Friday, September 30, 2011

Buat kalian yang lagi nungguin Mystery Game episode terakhir...

... soriii banget. Lexie lagi sibuk-sibuknya, dan mungkin karena terlalu capek, akhirnya sekarang tepar dengan sukses, dengan tambahan suara hilang. Jadi kalo kita ketemu, jangan kaget ya kalo aku bungkam seribu bahasa dan cuma senyam-senyum aja.

Demi mengurangi kesibukan & menjaga kesehatan, aku juga mengurangi waktu onlen. Maaf ya, buat yang menghubungiku di FB atau Twitter en belum dibalas! Nanti kalo kondisiku sudah lebih baik, aku akan usahain membalas satu-satu.

Mengenai Mystery Game, terpaksa harus ditunda dulu sampai kondisiku lebih fit. Aku mohon maaf buat yang udah nunggu-nungguin, apalagi ini episode terakhir. Apa daya, kalo dipaksain nanti malah jadinya nggak keruan. Kita semua kepengen merasakan episode terakhir yang seru kan? ^_~

At last but not least, dalam masa-masa ini ada kabar gembira menyeruak. Berkat dukungan teman-teman semua, novel OBSESI akhirnya menjalani cetakan ke-4. Wow! Rasanya nggak bisa dipercaya. Kirain tahun ini udah cukup diberkati dengan cetakan ke-3. Ternyata masa depan itu nggak bisa diduga ya! \(^o^)/

Seperti biasa aku akan mengadakan kuis untuk merayakan cetak ulang. Tapi karena kondisiku yang lagi nggak sip banget, kuisnya kuisnya barengan sama kuis Permainan Maut aja ya!

Thank you all, and until next time...

xoxo,
Lexie

Sunday, September 25, 2011

MysteryGame@Area47: THE WRITER, Episode 9

Kalian akhirnya duduk dan kamu diminta untuk menceritakan pengalamanmu. Sebagai penulis novel berbakat, kamu berhasil menuturkan pengalamanmu dengan kata-kata yang tersusun baik dan mendetail. Saat mendengarnya, sang pemilik rumah tampak terpesona--tidak, lebih tepat lagi, dia tampak sangat terkesan. Matanya menatapmu dengan penuh minat bercampur kagum. Kamu bertanya-tanya, apakah yang membuatnya begitu terkesan--ceritamu yang luar biasa dan nyaris tak dapat dipercayai, ataukah keberanian yang kamu tampakkan dalam ceritamu? Kamu mulai merasa malu. Kamu tidak berniat kedengaran seperti pahlawan. Sebenarnya, kamu ketakutan setengah mati dan kamu sudah tergoda banget mencuri BMW-nya biar kamu bisa meninggalkan tempat suram ini untuk selama-lamanya. Tapi kalau kamu ngacir seorang diri, bisa-bisa si monster menjadikan pemilik rumah yang baik hati ini sebagai sasaran berikutnya.

"Luar biasa." Mendengar komentar singkat itu, kamu merasakan sebersit rasa lega karena itu berarti yang dikaguminya adalah ceritamu. Lalu, kamu mulai khawatir lagi kalau dia menganggapmu mengada-ada. Memang sih, saat ini tingkat keparnoanmu sudah mencapai tingkat dewa. "Tak saya sangka, saya punya tetangga yang mengerikan begitu. Anda benar-benar hebat karena bisa lolos dari makhluk sekuat itu."

"Sebetulnya nggak juga, Pak," sahutmu, dan mendadak kamu merasa geli dengan kerendahan hatimu. Kemarin kamu masih begitu pongah karena kesuksesan yang kamu capai di usia muda, namun saat ini kamu berubah total. Tak pelak lagi, pengalaman ini telah mengubahmu menjadi orang yang jauh berbeda. "Saya sudah nyaris mati berkali-kali. Barangkali monster itu saja yang sedang menjadikan saya sebagai mainannya. Jujur saja, sekarang pun saya masih merasa terancam bahaya. Bagaimana kalau kita panggil polisi saja?"

"Baiklah," angguk sang pemilik rumah. "Saya akan menelepon polisi sekarang juga. Kebetulan telepon saya ada di ruang kerja. Mohon tunggu sebentar ya!"

Sebenarnya kamu ingin menawarkan BlackBerry-mu, tapi mungkin ada bagusnya kamu membiarkannya menggunakan teleponnya sendiri. Bagaimanapun juga, kamu perlu menghemat batere ponsel. Siapa tahu kamu akan membutuhkannya di saat-saat terjepit.

Saat sedang menunggu dengan gelisah sambil menyeruput teh manis yang disediakan oleh si tuan rumah, rasa parnomu muncul lagi. Kamu berjalan ke balik tirai jendela dan menyibakkannya sedikit. Tidak ada si monster. Melegakan, tapi kamu belum sepenuhnya selamat. Kamu segera mengecek pintu depan. Untunglah kamu melakukannya! Ternyata pintu itu tidak terkunci sama sekali! Kamu baru saja hendak menguncinya dengan anak kunci yang menempel pada pintu, ketika terdengar suara dari balik punggungmu.

"Kalau saya jadi Anda, saya tidak akan melakukannya."

Kamu terpaku mendengar suara sang pemilik rumah yang, meski mash terdengar ramah, menyiratkan ancaman. Mendapat firasat buruk, perlahan-lahan kamu membalikkan badan. Firasat burukmu jadi kenyataan saat kamu menemukan dirimu sedang ditodong si pemilik rumah dengan sepucuk pistol antik yang entah masih bisa berfungsi atau tidak. Tapi kamu tak berniat menjadi kelinci percobaan sama sekali.

"Siapa Anda sebenarnya?" tanyamu berusaha terdengar tenang, tapi suaramu yang bergetar tidak bisa menutupi rasa takutmu.

"Saya adalah kakak dari manusia yang Anda sebut monster itu."

Kamu terkejut setengah mati. "Jadi Anda masih hidup?"

Si pemilik rumah mengangguk sedih. "Satu-satunya yang tersisa. Anda tahu, hidup adalah sesuatu yang aneh. Meski terlahir sebagai anak-anak berdarah biru, dikaruniai begitu banyak harta dan kesempatan, saya dan kakak saya sama sekali tidak bisa menikmatinya. Awalnya, kami berdua adalah kakak-beradik yang rukun dan saling menyayangi. Oh, tentu saja kami bertengkar, sama seperti kakak-beradik lain, tapi dalam waktu singkat kami akan rukun kembali dan bermain bersama. Kami tinggal jauh dari orang lain, karena ibuku selalu sakit-sakitan dan membutuhkan udara pedesaan yang segar. Karena itu, kami hanya memiliki satu sama lain. Saat-saat itu adalah saat-saat terindah dalam hidupku."

Pandangan si kakek menerawang, sepertinya dia sedang kembali pada masa-masa yang hanya ada dalam khayalannya saja. Ini adalah kesempatan bagimu. Perlahan-lahan, kamu beringsut mendekatinya.

