapi saat menghadapi kenyataan, rasanya janggal untuk tinggal di tempat sesepi ini.

Kamu mulai bertanya-tanya, apakah bijak menyewa rumah di tempat yang begini terpencil. Bagaimana kalau kamu butuh sesuatu? Saat ini, kamu datang dengan diantar oleh agenmu. Sepeninggalannya, pasti akan sulit pergi ke mana-mana. Agen propertimu menjawab dengan bangga, "Don't worry. Saya sudah menduga kekhawatiran Anda. Karena itu, saya minta pemilik rumah untuk menyediakan alat transportasi yang bisa digunakan."

Mendengar perhatian itu, kamu langsung terharu bercampur gembira. Meski kamu berharap bakalan dibekali mobil March yang keren itu, kamu tetap akan menerima dengan hepi jika diberi motor Bajaj. Pokoknya, kamu akan menerima apa saja dengan penuh rasa terima kasih.

Sang agen properti menunjuk sepeda butut yang tergeletak di pagar luar rumah. Sepeda itu kecil banget, sepertinya memang sepeda anak kecil, dan bentuknya sudah tak keruan. Sepertinya benda itu sudah tergeletak di situ bertahun-tahun--karena selain rumput yang ditimpanya, sekitarnya sudah dipenuhi ilalang tinggi--dan tidak pernah dicuri orang (jelaslah, siapa yang mau mencuri sepeda sejelek itu? Dijual pun tak ada yang mau!).

Mendadak kamu merasa panas. Kamu, si penulis muda setaraf Poconggg yang punya fans ratusan ribu orang dan di-follow Justin Bieber harus menggunakan sepeda anak kecil yang harusnya sudah pensiun?! Enak saja. Dia kira kamu ini siapa?

Baru saja kamu hendak memprotes, si agen properti berkata, "Sebaiknya kita jangan menggunakan barang-barang bagus di sekitar sini. Kita nggak mau mengundang perhatian perampok atau pembunuh kan?"

Mendengar ucapan itu, kamu teringat email-email, pesan Facebook, dan tweet penuh kebencian dari sejumlah orang yang tidak menyukai kesuksesan yang kamu capai dalam sekejap. Kamu menyadari betapa pentingnya untuk tampil tidak mencolok. Jadi kamu urungkan niatmu untuk memukuli kepala si agen properti dan menyuruhnya untuk memperlihatkan bagian dalam rumah sewaanmu itu.

Rumah sewaanmu ternyata sangat mengesankan. Dari luar saja, rumah itu tampak besar dengan gaya kolonial kuno--menandakan bahwa rumah itu sudah dibangun lama, jauh sebelum kemunculan perumahan Hadiputra Bukit Sentul. Halamannya dipenuhi pohon-pohon besar, semak-semak rimbun, dan ilalang tinggi yang membuat rumah itu nyaris tak terlihat. Meski begitu, kamu yang menyukai rumah-rumah kuno tetap bisa mengagumi bentuknya yang indah. Si agen properti membuka pintu depan yang terbuat dari kayu mahoni yang berat dan mempersilakanmu masuk.

Saat kamu menginjak rumah itu untuk pertama kalinya, kamu merasakan angin dingin yang langsung membuat tubuhmu merinding hebat.

Kamu merasakan tatapan tajam yang begitu menghunjam, dan kamu mulai merasa ngeri. Saat kamu mencari-cari siapa yang menatapmu dengan begitu intens, ternyata itu adalah si agen properti.

"Anda akan tetap menyewa tempat ini kan?"

Huh, rupanya dia menatapmu seperti itu hanya karena dia takut kamu membatalkan penyewaanmu dan meminta kembali duitnya. Dengan jengkel kamu berkata, "Tentu saja. Sekali seseorang mengeluarkan ucapan, empat ekor kuda pun takkan sanggup menariknya lagi."

Si agen properti tampak terkesan. Dia sama sekali tidak tahu kamu sedang mengutip kata-kata dari buku silat Kho Ping Hoo, dan kata-kata itu biasanya diucapkan oleh tokoh-tokoh yang sedang membualkan keberaniannya. Seperti kamu saat ini.