"Lalu mendadak penyakit itu muncul. Tak ada yang tahu, dari manakah asalnya, dan bagaimana cara pengobatannya. Dan kini, saat pengobatan sudah begini maju, saya tidak sanggup membawanya pergi ke dokter, karena dia akan membunuh siapa saja yang tak menyenangkan hatinya. Pokoknya, pada saat itu, hidup terasa bagaikan neraka. Awalnya, dia hanya merasa gatal-gatal di seluruh tubuhnya. Namun setiap kali dia menggaruknya, kulitnya pun terkelupas dan menyebabkannya kesakitan. Kami semua merasa kasihan dan mengalah padanya. Dia membenciku yang sehat walafiat, jadi aku pun disingkirkannya ke atas loteng. Dia memukuli semua orang yang bersikap kasar waktu merawatnya, karena itu menimbulkan rasa sakit yang amat sangat pada kulitnya. Orangtua kami membiarkannya berbuat semaunya, karena mereka kasihan terhadapnya.

"Entah kenapa, penyakit itu malah membuatnya tumbuh pesat. Pada usia tiga belas tahun, dia sudah jauh lebih tinggi dariku. Bahkan, dia lebih tinggi dari semua orang di dalam rumah, termasuk ayahku yang bule. Kekuatannya pun jauh lebih besar daripada orang-orang lain. Suatu hari, rasa sakitnya rupanya tak tertahankan lagi. Dia mulai mengamuk dan menghancurkan barang-barang di ruang bermain. Seorang perawat berusaha menenangkannya, namun perawat itu malah dicabik-cabiknya hingga tak berbentuk lagi. Pada saat itu, aku sedang berada di atas loteng. Akibatnya, seluruh kejadian itu terlihat olehku. Mengerikan! Betapa mengerikannya! Hingga saat ini, kejadian itu masih menghantuiku."

Kamu bergidik mendengar ceritanya. Jadi begitukah cara yang ditempuh monster itu untuk membunuh orang? Mencabik-cabik korbannya?

"Anehnya, setelah mencabik-cabik perawat itu, dia jadi tenang kembali. Bahkan ketenangannya berlangsung hingga sebulan lebih. Karena itulah, orangtuaku mulai memberikannya... korban."

Kamu menatap kakek itu dengan ngeri.

"Orangtua kami mulai membangun rumah kedua, yaitu rumah ini. Tak terlalu jauh dari rumah lama sehingga bisa mengawasi adikku, tapi tak terlalu dekat sehingga membahayakan nyawa kami. Setelah rumah ini jadi, kami pun pindah ke sini bersama dengan pengurus rumah, tukang kebun, dan kusir kereta kami. Selama kami mengirimkan seorang perawat setiap bulan, kehidupan kami tak diganggu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Orangtua kami meninggal, dan aku mewarisi seluruh kekayaan mereka--sekaligus juga amanat terakhir mereka. Aku harus menjaga adikku hingga napasku yang terakhir, supaya dia tidak keluar dari kompleks ini dan mengganggu orang lain."

"Sementara itu, Anda tetap mengirimkan korban setiap bulan, dengan cara menyewakan rumah itu," selamu geram.

"Tidak hanya menyewakan rumah itu," kata si kakek datar. "Kadang aku memasang iklan lowongan kerja, iklan undian berhadiah, apa sajalah yang menarik orang untuk datang ke sini. Sejauh ini, semuanya berjalan baik-baik saja. Tak ada yang curiga. Pernah beberapa kali polisi mencari orang ke sini, tapi mereka tidak menemukan apa-apa. Aku berhasil menyembunyikan semuanya dengan baik. Setiap kali adikku membunuh, aku yang membersihkannya. Mungkin karena tahu akulah yang mencarikan korban untuknya, adikku tak pernah menyentuhku. Hubungan kami mirip dengan binatang buas di kebun binatang dan pelatihnya. Anda lihat betapa kuat dan sehat tubuhku? Diperlukan kepercayaan diri dan kekuatan batin yang besar untuk bersikap dominan terhadap adikku, untuk meyakinkannya bahwa aku adalah makhluk alfa yang harus ditaatinya.

"Sejauh ini, semua baik-baik saja, hingga kedatanganmu. Kukira anak muda yang katanya ada penulis itu adalah anak muda yang bertubuh lemah dan berjiwa penakut--korban terbaik untuk adikku. Tak kusangka, Anda berhasil meloloskan diri dari rumah itu. Hingga saat ini, Andalah satu-satunya yang berhasil kabur sejauh ini. Tapi maafkan saya, Anda harus kembali lagi ke sana."

"Anda gila!" teriakmu. "Memangnya saya mau menuruti Anda begitu saja?"

"Anda tak punya pilihan lain," katanya. "Anda harus mau, atau saya tembak Anda di sini."

Sayang bagi si kakek tua, kamu belum berencana untuk mati hari ini. Pikiranmu bekerja dengan keras dan cepat, membentuk tiga rencana yang sama bagusnya:

1. Menerkam si kakek tua dan merebut pistolnya
2. Ngumpet di balik sofa dan kabur
3. Pura-pura pingsan ketakutan

Selagi kamu menimbang-nimbang, kamu mendengar bunyi gemeretak kerikil di luar.

Si monster sudah tiba.


INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:

Hai para peserta MysteryGame@Area47!

Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan nama panggilan diikuti dengan jawaban atas pertanyaan ini:

RENCANA MANAKAH YANG AKAN KAMU JALANKAN? (Pilih antara: menerkam si kakek tua, ngumpet di balik sofa, pura-pura pingsan. Tidak perlu sebutkan alasannya.)

Di dalam email, tuliskan hasil HP dan EP yang kamu peroleh sejauh ini. Lexie tunggu jawabannya sampai enam hari lagi. Jangan sampai telat ya mengirimkan jawabannya! ^^

Good luck, everybody!

xoxo,
Lexie

Sunday, September 18, 2011

MysteryGame@Area47: THE WRITER, Episode 8

Jika pada episode 7 kamu memilih:
1. jalan kaki, klik di sini.
2. naik sepeda jelek, klik di sini.
3. menelepon taksi, klik di sini.
4. menelepon agen properti, klik di sini.



JALAN KAKI


Kamu berjalan secepat-cepatnya sambil berusaha menajamkan setiap panca inderamu. Setiap benda di tengah jalan, setiap bunyi-bunyian, setiap bau yang berbeda (apalagi bau nanah busuk yang kini sudah akrab di hidungmu), semua itulah yang menentukan langkahmu.

Di belokan pertama, di dekat sebuah tong sampah umum yang sepertinya sudah tak dipakai selama bertahun-tahun, kamu menemukan sebuah raket tenis yang sudah tak ada senarnya. Kamu memutuskan bahwa kamu membutuhkan senjata, karena itu kamu memungutnya dan berjalan terus.

Klik di sini untuk melanjutkan.


NAIK SEPEDA JELEK


Kamu menaiki sepeda jelek yang tergeletak di luar pekarangan depan. Sepeda itu sudah berkarat, rantai dan rodanya sudah lama tak diminyaki, sehingga mengayuhnya pun terasa berat luar biasa. Astaga, bisa-bisa tenagamu sudah terkuras habis di saat kamu baru saja menempuh sepuluh meter! Kamu putuskan berjalan kaki akan jauh lebih mudah. Sebagai gantinya, kamu mencopot rantai sepeda itu dan berlari sekuat tenaga menjauhi rumah mengerikan itu.

Klik di sini untuk melanjutkan.


MENELEPON TAKSI


Teleponmu berlangsung dengan sangat mengecewakan. Tidak ada taksi yang sedang berkeliaran di sekitar situ. Perusahaan taksi bersedia mengirimkan salah satu taksi, akan tetapi itu akan memakan waktu lima belas menit. Dasar perusahaan bodoh, apa mereka tidak tahu kamu tidak punya waktu lima belas menit?

Tapi kamu tidak memaki mereka seperti keinginanmu. Kamu mengucapkan terima kasih dan mengatakan bahwa kamu akan menunggu mereka di ujung kompleks. Setidaknya, kamu bisa menunggu di tempat yang jauh dari rumah mengerikan itu. Setelah itu, kamu pun berlari sekuat tenaga menuju ujung kompleks.

Klik di sini untuk melanjutkan.


MENELEPON AGEN PROPERTI


Agen properti itu terdengar tidak terlalu senang saat disuruh kembali ke rumah mengerikan itu. Tapi dia mencoba untuk bersikap profesional dan mengatakan dia akan datang secepatnya. "Saya akan tiba di sana dalam waktu lima belas menit."

Lima belas menit? Bisa-bisa nyawamu sudah melayang kalau kamu masih nongkrong di situ selama lima belas menit! Kamu pun mengatakan padanya kala ukamu akan menunggunya di ujung kompleks. Setidaknya, kamu bisa menunggu di tempat yang jauh dari rumah mengerikan itu. Setelah itu, kamu pun berlari sekuat tenaga menuju ujung kompleks.

Klik di sini untuk melanjutkan.


PEMILIK RUMAH TERDEKAT


Sejauh mata memandang, yang ada hanyalah kavling-kavling kosong tak terurus, dengan rumput-rumput yang sangat tinggi dan pohon-pohon berbatang besar yang menandakan usia mereka yang sudah tua. Seandainya si monster menguntitmu di belakang, kamu takkan bisa melihatnya. Kamu bertanya-tanya, separah apakah luka yang sudah kamu akibatkan padanya? Siapakah yang kondisinya lebih mengenaskan, kamu ataukah dia?

Kamu mendengar suara geretak kerikil di kejauhan--suara yang nyaris tak terdengar saking jauhnya, tapi pengalaman tegang hari ini telah mengasah panca inderamu. Kamu menyadari, meski dia masih jauh, hanya tinggal tunggu waktu dia menemukan dirimu. Aneh sekali, kamu kan menempuh jalan berkelok-kelok, kenapa dia masih saja bisa menguntitmu? Apakah itu hanya kebetulan, ataukah dia memang bisa mencium baumu?

Baru kemarin sore kamu tiba di rumah itu, tapi rasanya sudah berabad-abad--sampai-sampai kamu lupa bahwa kamu sempat melewati sebuah rumah yang jauhnya lumayan banget. Tiga kilometer, begitulah menurut si agen properti. Jarak yang membuatmu yakin kamu tak bakalan direcoki oleh tetangga cerewet.

Kini kamu berdiri di hadapan rumah si tetangga. Rumah yang tidak kalah besarnya--dan tak kalah tua--dibandingkan dengan rumah yang kamu sewa, dengan halaman yang hanya sedikit lebih rapi ketimbang rumahmu, dan sebuah mobil BMW terbaru yang kontras dengan kondisi rumah itu. Melihat mobil itu, kamu jadi ngiler. Bukan hanya keindahan dan kemewahan mobil itu--yang memang patut dikagumi--tapi kamu bisa menggunakan mobil itu, bisa dipastikan monster itu tak bakalan mengejarmu lagi untuk selama-lamanya.

Niat buruk pun terbersit dalam pikiranmu. Niat buruk yang biasanya tak bakalan ada, tapi saat ini terbentuk karena ketakutan dan keinginanmu untuk meloloskan diri.

Seandainya saja kamu bisa mencuri mobil itu...

Yang perlu kamu lakukan hanyalah mengetuk pintu rumah itu sampai ada yang membukakan, lalu kamu mencari tempat gantungan kunci mobil. Memang ada orang-orang yang menyimpan kunci mobil di kamar tidur, tapi kebanyakan orang menyimpan kunci mobil di dekat pintu keluar--atau pintu garasi. Andai kamu menemukan kunci itu, kamu akan menyambarnya dan melarikan diri dengan mobil BMW tersebut. Lalu adios, monster, dan sori, tetangga!

Rupanya ada tombol bel di dekat pintu, jadi kamu pun memencetnya.

Selama kamu menunggu di ambang pintu, ketakutan semakin menguasai dirimu. Bagaimana kalau monster itu keburu tiba? Bisa-bisa kamu diterkam olehnya di depan BMW, saranamu menuju kebebasan! Itu kan mengenaskan banget. Tidak, kamu harus membuat rencana cadangan alias plan B. Seandainya saja monster itu datang sebelum pintu dibuka...

Klik.

Oh, untunglah si pemilik rumah yang akan kamu curi mobilnya itu membukakan pintu!

"Siapa ya?"

Sial, si pemilik rumah rupanya cukup berhati-hati. Dia hanya membukakan pintu sedikit, sementara ada rantai yang menghubungi pintu dengan selot. Dengan demikian, kamu takkan bisa memaksa masuk ke dalam. Ya, tentu saja dia bersikap hati-hati. Tak ada orang yang bakalan bersikap ceroboh di saat pintu rumahnya diketuk di subuh hari, sementara rumahnya terletak jauh dari peradaban.

"Tolong saya!" teriakmu histeris. Oke, kamu sebenarnya berniat datang baik-baik dan bicara sesopan mungkin, tapi rupanya ketakutan membuatmu sulit mengendalikan diri. "Ada monster yang mengejar saya!"

Ups. Gawat. Harusnya kamu tidak bilang begitu. Bisa-bisa dia ikut ketakutan dan meninggalkan kamu di luar sana untuk dimangsa si monster. Kamu memang bodoh.

Namun, berlawanan dengan kecemasanmu, si pemilik rumah malah segera melepaskan rantai yang menahan pintu seraya berkata, "Astaga, monster apa? Anda tidak apa-apa?"