Kalian melihat-lihat ruang tamu dengan lampu kandelir yang besar, mewah, dan tidak berfungsi lagi. Lalu ada ruang makan dengan meja panjang dan kursi-kursi kayu yang sandarannya tegak dan membuat punggungmu sakit. Kamar-kamar tidurnya besar-besar, namun kamar mandinya terletak di luar dan jumlahnya tidak banyak, membuatmu berpikir bahwa bakalan gawat kalau kamu kebelet di tengah malam. Setidaknya, ruangan-ruangan ini bersih dan siap untuk digunakan. Di bagian belakang, terdapat sebuah gudang yang terpisah dengan rumah induk, dan ada ruang bawah tanah yang dulunya merupakan ruang penyimpanan anggur. Jelas, rumah ini dibangun untuk penghuni-penghuni dari dunia Barat--dan si agen properti menegaskannya dengan mengatakan bahwa rumah ini dulunya berfungsi sebagai vila seorang bangsawan Belanda.

Kamu memutar keran air dan senang mendapatkan bahwa airnya mengalir, dan semakin senang waktu melihat kulkas di dapur berada dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan. Namun rasa senangmu padam saat si agen properti berkata, "Daya listrik di rumah ini tidak seberapa besar. Setelah dipakai untuk menyalakan kulkas, mengisi batere laptop, dan mungkin untuk menge-charge BlackBerry atau iPad, yang tersisa tidaklah banyak. Jadi sebaiknya Anda tidak menyalakan lampu di ruangan-ruangan yang tidak terpakai."

Dengan kata lain, sebagian besar rumah ini bakalan gelap gulita di malam hari.

Kamu bertanya-tanya bagaimana rasanya menginap di rumah seseram ini.

"Nah, kalau tidak ada pertanyaan lagi, sebaiknya saya tinggalkan Anda untuk menikmati rumah ini," kata si agen properti, nyaris tampak gembira karena dia akan meninggalkan rumah ini. "Kalau ada apa-apa, silakan hubungi ponsel saya. Anda masih menyimpan nomornya kan?"

Si agen properti menyerahkan kunci-kunci rumah, lalu keluar dari pintu depan. Kamu mendengarkan deru mesin mobilnya, yang kemudian perlahan-lahan menjauh dan akhirnya lenyap sama sekali.

Kini kamu sendirian di rumah yang besar ini.

Yang pertama kali kamu lakukan adalah menyeret barang-barang bawaanmu ke kamar tidur pilihanmu. Ada tiga kamar tidur yang tampaknya cukup baik untuk ditinggali. Yang pertama adalah kamar tidur yang terletak di sebelah ruang tamu, dengan pemandangan langsung ke halaman depan. Yang kedua adalah kamar tidur di dekat dapur, yang tidak jauh dari tangga menuju ruang bawah tanah. Dan yang ketiga adalah salah satu dari dua kamar di lantai atas sekaligus satu-satunya kamar yang memiliki akses dekat ke kamar mandi.

Baca episode berikutnya.


INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:

Hai para peserta MysteryGame@Area47 yang sudah mendaftarkan diri!

Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan nama panggilan, nama Facebook, dan jenis kelamin, sementara dalam emailnya kamu menjawab pertanyaan ini:

DI ANTARA KETIGA KAMAR TIDUR ITU, KAMAR MANAKAH YANG AKAN KAMU PILIH? (tidak perlu jelaskan alasannya)

Lexie tunggu jawabannya sampai enam hari lagi.

Good luck, everybody!

xoxo,
Lexie

2 comments:

Chika said...

Masih bisa ikutan game ini nggak ya???
Telat gabung

shizuura said...

Baru sadar... Ternyata buronan yang dimaksud Erika ya? Ternyata ide novelnya udah ada sejak tahun 2011...
Jangan-janga tentang pembunuhan berantai ide untuk series novel berikutnya?