Kamu masuk ke dalam rumah, lalu terpaku di tempat saat wajah itu menyambutmu. Wajah wanita berambut panjang yang keji, dengan matanya yang beradu pandang denganmu, sementara tangannya menyembunyikan sebilah pisau di pangkuannya.

Tubuhmu langsung gemetaran hebat.

"Anda tak apa-apa?"

Suara si pemilik rumah terdengar sayup-sayup, seolah-olah datang dari tempat yang jauh. Kamu masih tidak bisa melepaskan pandangan dari wanita itu, yang menyunggingkan senyum culas, dan kamu bisa mendengar suaranya yang merdu namun mengerikan, "Kamu akan mati di sini..."

"Hei!!"

Kamu terperanjat dan kembali pada kenyataan. Astaga, si pemilik rumah kelihatan bete banget karena dicuekin!

"Sori, sori," ucapmu segera. "Lukisan ini membuatku takut..."

"Lukisan ini?" tanya si pemilik rumah dengan suara heran. Baru kamu sadari, si pemilik rumah adalah seorang laki-laki tua yang masih berbadan tegap dan kelihatan bugar. Jelas dia bukan tipe kakek-kakek yang cepat mati, tapi kakek-kakek keren sejenis Gandalf dan Albus Dumbledore. "Ini lukisan tua yang saya warisi turun-temurun dari nenek moyang. Kabarnya, lukisan ini dibuat oleh nenek moyangku. Tapi itu tidak penting. Yang lebih penting adalah, apa yang Anda maksud dengan dikejar monster? Apakah yang Anda maksud adalah perampok atau pembunuh..."

"Nggak!" Kamu menggeleng. "Saya dikejar monster beneran. Monster yang berdiam di rumah lain di kompleks ini..."

"Oh ya?" Mata si pemilik rumah membelalak. "Rumah tua dan cantik yang terbengkalai itu?"

Kamu mengangguk.

"Astaga, padahal selama ini saya kira rumah itu kosong! Monster, Anda bilang? Monster seperti apa..." Ucapan si pemilik rumah terhenti. "Ya ampun, saya benar-benar tidak sopan. Anda butuh sesuatu? Makanan, minuman, atau apa saja?"

"Kalau boleh, saya ingin minuman, air putih saja, dan kalau boleh, saya ingin meminjam toilet."

"Tentu saja, akan saya ambilkan minuman," sahut si pemilik rumah dengan ramah. "Sedangkan toilet ada di ujung lorong ini, belok kiri."

"Terima kasih."

Kamu segera ngacir ke arah yang ditunjuknya. Setelah keluar dari toilet, kamu merasa jauh lebih baik. Lalu, saat kamu kembali ke ruang depan, kamu menyadari bahwa kamu melewati sebuah lemari hias dengan banyak benda-benda indah.

"Suka?"

Suara si pemilik rumah mengejutkanmu.

Kamu mengangguk. "Benda-benda ini bagus banget."

"Ambil saja yang Anda suka," kata si pemilik rumah ramah.

Kamu terkejut lagi. "Oh, nggak. Saya nggak bermaksud..."

"Jangan malu-malu," kata si pemilik rumah sambil tertawa. "Ayo, ambil saja. Anggap saja hadiah perkenalan."

Sekali lagi kamu memandangi isi lemari hias itu. Ada sebuah tempat lilin perak berukir yang sangat indah, patung kucing emas yang tangannya bisa melambai-lambai, kelereng-kelereng sebesar kepalan tangan anak kecil, dan tabung gelas raksasa dengan serbuk-serbuk cantik di dalamnya. Keempat benda itulah yang paling menarik hatimu, dan kamu tidak bisa memutuskan yang mana yang lebih kamu sukai.

Baca episode berikutnya.


INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:


Hai para peserta MysteryGame@Area47!

Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan nama panggilan diikuti dengan jawaban atas pertanyaan ini:

BENDA APA YANG KAMU PILIH? (Pilih antara: tempat lilin, patung kucing, kelereng, tabung gelas. Tidak perlu sebutkan alasannya.)

Di dalam email, tuliskan hasil HP dan EP yang kamu peroleh sejauh ini. Lexie tunggu jawabannya sampai enam hari lagi. Jangan sampai telat ya mengirimkan jawabannya!

Good luck, everybody!

xoxo,
Lexie

Saturday, September 17, 2011

Sneak peek on Permainan Maut, Markus Mann's (future) girlfriend


Cewek yang bikin Markus pusing selama bertahun-tahun. Cewek yang merupakan Nemesis alias musuh besar Tony. Cewek super jail yang bikin seluruh klub judo pontang-panting. Sekaligus cewek yang jadi favorit penulisnya sendiri.

Jadi siapakah dia? Temukan jawabannya di buku ketiga Johan Series, Permainan Maut!

Sunday, September 11, 2011

MysteryGame@Area47: THE WRITER, Episode 7 (Battle #2)

Ingatkah kamu dengan nilai HP dan EP yang kamu dapatkan pada saat menempuh episode 4 (battle #1)? Siapkan kertas dan pensil, tuliskan nilai HP dan EP tersebut di sana. Kini, nilai-nilai itu akan mengalami perubahan lagi. Sanggupkah kamu mempertahankan HP sekaligus menurunkan EP lawan?

Jika pada episode 6 kamu memilih:
1. kamar mandi, klik di sini.
2. ruang penyimpanan makanan, klik di sini.
3. kulkas, klik di sini.
4. dapur, klik di sini.

Perhatian: Jangan sampai salah klik, karena akan sulit sekali untuk kembali ke awal.



MELARIKAN DIRI


Saat kamu selesai, kamu mendengar suara raungan yang keras. Astaga! Monster itu berhasil turun dari loteng! Padahal kamu yakin dia takkan berani meloncat turun. Seandainya kamu yang berada di atas loteng, kamu tak bakalan berani meloncat turun tanpa tangga. Bisa-bisa kamu patah leher kan? Entah si monster memang lebih lincah dari dugaanmu, ataukah dia hanya bodoh dan melakukan segala sesuatu membabi-buta. Apa pun juga itu, kini dia datang dan kamu harus kabur.

Kamu menghambur ke luar pintu belakang, siap untuk kabur ke luar pekarangan. Tak kamu duga, antara pekarangan belakang dan pekarangan depan, terdapat pagar yang sangat tinggi, mana dililit kawat berduri pula! Ini memang tindakan pengamanan yang cerdas, tapi kini kamu terjebak di pekarangan belakang. Kamu tahu, tidak butuh waktu lama bagi sang monster untuk menghampirimu. Apa yang harus kamu lakukan sekarang?

Oke, kalau memang kamu tidak bisa bergerak secara horisontal, sepertinya kamu harus bergerak secara vertikal.

Klik di sini untuk melanjutkan.


KAPAL DALAM BOTOL


Kamu memecahkan botol kaca berisi kapal itu, dan kapal cantik yang dibuat dengan susah payah itu terjatuh ke atas lantai. Tapi saat ini yang kamu butuhkan bukanlah kapal itu, melainkan botol kacanya. Ujung botol yang telah dipecahkan membentuk gerigi-gerigi tajam yang berkilauan ditimpa cahaya bulan.

Kamu melayangkan serangan ke muka si monster, dan berkat kecepatanmu yang luar biasa--kamu belum pernah bergerak secepat ini--ujung-ujung tajam itu berhasil melukai wajah si monster. (EP: -10)

Luka itu hanya sebuah baretan kecil, namun si monster langsung meraung sejadi-jadinya--tak tahu apakah itu sakit ataukah marah. Dengan geram dia merebut senjatamu. Kamu berusaha mempertahankannya, tapi sia-sia melawan tenaga sekuat itu. Yang lebih menyakitkan lagi, pergelangan tangan kananmu terkilir waktu kamu berusaha mempertahankan senjatamu. (HP:-15)

Mengalami luka seperti itu, kamu tahu kamu harus berlindung. Tanpa berpikir panjang lagi, kamu masuk ke dalam gudang dan merantai pintunya.

Klik di sini untuk melanjutkan.


BOTOL PLASTIK KECIL


Ada beberapa jerigen di pojok ruangan, jerigen-jerigen yang tampak berdebu dan kosong sehingga luput dari perhatianmu. Namun saat kamu memeriksa jerigen-jerigen itu, ternyata salah satunya masih berisi bensin--tidak banyak, tapi cukup untuk kebutuhanmu. Kamu menuangkan isi jerigen itu ke dalam botol plastik kecil yang kamu ambil dari loteng, dan botol itu pun penuh dengan bensin.

Klik di sini untuk melanjutkan.


KAMAR MANDI


Akhirnya, setelah semalaman tegang dan depresi, kamu mendapat kesempatan untuk memenuhi panggilan alam juga! Bukan itu saja. Kamu bahkan sempat mencuci muka dan membersihkan luka-lukamu. Rasanya segar luar biasa. Sayang, kamu tidak bisa berlama-lama di situ. Sudah waktunya kamu beraksi kembali. (HP: +15)

Klik di sini untuk melanjutkan.


ATAP GUDANG


Atap rumah terlalu tinggi untuk dipanjat, tapi atap gudang paling-paling hanya setinggi dua meter. Kamu mendekati gudang itu dan mendapatkan bahwa di bagian belakang, terdapat sebuah tangga kayu di mana kamu bisa memanjat ke atas. Mungkin tangga itu pernah digunakan oleh para pekerja untuk membetulkan atap gudang. Habis, tingginya pas betul.

Apa pun alasan keberadaan tangga itu, yang penting adalah kamu bisa menggunakannya untuk menyelamatkan diri. Kamu bisa merasakan si monster sudah semakin mendekati pekarangan belakang, jadi kamu buru-buru menaiki tangga itu.

Tepat pada saat kamu tiba di ujung atas tangga, kamu mendengar derap si monster berhenti di depan pintu belakang.

Kamu menahan napas, mengkeret di atas atap sementara si monster mulai mencari-carimu di seluruh pekarangan belakang. Cahaya bulan bersinar terang, tapi kamu dilindungi oleh bayangan yang ditimbulkan atap. Kamu bisa merasakan si monster berjalan di bawahmu, terseret-seret akibat kakinya yang sakit, tapi dia tidak menengok ke atas. Mungkin kamu bersembunyi di atas atap adalah sesuatu yang tak terpikirkan oleh otaknya yang terbatas itu.

Saat monster itu akhirnya beranjak pergi, kamu menghela napas lega. Akhirnya kamu selamat juga! Kamu menyusuri atap gudang dengan hati-hati. Di ujung atap, kamu berdiri menghadap rumah induk. Dari ujung atap gudang ke atap sempit yang mengelilingi lantai satu rumah induk, jaraknya hanya satu atau satu setengah meter. Tentunya tak sulit melompat ke sana kan?

Kamu mengambil ancang-ancang, lalu segera melompat. Berhasil! Tapi... tunggu dulu. Kakimu terperosok di ujung atap yang rupanya sudah rapuh. Kamu berusaha meraih-raih, tapi tak ada yang bisa kamu jadikan pegangan. Kamu terjatuh ke bawah lagi. Untungnya, karena kamu sempat berpegangan dengan atap, kamu berhasil menjatuhkan diri dengan dua kaki berpijak di atas tanah.

Namun sialnya, di depanmu, berdirilah si monster busuk dengan seringai lebar di mukanya.

"Mati!" raungnya dengan nada yang nyaris terdengar seperti gembira.

Sesaat kamu hanya sanggup berdiri dengan tubuh gemetar ketakutan. Namun saat si monster bergerak, tubuhmu bergerak secara otomatis. Kamu gunakan benda yang kamu pegang sedari tadi untuk melindungi dirimu.

Jika pada episode 4 kamu memilih:
1. kapal dalam botol, klik di sini.
2. ukulele, klik di sini.
3. seprei anak-anak, klik di sini.
4. layang-layang, klik di sini.

Perhatian: Jangan sampai salah klik, karena akan sulit sekali untuk kembali ke awal.



UKULELE


Tepat pada saat si monster melayangkan serangannya, kamu menyambutnya seperti Rafael Nadal menyambut bola tenis dengan raketnya. Ukulelemu langsung hancur berantakan saat bertemu dengan tinju si monster, tapi monster itu juga langsung menarik kembali serangannya. Hanya sekejap saja, kamu melihat tinjunya lecet akibat seranganmu. (EP: -7)

Belum sempat kamu merasa gembira, si monster merebut sisa gagang ukulele dari tanganmu. Kamu tidak sempat mempertahankannya. Yang kamu tahu, mendadak saja mukamu dipukul dengan senjatamu sendiri. Matamu berkunang-kunang dan kepalamu pusing, dan kamu bisa merasakan sakit lebam di mukamu, tapi alam bawah sadarmu segera mengambil alih. (HP: -15)

Kamu menjatuhkan diri dan berguling, masuk ke dalam gudang, dan merantai pintu.

Klik di sini untuk melanjutkan.


GARPU: LORONG BAWAH TANAH


Kamu membuka pintu tingkap, dan tepat pada saat kamu masuk ke dalam lorong, kamu mendengar pintu berhasil didobrak.

Di dalam lorong, tidak ada cahaya sama sekali. Sesaat, kamu merasa ditelan kegelapan. Kamu buru-buru menyalakan senter, dan merasa lega saat sentermu menyorotkan sinar yang, omong-omong, ternyata tidak seterang tadi. Mungkin karena baterenya sudah mau habis, mungkin juga karena terbanting-banting sedari tadi. Apa pun alasannya, kamu menyadari bahwa sentermu takkan berumur panjang, dan kamu harus bergerak cepat sebelum riwayat benda itu tamat.

Kamu mulai bergegas.

Klik di sini untuk melanjutkan.


JEBAKAN


Dari kejauhan, kamu mendengar gema raungan si monster. Ini berarti, dia sudah menemukan lorong ini juga--ataukah dia memang mengetahui keberadaan lorong ini dari awal?

Inilah waktumu untuk memasang jebakan. Kamu menancapkan pensil-pensil yang ada di dalam kotak pensil milikmu di tengah-tengah lorong. Pensil-pensil itu diraut dengan tajam, dan kamu berharap pensil-pensil itu bisa melukai si monster tak peduli sekecil apa pun. Sementara kotak pensilnya kamu taruh di depan pensil-pensil itu, berharap monster itu tersandung olehnya. Untuk memberatkan kotak pensil itu, kamu mengisinya dengan kerikil yang tersebar di lantai lorong. Untuk berjaga-jaga, setelah berhasil memasang jebakan itu, kamu melarikan diri secepatnya.

Saat jarakmu dan jebakan yang kamu pasang sudah cukup jauh, kamu menoleh ke belakang. Kamu melihat si monster berteriak kaget saat tersandung kotak pensil, dan berteriak lebih keras lagi tanda kesakitan, saat dia jatuh menimpa pensil-pensil itu. Ya, pasti akan sakit sekali, apalagi tubuh monster itu kan penuh luka-luka akibat penyakit misterius yang dideritanya. Tapi monster itu lalu mendongak, matanya tertuju padamu. Kemudian dia bangkit, dan berjalan dengan mantap ke arahmu sambil mencabut pensil-pensil yang tertancap di tubuhnya. (EP: -30)

Kamu pun langsung lari untuk menyelamatkan dirimu!

Klik di sini untuk melanjutkan.



RUANG PENYIMPANAN MAKANAN


Gara-gara kebanyakan beraksi, kamu jadi lapar lagi. Padahal belum lama berselang sejak terakhir kali kamu makan malam. Menyadari kenyataan penting ini, kamu memutuskan untuk membawa 2-3 makanan kaleng di dalam tasmu. Bahkan kamu menemukan sebotol minuman pula. Energimu jadi pulih, dan kamu memiliki cadangan makanan. Tambahan lagi, meski malu, kamu berhasil membuang air di pojokan. (HP: +35)

Klik di sini untuk melanjutkan.


DI DALAM GUDANG


Jantungmu berdebar-debar saat kamu menjatuhkan diri di lantai gudang. Nyaris saja! Tak kamu duga, rencanamu menyusuri atap gagal total, dan sebagai gantinya kamu malah harus berhadapan langsung dengan si monster. Untunglah sekarang kamu berhasil meloloskan diri. Yah, mengingat kekuatan si monster, tentu saja dalam waktu singkat dia akan berhasil merobohkan pintu gudang--mungkin sekalian dia meratakan seluruh gudang bobrok, hanya demi menangkapmu.

Kamu mulai mengobrak-abrik gudang itu, mencari-cari apa saja yang bisa kamu gunakan untuk melawan si monster. Namun, setiap benda terlihat rapuh kalau harus digunakan untuk menghadapi kekuatan si monster yang luar biasa.

Yang benar saja! Masa kamu harus menyerah begitu saja?

Kakimu tersandung sesuatu, dan kamu nyaris berteriak saking sakitnya. Maklumlah, sudah luka, masih juga kesandung-sandung. Benda sialan apa sih yang begitu keras? Kamu berjongkok dan memeriksanya. Ternyata itu bukan batu, melainkan sebuah cincin besar yang terkait pada pintu yang nyaris menyatu dengan lantai--pintu menuju ruang bawah tanah.

Kamu membuka pintu itu dengan berdebar-debar. Ternyata di bawah pintu itu bukanlah sebuah ruangan, melainkan sebuah lorong yang sangat panjang. Jangan-jangan, ini adalah jalan rahasia untuk menuju dunia bebas!

Akan tetapi monster itu pasti akan mengejarmu. Mungkin dia akan berhasil menyusul--jelek-jelek gitu, monster itu punya kelincahan yang mengejutkan. Kalau kamu tidak menghambatnya, jalan rahasia itu akan menjadi tempat kematianmu.

Sepertinya, kamu harus menyusun jebakan untuk menghambatnya.

Jika pada episode 5 kamu memilih:
1. botol plastik kecil, klik di sini.
2. garpu, klik di sini.
3. kotak pensil, klik di sini.
4. tali rafia, klik di sini.

Perhatian: Jangan sampai salah klik, karena akan sulit sekali untuk kembali ke awal.



SEPREI ANAK-ANAK


Kamu melemparkan seprei yang kamu bawa ke muka si monster. Sebelum dia sempat bergerak, kamu sudah membungkus badan si monster erat-erat. Harapanmu, monster itu akan kehabisan napas di dalam seprei dan pingsan karenanya.

Namun harapanmu kali ini, seperti banyak harapan lain pada malam ini, tidak terkabul. Si monster merobek seprei itu dengan gampang--tentu saja, ini hanya seprei anak-anak yang sudah tua--dan membebaskan diri. Kamu tidak berputus asa. Kamu masih memegangi sobekan seprei yang cukup panjang, dan kamu gunakan untuk mengikat kedua kaki raksasa itu. Raksasa itu pun jatuh tersungkur. (EP: -5)

Kamu siap untuk kabur, tapi si raksasa berhasil menangkap kakimu. Akibatnya, kamu pun jatuh terjerambab. Kakimu sedari tadi memang sudah terluka, tapi kini lututmu juga terasa sakit sekali. Sesaat, rasanya kamu ingin menyerah. (HP: -15)

Tapi lalu keinginan untuk bertahan mengambil alih. Kamu menendang muka si monster, membebaskan diri, lalu masuk ke dalam gudang dan merantai pintu.

Klik di sini untuk melanjutkan.


KOTAK PENSIL: LORONG BAWAH TANAH


Kamu membuka pintu tingkap, dan tepat pada saat kamu masuk ke dalam lorong, kamu mendengar pintu berhasil didobrak.

Di dalam lorong, tidak ada cahaya sama sekali. Sesaat, kamu merasa ditelan kegelapan. Kamu buru-buru menyalakan senter, dan merasa lega saat sentermu menyorotkan sinar yang, omong-omong, ternyata tidak seterang tadi. Mungkin karena baterenya sudah mau habis, mungkin juga karena terbanting-banting sedari tadi. Apa pun alasannya, kamu menyadari bahwa sentermu takkan berumur panjang, dan kamu harus bergerak cepat sebelum riwayat benda itu tamat.

Kamu mulai bergegas.

Klik di sini untuk melanjutkan.


JEBAKAN


Dari kejauhan, kamu mendengar gema raungan si monster. Ini berarti, dia sudah menemukan lorong ini juga--ataukah dia memang mengetahui keberadaan lorong ini dari awal?

Inilah waktumu untuk memasang jebakan. Kamu memasang tali rafia di tengah-tengah lorong, berharap bisa menjegal langkah si monster saat dia melewatinya. Tapi untuk berjaga-jaga, kamu melarikan diri secepatnya.

Saat jarakmu dan jebakan yang kamu pasang sudah cukup jauh, kamu menoleh ke belakang. Kamu melihat si monster jatuh terjerambab di tengah-tengah lorong, menandakan jebakanmu berhasil. Tapi saat dia melihatmu, dia langsung berdiri lagi dan berjalan dengan mantap ke arahmu. (EP: -10)

Kamu pun langsung lari untuk menyelamatkan dirimu!

Klik di sini untuk melanjutkan.



KULKAS


Belum pernah kamu merasa sehaus ini seumur hidupmu. Tapi kamu bukan orang bodoh. Kamu tidak menenggak air seperti orang yang barusan ketemu danau di gurun pasir, karena hal itu akan membuat perutmu sakit. Lagi pula, kamu tidak ingin kebelet di tengah-tengah pertempuran penting. Jadi kamu minum seadanya, lalu membawa 2 botol minuman cadangan dalam tasmu. Kini kamu siap bertempur lagi. (HP: +25)

Klik di sini untuk melanjutkan.


BOTOL PLASTIK KECIL: LORONG BAWAH TANAH


Kamu membuka pintu tingkap, dan tepat pada saat kamu masuk ke dalam lorong, kamu mendengar pintu berhasil didobrak.

Di dalam lorong, tidak ada cahaya sama sekali. Sesaat, kamu merasa ditelan kegelapan. Kamu buru-buru menyalakan senter, dan merasa lega saat sentermu menyorotkan sinar yang, omong-omong, ternyata tidak seterang tadi. Mungkin karena baterenya sudah mau habis, mungkin juga karena terbanting-banting sedari tadi. Apa pun alasannya, kamu menyadari bahwa sentermu takkan berumur panjang, dan kamu harus bergerak cepat sebelum riwayat benda itu tamat.

Kamu mulai bergegas.

Klik di sini untuk melanjutkan.


JEBAKAN


Dari kejauhan, kamu mendengar gema raungan si monster. Ini berarti, dia sudah menemukan lorong ini juga--ataukah dia memang mengetahui keberadaan lorong ini dari awal?

Inilah waktumu untuk memasang jebakan. Kamu menancapkan garpu di tengah-tengah lorong. Lorong itu sempit, jadi ada kemungkinan besar monster itu menginjak garpu itu. Tapi untuk berjaga-jaga, kamu melarikan diri secepatnya.

Saat jarakmu dan jebakan yang kamu pasang sudah cukup jauh, kamu menoleh ke belakang. Kamu melihat si monster berteriak sambil memegangi kakinya, menandakan jebakanmu berhasil. Tapi saat dia melihatmu, dia langsung menurunkan kakinya yang sakit, lalu berjalan dengan mantap ke arahmu. (EP: -10)

Kamu pun langsung lari untuk menyelamatkan dirimu!

Klik di sini untuk melanjutkan.


LAYANG-LAYANG


Dengan cepat kamu melingkari kedua tangan si monster yang siap untuk memukulmu, lalu mengikatnya erat-erat. Sebelum si monster sempat bereaksi, kamu menggunakan lidi yang menjadi tulang layang-layang tersebut untuk mencolok matanya.

Sayangnya, kamu kurang perhitungan di sini. Mata si monster terlalu tinggi untukmu. Yang bisa kamu jangkau hanyalah lubang hidungnya. Oke, tak masalah. Lubang hidung yang dicolok dengan keras tetap akan terasa sangat sakit. Maka tanpa belas kasihan, kamu menyodokkan lidi itu ke lubang hidungnya dalam-dalam. Kamu mengharapkan bakal melihat darah segar mengucur dari hidung si monster, namun sebaliknya, yang keluar adalah cairan bening mirip ingus. Euw!! (EP: -15)

Pokoknya, si monster kelihatan kesakitan, dan itu berarti seranganmu masuk! Mumpung dia sedang bergulat dengan rasa sakit, sementara kedua tangannya terkunci, kamu melarikan diri ke tempat persembunyian terdekat. Kamu masuk ke dalam gudang dan merantai pintunya.

Klik di sini untuk melanjutkan.


TALI RAFIA: LORONG BAWAH TANAH


Kamu membuka pintu tingkap, dan tepat pada saat kamu masuk ke dalam lorong, kamu mendengar pintu berhasil didobrak.

Di dalam lorong, tidak ada cahaya sama sekali. Sesaat, kamu merasa ditelan kegelapan. Kamu buru-buru menyalakan senter, dan merasa lega saat sentermu menyorotkan sinar yang, omong-omong, ternyata tidak seterang tadi. Mungkin karena baterenya sudah mau habis, mungkin juga karena terbanting-banting sedari tadi. Apa pun alasannya, kamu menyadari bahwa sentermu takkan berumur panjang, dan kamu harus bergerak cepat sebelum riwayat benda itu tamat.

Kamu mulai bergegas.

Klik di sini untuk melanjutkan.


DAPUR


Kamu mulai mengaduk-aduk kitchen set dan mendapatkan benda yang sudah kamu inginkan sedari tadi. Sebilah pisau panjang, merk Ginsu pula! Kalau pisau ini memang setajam iklannya--kamu ingat banget waktu model iklannya memotong kaleng menjadi dua--si monster tak bakalan menang melawanmu. Meski kamu sudah mendapatkan senjata pamungkas, kamu tidak berniat cari masalah dengan kembali ke lantai dua dan bertarung dengan si monster. Tidak, kamu tidak ingin mengambil risiko. Yang kamu inginkan hanya satu: keluar dari tempat ini hidup-hidup. (EP: -20)

Klik di sini untuk melanjutkan.


JEBAKAN


Dari kejauhan, kamu mendengar gema raungan si monster. Ini berarti, dia sudah menemukan lorong ini juga--ataukah dia memang mengetahui keberadaan lorong ini dari awal?

Inilah waktumu untuk memasang jebakan. Kamu menuangkan bensin yang kamu ambil dengan sedemikian rupa hingga bensin itu menyebar. Lalu kamu menyalakan pemantik dan menyulut api. Kini, di antara kamu dan si monster terdapat lautan api yang cukup besar. Kamu rada yakin bahwa monster itu tak bakalan berani menyeberangi kobaran api hanya untuk menangkapmu.

Tapi tetap saja, kamu melarikan diri secepatnya. Saat jarakmu dan kobaran api sudah cukup jauh, kamu menoleh ke belakang. Matamu terbelalak saat melihat si monster muncul dari dalam kobaran api sambil berteriak keras. Dia kelihatan hangus, tapi sepertinya masih sanggup menangkapmu. (EP: -30)

Kamu pun langsung lari untuk menyelamatkan dirimu!

Klik di sini untuk melanjutkan.


UJUNG LORONG


Akhirnya kamu mencapai ujung lorong, dengan jalan buntu dan tangga di hadapanmu. Kamu memanjat tangga dan mendorong langit-langit, di mana terdapat pintu tingkap seperti jalan masuk. Kamu mendorong tingkap itu, tepat saat sentermu mati.

Lalu kamu tiba di ruangan itu.

Dan yang pertama kamu lihat adalah dia lagi. Wanita dalam lukisan itu, menunduk menatapku, dengan tangan mengarahkan pisau ke bawah--siap untuk menusukmu. Karena kaget, kamu berguling menjauh. Namun saat kamu berdiri lagi dan siap kabur, wanita itu tetap berada di tempatnya--dalam lukisan, dengan mata mengikutimu ke mana-mana, bibir tersenyum culas, dan tangan memegangi pisau yang menyembul dari pangkuannya. Mungkin ada roh yang berdiam dalam lukisan itu--roh yang senang menakut-nakuti pendatang baru di rumah ini. Mungkin juga lukisan itu memang dilukis oleh pelukis yang jenius banget. Yang jelas, wanita itu tak mungkin menyakitimu.

Namun masih ada masalah lain lagi. Kamu kembali ke ruang tamu! Setelah berjuang mati-matian, nyaris mati karena ketakutan dan kecapekan, kamu malah kembali ke rumah yang tak punya jalan keluar ini. Kamu terenyak di atas lantai, merasakan keputusasaan menggerogoti semangatmu. Kamu bukan orang yang cengeng, namun kini air matamu mulai bercucuran. Kamu akan mati di rumah ini, dan takkan ada yang menyadarinya.

Tidak! Kamu tidak ingin mati! Masa depanmu masih panjang--dan cemerlang pula. Mungkin kamu tak sanggup membuat novel sesukses novel pertamamu, tapi apa salahnya membuat novel jenis berbeda? Belum lagi kamu masih akan kuliah, lulus dan mendapatkan gelar S1, lalu kerja di bidang pilihanmu. Dan selalu akan ada kesempatan bagi orang yang siap menerimanya.

Sekarang juga begitu. Kamu masih punya kesempatan. Tenagamu pun muncul lagi. Kamu mendorong sofa hingga menutupi pintu tingkap yang merupakan pintu keluar lorong rahasia. Sekarang si monster akan mendapat kesulitan keluar!

Setengah mencoba-coba, kamu membuka pintu depan. Berbeda dengan harapanmu, pintu itu tetap terkunci. Kamu memeriksa pintu itu, dan baru menyadari bahwa ternyata ada selot di bagian bawah pintu! Kamu membuka selot itu--dan pintu itu pun terbuka.

Ternyata kamu bisa meloloskan diri!

Kamu berlari ke luar pekarangan, menghirup udara kebebasan dalam-dalam. Lalu, sekarang muncul masalah berikutnya. Dengan apa kamu meloloskan diri?

Baca episode berikutnya.


INSTRUKSI MysteryGame@Area47 UNTUK MINGGU INI:


Hai para peserta MysteryGame@Area47!

Kirimkan email ke lexiexu47@gmail.com dengan subject yang diisi dengan nama panggilan diikuti dengan jawaban atas pertanyaan ini:

BAGAIMANA CARANYA KAMU KABUR DARI RUMAH ITU? (Pilih antara: jalan kaki, naik sepeda jelek, menelepon taksi, menelepon agen properti. Tidak perlu sebutkan alasannya.)

Di dalam email, tuliskan hasil HP dan EP yang kamu dapatkan hari ini. Lexie tunggu jawabannya sampai enam hari lagi. Jangan sampai telat ya mengirimkan jawabannya!

Good luck, everybody!

xoxo,
Lexie

Sunday, September 4, 2011

Sunday Chat

Hai hai semuanya, bagaimana liburan kalian? Menyenangkan?

Kebiasaan nulis MysteryGame yang diikuti dengan nerima banyak email jawaban MysteryGame, hari Minggu ini rasanya sepi banget. Yah, keputusan untuk nggak mengadakan MysteryGame minggu ini memang tepat. Soalnya, biasanya tuh peserta MysteryGame kurang lebih ada 50-an, tapi minggu ini yang udah ngirim jawaban kurang dari separuhnya. Kalo aku nulis MysteryGame (yang kebetulan udah waktunya episode battle lagi), bisa-bisa yang dieliminasi banyak banget, dan yang tersisa sedikit banget. Sayang kan?

Untuk pemenang kuis OBSESI vs PMHM, aku minta maaf ya, karena sampe sekarang belum mengirimkan hadiahnya. Dari pihak Gramedia, novel jatah cetak ulang udah dikirimkan padaku sejak lama, tapi waktu itu aku memang sedang sibuk banget menyiapkan ulang tahun Alexis. Pas semuanya selesai, udah mendekati Lebaran, dan kita semua tahu banyak banget kiriman di saat Lebaran begini. Jadi aku takut juga paket imut ini pada nyasar. Buat Ainun, Arip, Ratna, Rindang, dan Eyin, harap bersabar ya! ^^

Banyak juga yang nanyain perkembangan Permainan Maut, novel ketiga dari Johan Series, sampe-sampe aku bingung, jangan-jangan ada yang udah nanya dua-tiga kali, hehehe. Saat ini, Permainan Maut udah selesai di-edit, dan sedang ngantre untuk bikin cover. Ilustrator cover untuk dua novel pertama Johan Series adalah Maryna, dan seperti yang sudah kalian lihat, hasilnya luar biasa banget kan? Itu sebabnya, aku nggak keberatan ngantre lama supaya bisa mendapatkan Maryna yang selalu full-booked untuk merancang cover Permainan Maut (meski dalam hati terus mengirim telepati ke Maryna, "Ayo, Maryna, buruan giliranku dong!"). Setelah cover selesai dibuat dan setting untuk cetak selesai, Permainan Maut akan naik cetak (prosesnya kurleb selama 3 minggu), barulah bisa dirilis ke toko buku. Paling cepat rasanya Permainan Maut akan terbit Oktober (rencana awal sih Desember, jadi ini sudah benar-benar dipercepat).

Selaku editor Johan Series, Mbak Vera juga sudah meminta sinopsis Teror untuk halaman terakhir Permainan Maut, sebagai teaser untuk buku terakhir dari tetralogi Johan Series. Mendengar permintaan itu, aku langsung mikir, "WOW! Pasti jadinya akan keren banget!" Jadi, bagi kalian yang sudah menanti-nanti Permainan Maut dan Teror, pasti nggak akan kecewa.

Nah, segini dulu ya obrolan kita!

Until next time... ♥

xoxo,
Lexie